SETELAH sewindu menjadi bayang-bayang Presiden Ronald Reagan, kendali pemerintahan Amerika Serikat segera akan beralih ke tangan George Bush. Bagaimana corak politik luar negeri dan kebijaksanaan ekonomi Amerika empat tahun mendatang? Kelihatannya tak akan ada perubahan berarti. "Kalaupun ada perbedaan, paling-paling hanya dalam nuansanya," kata Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Perkiraan itu terutama didasarkan pada tema kampanye Bush, yang menjanjikan akan meneruskan garis kepemimpinan Reagan. Keduanya konservatif, memang. Tapi Bush lebih realis dan pragmatis. Faktor inilah yang membuat banyak orang Republik meragukan kesetiaan Bush terhadap konservatifisme yang dianut pendahulunya. Perbedaan ini diduga akan segera tercermin dalam politik luar negeri dan kebijaksanaan ekonomi Amerika. Soalnya, Bush akan dipaksa lebih akomodatif, karena Kongres (gabungan Senat dan House of Representative) dikuasai orang-orang Demokrat. Perimbangan kekuatan Republik dan Demokrat cukup mencolok: Senat (44 lawan 56) dan House of Representative (173 lawan 262). Dalam sistem pemerintahan Amerika, meski presiden punya hak veto dalam membuat kebijaksanaan, Kongres punya peran yang tak bisa diabaikan guna mengegolkan keinginan pemerintah. Maka, tak bisa dielakkan Bush harus menyusun kebijaksanaan bipartisan. Diduga, atas dasar pertimbangan itu Bush mencalonkan James Baker, manajer kampanye Bush, menduduki jabatan menteri luar negeri dalam kabinet mendatang. Pengangkatan Baker dan pandangan politik Bush yang "kurang" berorientasi pada ideologi akan menyebabkan perubahan fundamental, baik dalam substansi maupun dalam gaya politik luar negeri Amerika. Perubahan yang akan segera terlihat, menurut sejumlah pengamat politik di Washington, adalah mengenai sikap Amerika terhadap rezim-rezim kiri, seperti Nikaragua. Baker diduga akan melancarkan usaha usaha diplomatik untuk menelurkan stabilitas di Amerika Tengah. Langkah ini jelas sangat berbeda dengan kebijaksanaan pemerintahan Reagan, yang berusaha menggilas rezim-rezim kiri itu, dan selalu gagal. Meski Bush berkali-kali mengatakan mendukung sepenuhnya kelompok pemberontak Contra, yang dibantu Amerika, tanpa sokongan Kongres usaha membendung komunisme di Nikaragua akan gagal lagi. Dalam berhadapan dengan Uni Soviet, Bush juga akan menghadapi tantangan besar. Seruan damai yang dilontarkan Mikhail Gorbachev akan membuat Amerika kesukaran "mendisiplinkan" sekutu-sekutunya, terutama di Eropa. Sekarang saja gejala itu sudah terlihat. Jerman Barat dan beberapa negara Eropa Barat sudah mulai memperluas hubungan dagangnya dengan Soviet. Bahkan mereka pun mendesak Amerika agar tidak terlalu memaksakan pembatasan ekspor teknologi tinggi ke blok Timur. Meski Reagan pada 1982 pernah memaksa sekutu Amerika di Eropa agar mengekang perdagangan dengan blok komunis, diperkirakan pemerintahan Bush akan mengambil jalan lebih "halus." Ia diduga akan mencoba membatasi perdagangan maupun bantuan ekonomi Barat kepada Soviet apabila Gorbachev tidak menurunkan biaya pembangunan kekuatan militernya. Di Asia, sebegitu jauh hanya India dan Filipina yang mengambil sikap "menunggu". India tak begitu gembira dengan kemenangan seorang Republik. Itu lantaran sikap Reagan yang condong mendukung Pakistan dalam menghadapi pendudukan Soviet atas Afghanistan. Padahal, Pakistan adalah ancaman utama India. Sementara itu, di Filipina, Bush dikenang dengan ucapan-ucapannya semasa Ferdinand Marcos berkuasa. Beberapa tahun silam, dalam kunjungan ke negara-negara ASEAN, Bush memuji-muji pemerintahan Marcos yang "demokratis." Ucapannya itu memperlihatkan ketaksensitifannya tentang keadaan dalam negeri di Filipina. Padahal, salah satu faktor yang paling ditonjolkan dalam kampanyenya adalah pengalamannya di bidang diplomasi yang lebih banyak ketimbang Dukakis. Yang juga melegakan negara-negara Asia adalah kemungkinan Amerika menjadi negeri proteksionistis. Paling tidak, menurut mereka, jaminan tersebut akan berlangsung sampai 1992. Bila Amerika berubah menjadi proteksionistis, keputusan itu terutama akan memukul Indonesia, yang mengekspor tekstil dan pakaian jadi ke sana. Mungkinkah Amerika akan tetap antiproteksionis? Pada waktu Bush resmi memangku jabatan kepresidenan, 20 Januari depan, "bulan madu" dengan pemilih akan berakhir. Pada waktu itulah berbagai "realitas Amerika" akan muncul. Menurut ramalan, menjelang 1992, bila keadaan tak berubah, utang Amerika bisa lebih dari US$2 trilyun. Untuk itu, Bush harus berusaha agar ketakseimbangan perdagangan dengan mitra-mitra bisnis Amerika di luar negeri lebih dikurangi. Itu berarti salah satu kebijaksanaannya akan mengarah kepada langkah-langkah proteksionisme. Apalagi hasil pengumpulan pendapat umum menjelang pemilu menunjukkan bahwa rakyat Amerika lebih khawatir oleh ancaman ekonomi Jepang, Korea, dan negara-negara industri lain, ketimbang ancaman militer Soviet. Gejala itu pasti akan berpengaruh terhadap sikap Demokrat, yang menguasai lembaga-lembaga perwakilan. Dengan demikian, Bush mau tak mau harus mencari kompromi dengan oposisi dalam menjalankan kebijaksanaan perekonomian luar negerinya. Karena itu, ancaman proteksionisme belum akan lenyap, dan kita mesti siap-siap untuk menghadapi kemungkinan paling buruk. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini