Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak merebut dominasi Barisan Nasional dari parlemen Malaysia pada pemilihan umum Maret lalu, Anwar Ibrahim semakin percaya diri. Larangan berpolitik selama sepuluh tahun telah ia lewati pada April lalu. Kini bekas Wakil Perdana Menteri Malaysia itu optimistis dapat segera meraih cita-citanya: merebut kekuasaan sebelum pemerintahan Abdullah Badawi berakhir.
Menurut Anwar, peluang oposisi merebut kekuasaan semakin besar setelah Partai Demokratik Progresif Sabah mendukung mosi tidak percaya kepada pemerintah Badawi. Partai Demokratik Progresif Sabah adalah partai Tionghoa di Sabah, anggota Barisan Nasional.
Wartawan Tempo, Kurie Suditomo, mewawancarai Anwar pada Kamis pekan lalu melalui sambungan internasional. Berikut ini petikannya.
Salah satu anggota Barisan Nasional mendukung mosi tidak percaya kepada pemerintah Badawi. Bagaimana Anda membaca situasi ini?
Yang terjadi sekarang adalah pecahnya mitos yang diciptakan Barisan Nasional. Dulu mereka mengatakan tak akan kalah. Ternyata kalah. Sampai lima negara bagian lepas ke oposisi. Mereka dulu juga punya mitos tak akan terjadi perpindahan (anggota Barisan Nasional ke pihak oposisi). Terjadi juga kan?
Benarkah Anda ada di belakang keputusan Partai Demokratik Progresif Sabah yang mangkir dari Barisan Nasional?
Sudah saya nyatakan akan terjadi perpindahan dukungan para anggota parlemen ke oposisi. Saya tidak bohong, ini buktinya. Ini adalah suatu permulaan. Kemarin Barisan Nasional masih terus-terusan dalam state-of-denial. Katanya semua anggota mesti berikrar setia kepada pemerintah. Tapi ini sudah terbukti.
Mengapa Partai Demokratik Progresif Sabah tak keluar dari Barisan Nasional?
Ini taktik masing-masing. Mereka sebenarnya ingin dipecat dari Barisan, tapi Barisan enggan menyingkirkan mereka. Padahal mereka punya segala alasan untuk melakukannya. Partai Sabah sudah menyatakan akan mendukung mosi tak percaya karena rendahnya kepercayaan terhadap Badawi.
Jadi semestinya Partai Sabah sudah dipecat, tapi Barisan tak mau memecat?
Tampaknya Barisan sudah desperate. Meski tak suka, mereka tak bisa melepaskan Partai Sabah karena takut.
Tadi (Kamis malam pekan lalu) ada rapat Barisan Nasional. Apa yang terjadi?
Ya, katanya mereka merapatkan barisan, Perdana Menteri memberikan arahan, semua anggota parlemen mesti mendukung. Tapi saya rasa Perdana Menteri atau Barisan Nasional tak bisa berkelit lagi dari proses yang tak terhindarkan. Tingkat kepercayaan semakin rendah, korupsi makin meluas, kenaikan harga minyak kian mencekik. Bayangkan, kami yang net exporter sudah lebih mahal daripada Indonesia yang net importir. Sekarang harga di sini sudah 2,70 ringgit per liter (Rp 7.800).
Bagaimana dengan partai-partai lain di dalam Barisan Nasional, misalnya partai asosiasi warga Malaysia keturunan Cina serta konferensi warga Malaysia keturunan India?
Partai-partai non-Melayu itu sebenarnya sudah kalah dalam pemilu kemarin. India tinggal satu-dua, Cina juga begitu. Jadi mereka tak mesti diperhitungkan.
Apakah akan terwujud tujuan Anda merebut kekuasaan sebelum September?
Kalau terwujud bagus, alhamdulillah. Tapi opsi masih sangat terbuka.
Butuh berapa banyak lagi anggota parlemen untuk meraih kekuasaan?
Kemarin kami butuh 30 orang. Kini, dengan dukungan Partai Sabah, kami tinggal memenuhi 28 orang lagi.
Apakah janji mereka sudah di tangan?
Ya, saya sudah dapat komitmen mereka. Tapi tak bisa saya katakan karena Malaysia kini persis seperti Orde Baru di Indonesia. Mereka menguasai pers, pemerintahan, intelijen. Jadi kami mesti hati-hati.
Mengapa target Anda September?
Sebab, 16 September adalah waktu terwujudnya kebangsaan Malaysia. Ini akan jadi Malaysia yang baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo