DI Jepang, secara sukarela banyak orang mengumpulkan tanda
tangan sebagai turut menyatakan protes. Dan musim dingin
ternyata tidak melemahkan semangat mereka. Dengan poster
tergantung di dada atau punggung, anakanak muda itu mendatangi
orang yang sedang lalu-lalang. Baik di stasiun kereta-api maupun
di pusat perbelanjaan, gerakan protes itu berlangsung siang dan
malam.
Tak cuma sampai disitu. Serikat Buruh Angkutan di Jepang
yang beranggotakan 850 ribu orang telah mengumumkan rencananya
memboikot seluruh pengangkutan barang ke Seoul, mulai awal
Desember. Dan serangkaian demonstrasi besar terjadi. Dengan
membawa spanduk "Selamatkan Kim", antara lain mereka beraksi di
depan gedung Gaimusho (Kementerian. Luar Negeri Jepang pekan
lalu. Sementara itu mahasiswa Universitas Kyoto telah melakukan
mogok kuliah sebagai tanda protes.
Jepang yang pernah menjajah Korea selama 36 tahun ternyata
begitu prihatin dengan keputusan Mahkamah Militer di Seoul, yang
menjatuhkan hukuman mati terhadap Kim Daejung, tokoh oposisi
Korea Selatan. Keprihatinan yang luar biasa itu sempat membuat
geger, ketika harian Chosun libo yang terbit di Seoul
melontarkan suatu berita eksklusif. Isinya mengungkapkan
percakapan PM Jepang Zenko Suzuki dengan Dubes Kor-Sel di Tokyo,
Choi Kyungnok.
Dalam percakapan itu Suzuki telah memperingatkan Korea
Selatan bahwa pelaksanaan hukuman mati terhadap Kim bisa
berakibat buruk bagi hubungan kedua negara. Ia juga mengancam
bahwa tindakan itu akan membuat hubungan Jepang dengan Korea
Utara semakin erat. Hal ini tentu saja mengundang amarah
pemerintah Korea Selatan. Seorang pejabat tinggi di Seoul malah
sempat menuduh Jepang melakukan "campur tangan yang brutal"
mengenai urusan dalam negerinya.
Nasib Kim masih menunggu keputusan banding dari Mahkamah
Agung. Tapi banyak dugaan beredar bahwa tiada ampun lagi bagi
Kim. "Ia tak lama lagi pasti dieksekusi," kata seorang pengamat
di Seoul. Soalnya ialah kalangan militer, khususnya teman
sejawat Presiden Chun Doo-hwan, khawatir kalau Kim tidak dihukum
mati, rezim militer yang berkuasa sekarang ini dianggap lemah.
Bila keputusan Mahkamah Agung keluar, yang diperkirakan
minggu ini, Presiden Chun saja yang bisa menyelamatkan jiwa Kim.
Chun cenderung tak akan memberikan pengampunan. "Kami semakin
pesimistis bahwa Chun akan memberi pengampunan," kata seorang
diplomat Barat di Seoul.
Sementara itu aksi protes yang dilancarkan Jepang bersambut
juga di Seoul. Sekitar 3000 anggota Persatuan Rakyat Anti
Komunis (KAPA) berdemonstrasi di depan gedung kedutaan besar
Jepang di Seoul. Sambil melempari telur ke arah gedung itu,
mereka menuntut agar PM Suzuki meminta maaf.
Aksi saling protes ini ternyata ganas sifatnya di Yokohama.
Konsulat Korea Selatan di kota pelabuhan itu diserbu massa (4
Desember). Pemerintah Korea Selatan telah memprotes dan menuntut
agar pemerintah Jepang menindak kaum demonstran itu.
Amnesty International, organisasi yang memperjuangkan hak
asasi manusia, telah mengadakan pula pertemuan di depan gedung
kedutaan besar Korea Selatan di London sebagai pernyataan
protes. Untuk menyelamatkan nyawa Kim, Presiden Jimmy Carter
telah menginstruksikan Menteri Pertahanan Harold Brown untuk
singgah di Seoul dalam perjalanan pulang dari Tokyo. Sumber di
Washington yang dikutip kantor berita Jiji mengatakan bahwa
Brown akan membicarakan masalah Kim dengan Presiden Chun.
Kalau pertemuan ini berhasil, nyawa Kim bisa diselamatkan.
Memang Amerika Serikat satu-satunya negara yang bisa menekan
pemerintah Seoul. Begitu anggapan umum, paling tidak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini