AMERIKA Serikat kembali mengangkasakan pesawat ulang-alik. Setelah mengorbit selama lima hari, Selasa dinihari pekan ini pesawat Discovery berawak lima antariksawan kawakan itu mendarat mulus di pangkalan udara militer di California. Itulah uji terbang pertama pesawat ulang-alik Amerika setelah tragedi Challenger, Januari 1986 lalu. Sukses penerbangan "perdana" Discovery itu tak terlepas dari penyempurnaan yang dilakukan Badan Ruang Angkasa Amerika, NASA, terhadap armada pesawat ulang-alik tersebut. Perbaikan utama yang mereka lakukan adalah perbaikan desain cincin O, yang menjadi penyekat pada roket penyokong. Adalah kebocoran pada cincin O, yang menghubungkan mesin dan tubuh roket, yang disebut-sebut sebagai penyebab meledaknya pesawat ulang alik Challenger, dan menewaskan kelima awaknya, dua tahun lalu. Selain perbaikan pada cincin O, perubahan penting lain yang dilakukan adalah pemasangan perangkat penyelamat awak pesawat, yang dahulu tak dipasang pada Challenger karena, waktu itu, perlengkapan tersebut dianggap terlalu berat dan tak akan banyak gunanya. Hasil penyelidikan terhadap musibah Challengerlah yang memunculkan lagi pertimbangan perlunya pemasangan perangkat penyelamat awak pesawat itu karena terbukti kokpit Challenger tetap utuh ketika pesawat antariksa itu meledak. Dan, ada dugaan para awak Challenger masih hidup selama hampir tiga menit sebelum pesawat itu menghunjam ke laut dengan kecepatan lebih 320 km/jam. Maka, pada Discovery dipasang dua sistem penyelamat. Pertama, untuk menyelamatkan diri bila terjadi kecelakaan ketika pesawat masih di tempat peluncuran. Kedua, untuk menyelamatkan diri saat pesawat ulang-alik sudah mengangkasa. Kemajuan lain, para antariksawan, selama sembilan menit menjelang peluncuran, masih memiliki kesempatan menggagalkan penerbangan bila mereka mendeteksi hal-hal yang mencurigakan. Bahkan, setelah mesin dinyalakan pun, masih terdapat peluang 30 detik untuk menyelamatkan diri dengan menggunakan keranjang yang tergantung di luar pintu kokpit. Sebelumnya semua itu tak mungkin dilakukan. Pengunduran peluncuran Discovery selama 98 menit ternyata bukan karena ada hal-hal mencurigakan ditemukan awak pesawat itu. Keterlambatan sematamata atas pertimbangan cuaca yang dianggap kurang ideal. Suhu udara yang terlalu dinginlah dianggap sebagai salah satu penyebab bocornya cincin O pada Challenger, hingga roket penyokong meledak. Trauma Challenger itu segera musnah bersama terlepasnya kedua roket penyokong dari Discovery, dua menit empat detik kemudian setelah peluncuran. Tak heran bila Presiden Ronald Reagan, yang menyaksikan peluncuran melalui televisi di Gedung Putih, tampak cerah sesudah Discovery mengangkasa dari tempat peluncuran Cape Kennedy, Kamis pekan lampau. "Amerika kembali ke angkasa luar," kata Reagan tersenyum lebar. Amerika memang tampak tak tanggung-tanggung menebus kegagalan Challenger. Itu terlihat dari muatan yang dibawa Discovery: Tracking and Data Relay Satellite System (TDRS-2), satelit komunikasi seberat hampir dua setengah ton yang sangat canggih dan rumit. TDRS-2 ini akan bekerja sama dengan TDRS-1, yang sudah beroperasi sejak 1983. Kedua satelit ini akan berada di geo-synchronous-orbit (GSO) -- sekitar 36.000 km di atas khatulistiwa. Posisi kedua satelit komunikasi itu memang diatur demikian rupa agar jangkauan pemancar dan penerima radio TDRS melingkupi lebih dari 90% dunia karena tujuan TDRS adalah menyediakan saluran komunikasi yang hampir terus-menerus antara sesama pesawat ulang-alik dan stasiun buminya. Selama ini hubungan radio pesawat ulang-alik yang mengorbit dengan stasiun bumi kurang mulus. Satu kali pesawat mengelilingi orbitnya, selama 90 menit, NASA hanya dapat berhubungan tak lebih dari 15 menit. Padahal, komunikasi ini sudah dibantu sekitar 14 stasiun bumi yang tersebar di seluruh dunia. Beroperasinya TDRS-2 akan membuat waktu komunikasi dengan pesawat ulang-alik meningkat menjadi 85 menit per orbit. Satelit yang dirancang menangani komunikasi 24 pesawat ulang-alik sekaligus ini juga punya kapasitas menyalurkan data lebih besar. Sebagai gambaran: sistem ini mampu mengkomunikasikan satu set ensiklopedi 20 jilid, yang masing-masing terdiri atas 1.200 halaman, dalam satu detik. Tak heran bila satelit berukuran 19 X 14 meter ini harganya sekitar Rp 170 milyar. Karena satelit ini ditekuk-tekuk ketika dimasukkan di perut Discovery, maka proses meluncurkannya cukup rumit. Itulah sebabnya awak Discovery yang berada di bawah Kolonel (Laut) Frederick Hauck harus melakukan latihan keras sebelumnya. Latihan yang mereka lakukan antara lain berada di bawah air dengan pakaian lengkap. Supaya mirip dengan keadaan tanpa bobot di ruang angkasa. Latihan berat itu tampak tak sia-sia. Peluncuran TRDS-2 berjalan lancar. Yang tak lancar malah beberapa tetek-bengek pada Discovery, seperti alat pendingin yang diperlukan menyejukkan kabin ketika pesawat memasuki atmosfer bumi. Sebab, pada saat itu, bagian luar pesawat akan bersuhu sangat panas akibat gesekan dengan udara pada kecepatan tinggi. Seandainya alat pendingin itu tak dapat diperbaiki, bukan berarti para antariksawan akan terpanggang di dalam pesawat. Paling-paling suhu akan sedikit naik -- sekitar 30 derajat Celsius. Tapi, menurut pejabat Badan Ruang Angkasa Amerika, kala itu bisa diatasi dengan cara memerintahkan kelima antariksawan mengenakan pakaian lebih ringan dan minum lebih banyak. Maka, wajar kalau para pejabat NASA menganggap penerbangan Discovery "hampir sempurna". Apalagi, sebelum peluncuran, para teknisi sempat mengkhawatirkan keadaan 1.475 komponen yang dianggap dalam keadaan bahaya 1. Juga 2.108 komponen lain yang dikategorikan bahaya 1-R Artinya: Jika ada di antara komponen ini yang rewel, musibah seperti Challenger bisa berulang. Namun, kontrol yang ketat dan teliti ternyata berhasil mengamankan semua komponen tersebut. Jika sukses penerbangan ulang-alik ini berlanjut terus, maka antariksawati Indonesia akan segera turut mengangkasa. Asisten Administratur NASA John A. MacBride, menyatakan dalam wawancara per telepon dengan wartawan TkMPO Bambang Harymurti, Selasa siang kemarin, "Saya kira, paling cepat baru dua tahun lagi Pratiwi dapat diluncurkan." Bambang Bujono (Amerika Serikat) & Bambang Harymurti (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini