Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FFCC33>Prancis </font><br />Diplomasi Seksi Bruni

Berpose bugil dan memacari 30 pria kaya, First Lady Prancis, Carla Bruni, meluncurkan album baru. Cari sensasi atau alat politik Sarkozy?

23 Juni 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Carla Bruni sungguh beruntung. Kerlingnya sanggup merobek hati banyak pria. Bukan sembarang lelaki, melainkan para pemegang tampuk kekuasaan. Saat ia berkunjung ke Inggris, Pangeran Charles spontan membungkuk dan mengecup jemari wanita itu. Di Amerika Serikat, Presiden George W. Bush memujinya sebagai: a really smart woman. ”Pantaslah kamu menikahinya,” kata Bush kepada Nicolas Sarkozy, Presiden Prancis, suami Bruni.

Sejak menikah dengan Sarkozy, 53 tahun, Februari lalu, bintang Carla Gilberta Bruni Tedeschi kian berpendar. Pekan lalu, wanita 40 tahun kelahiran Turin, Italia, itu mengumumkan album terbarunya, Comme Si De Rien N’était (As If Nothing Had Happened). Album yang baru beredar akhir Juli mendatang ini berisi 14 lagu bertema cinta, seks, dan narkotik. Misalnya, You Are My Drug—yang dipersembahkannya bagi para pencinta obat terlarang—dengan lirik: ”lebih membunuh daripada heroin Afganistan, lebih berbahaya daripada kokain Kolombia”.

Lagi-lagi Bruni menuai sanjungan. Harian Le Figaro tak hanya menyebut album ini ”karya yang matang”, tapi juga ”album yang sudah tak sabar dinanti selama berpuluh-puluh tahun”. Namun, mengingat Le Figaro adalah pendukung setia Sarkozy, banyak yang curiga ada ”udang” di balik pujian itu. Sebelumnya, Bruni sudah meluncurkan dua album dan belasan lagu. Semua kandas di pasar dan tiada yang mengenangnya sebagai penyanyi sukses.

Inilah pertama kalinya di Barat, seorang nyonya presiden menempuh ka­rier sebagai penyanyi di saat suaminya masih bertakhta. Sarkozy sangat bangga atas debut istri cantiknya. Ia sadar betul kemampuan Bruni meningkatkan popularitas politiknya yang—menurut beberapa jajak pendapat di negerinya—mulai redup.

Padahal reputasi sang madame lumayan ”buram” untuk memenuhi syarat seorang first lady. Awal April lalu, Balai Lelang Christie’s International di New York, Amerika, menjual foto telanjang Bruni. Hasil jepretan Michael Comte pada 1993 terjual US$ 91 ribu (sekitar Rp 850 juta), 20 kali lebih mahal da­ripada prediksi semula. Termahal di antara foto bugil model-model lain—yang peringkatnya lebih tinggi, seperti Kate Moss, Gisele Bündchen, dan Naomi Campbell—yang juga dilelang hari itu.

Seperti tokoh-tokoh dalam serial Sex and The City, Bruni begitu mudah pindah ke lain pria. Setidaknya ada 30 lelaki—semua kaya dan ternama—yang pernah dipacari wanita yang masuk daftar 20 fotomodel termahal di dunia ini, termasuk pengusaha Donald Trump dan penyanyi Mick Jagger. Perselingkuhan Bruni dengan Jagger inilah penyebab istri sang rocker, Bianca Jagger, meminta cerai.

Wanita yang memulai karier di dunia model pada usia 19 tahun ini juga pernah tinggal serumah dengan pe­nulis Jean-Paul Enthoven dan pada saat yang sama menjalin affair dengan anak kekasihnya, Raphael Enthoven. Hubungan gelap ini membuahkan seorang putra, Aurelien, yang lahir pada 2001. Lantar­an ”hobi” gonta-ganti pasangan ini, model iklan Guess ini sempat dijuluki trophy girl, piala yang digilir ke beberapa pria.

Toh, putri pasangan seniman Italia, Marisa Borini, dan Alberto Bruni Tedeschi ini tak ambil pusing. Dia malah bilang menikmati kehidupan seks­nya itu lantaran ”bosan dengan monogami”. Bahkan, setengah bercanda, dia menyatakan punya angan-angan untuk berpoligami (menikah dengan lebih dari satu pasangan).

Namun, bak membalik telapak tangan, Bruni begitu mudah ”menganulir” prinsip hidupnya tatkala bertemu dengan Sarkozy. ”Saya tergoda oleh ke­tampanan, pesona, dan ­kecerdasannya,” kata Nona Bruni waktu itu. Ia mengaku bertemu dengan Sarkozy lewat sebuah blind date, Oktober tahun lalu. Pada bulan itu, sang Monsieur bercerai dengan istrinya, Cecilia. Pasangan cinta kilat ini ”go public” dengan berlibur ke Disneyland, Paris, dan kemudian ke Mesir serta Yordania akhir tahun lalu. Dua bulan kemudian, mereka menikah. Ini perkawinan pertama mempelai wanita dan ketiga bagi mempelai pria. Sebelum Cecilia, Sarkozy pernah menikah dengan Marie-Dominique Culioli.

Cecilia bukan satu-satunya ”lawan” Bruni. Buku La Véritable Histoire de Carla et Nicolas (Editions du Moment) yang ditulis Valérie Bénaim dan Yves Azéroual membeberkan perseteruan antara Bruni dan Menteri Hukum Prancis Rachida Dati. Madame Dati adalah sahabat dekat Sarkozy dan Cecilia yang sangat menentang hubungan sepasang kekasih itu.

Pada malam tahun baru lalu, menurut seorang sumber dalam buku itu, keduanya berpapasan saat Bruni akan masuk ke kamar Sarkozy di Istana Elysée. Bruni, yang waktu itu belum menjadi Nyonya Sarkozy, melabrak perempuan itu, ”Kamu kan yang sebetulnya mau tidur di kamar ini?” Bruni juga menyuruh ibu menteri itu berhenti mengirimkan pesan pendek ke telepon seluler Sarkozy setiap pagi.

Bruni memang tahu betul cara me­nyingkirkan ”lawan politik”-nya, termasuk dengan menggunakan mode sebagai alat diplomasi. Saat berkunjung ke Inggris—bersamaan dengan lelang foto telanjangnya di Christie’s—ia memakai setelan formal dan topi abu-abu serupa Jacky Kennedy. Sang supermo­del sadar bahwa pakaian bisa berbicara banyak. Itu sebabnya, setiap menemani suaminya, ia selalu mengenakan busana merek Prancis dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tak seperti Cecilia yang gemar menenteng tas Prada ­merek Italia, Bruni dengan yakin memilih buatan dalam negeri: Christian Dior. Dan pilihannya pun bagaikan sebuah ”gerakan nasional” di ne­gerinya.

Januari lalu, saat keduanya belum menikah, Sarkozy berniat memboyong sang pacar dalam kunjungan resmi ke India. Pemerintah India pun kelabakan. Mereka hanya punya protokol untuk istri tamu negara, bukan pacar. Seperti juga di Indonesia dan banyak negara Asia, pasangan tak menikah di India dianggap ”tak layak diperlakukan sebagai suami-istri”. Apalagi sebagai first lady. Namun akhirnya India ”mengalah” dan menyerahkan keputusan kepada Prancis. Untunglah, Bruni urung hadir dan kehebohan tak perlu terjadi.

Alih-alih dipermalukan, Sarkozy ­jus­tru mendapat keuntungan dari ”manuver” istri ketiganya ini. Popu­laritasnya yang merosot di Prancis beranjak meningkat sejak Bruni mengumumkan akan meluncurkan album. Madame Bruni pun sadar bahwa ”ka­rier” barunya di Istana Elysee ini akan menuai banyak kecaman. ”Baik atau buruk yang saya lakukan, orang pasti mengkritik karena saya istri Presiden,” katanya. Meski begitu, dia mengaku berusaha memisahkan sisi seni dan sisi politis dalam dirinya.

Media-media Prancis mungkin banyak yang menghujani Bruni dengan puja-puji. Sebaliknya, media Inggris—yang terkenal paling kejam sedunia—tanpa ragu mengecamnya. The Independent dengan pedas me­nulis: There’s no doubt that she’s a slut. Pelacur.

Tapi Bruni tetap berkibar. Ia mungkin belajar dari lirik salah satu lagu di album terbarunya: You can curse me or damn me. Saya tak peduli.

Andari Karina Anom (BBC, Independent, The New York Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus