Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Guncangandari Sabah

Barisan Nasional mulai guncang setelah Perdana Menteri Badawi memberi sinyal mundur. Bak angin ribut di ambang badai.

23 Juni 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pecah sudah ”bisul” di tubuh Barisan Nasional. Sudah berbulan-bulan kondisi koalisi partai tertua pemenang pemilu Malaysia ini gerah bukan main. Ke-14 partai yang bergabung di Barisan sibuk memperkirakan nasib koalisi setelah lepasnya kursi mayoritas parlemen pada pemilu 8 Maret lalu.

Rabu lalu, satu dari 14 partai me­mecahkan ”bisul” itu. Partai Demokratik Progresif Sabah menyatakan siap mendukung mosi tidak percaya terhadap pemerintah Perdana Menteri Abdullah Badawi. Datuk Yong Teck Lee, presiden Partai Sabah, mengaku akan mengajukan mosi dalam rapat anggota parlemen Senin ini. ”Kita mesti merebut kesempatan sebelum hilang,” kata Datuk Yong.

Partai Sabah menghimpun orang-orang Tionghoa di Negara Bagian Sabah. Resminya, mereka hanya punya dua anggota parlemen dari 140 suara yang dimiliki Barisan Nasional—82 sisanya ada di tangan oposisi. Tapi anggota parlemen yang ber­asal dari dua negara bagian di Kalimantan utara ini mencapai sekitar sepertiga dari jumlah kursi Barisan. Bila mereka kompak menarik dukungan, habis sudah nasib pemerintah Perdana Menteri Badawi.

Guncangan dari Sabah mendapat tepuk tangan Anwar Ibrahim, pemimpin koalisi oposisi. Pakatan Rakyat, begitu koalisi oposisi ini menamai diri, segera menyambut suara dari ”tetang­ga” yang kini sehaluan. Anwar kian optimistis rencana oposisi menggulingkan pemerintah Badawi sebelum September bakal terwujud. ”Ini baru permulaan,” kata Anwar kepada Tempo, Kamis pekan lalu (lihat wawancara).

Apakah ”perpindahan” Partai Sabah ke kubu oposisi akan memicu gelombang eksodus besar-besaran? Datuk Yong tampaknya tahu benar memainkan kartu politik. Ia menemukan momentum tepat untuk mendukung mosi tidak percaya: lima hari setelah Badawi menyatakan siap mengalihkan kekuasaan ke wakilnya, Najib Razak, putra bekas pemimpin Malaysia, Tun Abdul Razak.

Sumber ketidakpercayaan, menurut partai ini, ada pada Badawi sendiri. Pada mulanya Badawi menyatakan siap mundur. Tapi dia tak menyebutkan kapan peralihan kekuasaan dilakukan. Ia hanya menyebutkan, ”Saya tak akan mengundurkan diri sebelum Desember.” Seperti meralat ucapannya sendiri, Badawi kemudian menyampaikan, ”Saya akan maju sebagai calon presiden dari UMNO pada Desember.” UMNO adalah Organisasi Nasional Melayu Bersatu, yang memimpin koalisi Barisan Nasional.

Menurut Yong, di bawah pemerintahan Badawi, Sabah dan Sarawak tak pernah diperlakukan secara adil. Dua negeri ini dikenal kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan hutan, tapi dibebani pajak besar dan aturan hukum yang ketat. ”Kami ingin otonomi,” katanya.

Badawi juga mendapat kritik keras soal kebijakan dia menaikkan harga bahan bakar dalam negeri. Kalangan oposisi sudah dua minggu terakhir menyerangnya habis-habisan akibat lonjakan harga bahan pokok. Dia bahkan mendapat perlawanan dari kabinetnya sendiri.

Sudah dua menteri senior memintanya menyerahkan jabatan. Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rais Yatim meminta Badawi mundur dalam pertemuan para pemimpin UMNO. Sebelumnya, hal yang sama dilakukan Menteri Industri dan Perdagangan Internasional Muhyiddin Yassin.

Rais belakangan sering berkelakar bahwa sebentar lagi ia akan menjadi bekas menteri. Ia berterus terang menyarankan Badawi mundur demi menyelamatkan generasi muda. ”Kita telah melupakan generasi yang lebih muda. Rakyat banyak tak lagi punya jalur ke pemimpin. Kini mereka tak mau terima begitu saja bahwa mereka tak punya suara,” kata Rais.

Dengan sejumlah alasan itulah Partai Sabah memutuskan mendukung mosi tak percaya. Di Malaysia, parlemen memang dapat memakzulkan perdana menteri dengan mengajukan mosi tak percaya. Bila mosi ini keluar, perdana menteri dapat mundur atau membubarkan parlemen, lalu menggelar ­pemilu.

Menyusul sengatan Partai Sabah, Barisan mengumpulkan 138 anggota parlemen dan koalisi 13 partainya—ke­cuali dua orang dari Partai Sabah—pada Kamis pekan lalu. Seusai acara, dewan tertinggi Barisan memastikan semua ketua partai diminta menolak setiap usul mosi terhadap Badawi. ”Siapa pun yang mendukung berarti melawan semangat persatuan koalisi,” kata Badawi, yang memberikan pengarahan langsung.

Yang menarik, Barisan tak berani mengeluarkan Partai Sabah dari koalisi. Partai Sabah pun sengaja tak menyatakan diri keluar dari Barisan kendati mendukung mosi tak percaya. Inilah kartu yang dimainkan Datuk Yong. Menurut Anwar, Barisan takut memecat Partai Sabah karena akan menunjukkan bahwa koalisi telah terpecah. Nah, citra perpecahan itu dikhawatirkan membahayakan masa depan ­koalisi.

Dengan tambahan dua anggota parlemen yang menyeberang, Pakatan Rakyat kini tinggal mencari 28 anggota parlemen untuk bisa menggulingkan pemerintah Badawi melalui parlemen. Kapan mereka akan bergabung ke oposisi? ”Masih menunggu waktu yang tepat,” kata Anwar.

Kurie Suditomo (New Straits Times, AP, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus