Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gerakan "selamatkan kim"

Anak-anak muda jepang mengadakan demontrasi sebagai turut menyatakan protes atas keputusan mahkamah militer di seoul yang menjatuhkan hukum mati terhadap kim dae-jung tokoh oposisi korea selatan. (ln)

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Jepang, secara sukarela banyak orang mengumpulkan tanda tangan sebagai turut menyatakan protes. Dan musim dingin ternyata tidak melemahkan semangat mereka. Dengan poster tergantung di dada atau punggung, anakanak muda itu mendatangi orang yang sedang lalu-lalang. Baik di stasiun kereta-api maupun di pusat perbelanjaan, gerakan protes itu berlangsung siang dan malam. Tak cuma sampai disitu. Serikat Buruh Angkutan di Jepang yang beranggotakan 850 ribu orang telah mengumumkan rencananya memboikot seluruh pengangkutan barang ke Seoul, mulai awal Desember. Dan serangkaian demonstrasi besar terjadi. Dengan membawa spanduk "Selamatkan Kim", antara lain mereka beraksi di depan gedung Gaimusho (Kementerian. Luar Negeri Jepang pekan lalu. Sementara itu mahasiswa Universitas Kyoto telah melakukan mogok kuliah sebagai tanda protes. Jepang yang pernah menjajah Korea selama 36 tahun ternyata begitu prihatin dengan keputusan Mahkamah Militer di Seoul, yang menjatuhkan hukuman mati terhadap Kim Daejung, tokoh oposisi Korea Selatan. Keprihatinan yang luar biasa itu sempat membuat geger, ketika harian Chosun libo yang terbit di Seoul melontarkan suatu berita eksklusif. Isinya mengungkapkan percakapan PM Jepang Zenko Suzuki dengan Dubes Kor-Sel di Tokyo, Choi Kyungnok. Dalam percakapan itu Suzuki telah memperingatkan Korea Selatan bahwa pelaksanaan hukuman mati terhadap Kim bisa berakibat buruk bagi hubungan kedua negara. Ia juga mengancam bahwa tindakan itu akan membuat hubungan Jepang dengan Korea Utara semakin erat. Hal ini tentu saja mengundang amarah pemerintah Korea Selatan. Seorang pejabat tinggi di Seoul malah sempat menuduh Jepang melakukan "campur tangan yang brutal" mengenai urusan dalam negerinya. Nasib Kim masih menunggu keputusan banding dari Mahkamah Agung. Tapi banyak dugaan beredar bahwa tiada ampun lagi bagi Kim. "Ia tak lama lagi pasti dieksekusi," kata seorang pengamat di Seoul. Soalnya ialah kalangan militer, khususnya teman sejawat Presiden Chun Doo-hwan, khawatir kalau Kim tidak dihukum mati, rezim militer yang berkuasa sekarang ini dianggap lemah. Bila keputusan Mahkamah Agung keluar, yang diperkirakan minggu ini, Presiden Chun saja yang bisa menyelamatkan jiwa Kim. Chun cenderung tak akan memberikan pengampunan. "Kami semakin pesimistis bahwa Chun akan memberi pengampunan," kata seorang diplomat Barat di Seoul. Sementara itu aksi protes yang dilancarkan Jepang bersambut juga di Seoul. Sekitar 3000 anggota Persatuan Rakyat Anti Komunis (KAPA) berdemonstrasi di depan gedung kedutaan besar Jepang di Seoul. Sambil melempari telur ke arah gedung itu, mereka menuntut agar PM Suzuki meminta maaf. Aksi saling protes ini ternyata ganas sifatnya di Yokohama. Konsulat Korea Selatan di kota pelabuhan itu diserbu massa (4 Desember). Pemerintah Korea Selatan telah memprotes dan menuntut agar pemerintah Jepang menindak kaum demonstran itu. Amnesty International, organisasi yang memperjuangkan hak asasi manusia, telah mengadakan pula pertemuan di depan gedung kedutaan besar Korea Selatan di London sebagai pernyataan protes. Untuk menyelamatkan nyawa Kim, Presiden Jimmy Carter telah menginstruksikan Menteri Pertahanan Harold Brown untuk singgah di Seoul dalam perjalanan pulang dari Tokyo. Sumber di Washington yang dikutip kantor berita Jiji mengatakan bahwa Brown akan membicarakan masalah Kim dengan Presiden Chun. Kalau pertemuan ini berhasil, nyawa Kim bisa diselamatkan. Memang Amerika Serikat satu-satunya negara yang bisa menekan pemerintah Seoul. Begitu anggapan umum, paling tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus