PENYAYI tenar Madonna memilih tidak memberikan suaranya dalam pemilihan presiden Amerika Selasa pekan lalu. Ia tak menyebutkan alasannya. Ternyata, banyak orang Amerika yang mengikuti jejak Madonna: memilih tinggal di rumah ketimbang memasukkan hak suara mereka ke kotak-kotak pemilihan. Menurut catatan, hanya 49% (sekitar 89 juta orang) dari mereka yang berhak memilih menggunakan hak mereka. Dari jumlah itu, George Bush memperoleh 53% dan Michael Dukakis.45%. Dibandingkan pemilihan empat tahun lalu, mereka yang tak menggunakan hak suara kali ini -- populer dengan sebutan golongan putih (Golput) -- naik 3.000.000 orang. Apa pasal? "Sikap apatis pemilih yang cenderung meningkat beberapa tahun terakhir ini merupakan salah satu penyebab menurunnya jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pemilu," ujar Edward Lurie, anggota panitia pemilu Partai Republik. Di Negara Bagian New York, misalnya, mereka yang mendaftarkan diri (bukan yang pergi ke kotak suara) anjlok hampir 500.000 orang dibandingkan dengan pemilu sebelumnya: dari 9.000.000 menjadi 8.500.000 calon pemilih. Padahal, panitia pemilu kedua partai kontestan telah berupaya menarik pemilih sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan dana jutaan dolar. "Saya benci memilih kedua calon itu. Keduanya sama-sama mengerikan," ucap wanita pengusaha Phyllis Braff. Ia lebih suka memberikan suaranya untuk Doris Duke, wanita kaya yang membayar uang jaminan US$5 juta bagi Imelda Marcos pada Pengadilan Manhattan, New York, baru-baru ini, ketimbang memilih George Bush atau Michael Dukakis. Duke bagi Braff adalah contoh orang Amerika yang berperikemanusiaan. Alasan lain mereka yang enggan memilih: Bush maupun Dukakis tidak hangat, tidak dekat dengan rakyat, dan tak pandai bicara. "Bush maupun Dukakis tidak seperti Reagan. Dukakis ingin seperti Truman, sementara Bush ingin seperti Reagan. Mereka tak bisa menjadi diri mereka sendiri, karcna mereka memang tak cukup, mampu untuk itu," ujar Sarah Nicholson. Hal senada juga dilontarkan Marion Holmes, 65 tahun, yang mengaku belum pernah absen mengikuti pemilu selama ini. "Keduanya tak melakukan apa-apa kecuali menampilkan kekotoran masing-masing. Mereka tak mengatakan hal yang positif. Seluruh kampanye mereka sangat memalukan. Saya pikir, mereka bukan calon yang memenuhi syarat," ucapnya. Gejala yang direkam koran The New York Times itu, menurut sejarahan James MacGregor Burns, merupakan sisi gelap problem pokok demokrasi Amerika saat ini. Menurunnya persentase jumlah pemilih dalam pemilu Amerika sebetulnya bukan hal baru. Angka tertinggi partisipasi rakyat selama tiga dekade terakhir hanya tercatat ketika John Kennedy tampil sebagai calon Waktu itu tercatat 62,8%, pemilih memberikan suara mereka. Ketika Reagan menang besar pada 1984, cuma 53,1% pemilih yang mendatangi kotak suara. Kelompok masyarakat mana sesungguhnya yang memegang kekuatan dalam pemilu Amerika? Ada dua kelompok besar yang bisa mengubah perimbangan peroleh suara kandidat: masyarakat kulit hitam dan masyarakat yang berbahasa ibu Spanyol. Kedua kekuatan ini umumnya penyokong Demokrat. Dalam tiga pemilu terakhir, misalnya, sedikitnya 85% pemilih kulit hitam memberikan suara mereka untuk calon Demokrat. Penduduk yang berbahasa Spanyol itu -- kebanyakan emigran dan Amerika. Tengah -- hampir 70% menyokong Demokrat, yang dikenal sebagai partai kelompok orang yang berpenghasilan pas-pasan dan berpendidikan rendah. Sementara itu, mereka yang berpenghasilan dan berpendidikan baik umumnya memilih Republik. Dari tujuh kategori penghasilan pemilih kemarin (mulai dari mereka berpendapatan di bawah US$12.500 sampai diatas US$5100.00 per tahun), hanya mereka yang menduduki peringkat berpenghasilan paling rendah saja yang terbanyak mendukung Dukakis (62%). Sisanya yang berpendapatan di atas US$12.500, sebagian besar menyokong Bush. Bahkan di kelompok mereka yang berpenghasilan di atas US$100.000, Dukakis hanya mendapat penyokong 32%, sementara Bush 65%. Di kalangan tamatan universitas, yang menyokong Dukakis hanya 37%, sedangkan untuk Bush 62%. Hanya mereka yang tak tamat SLA dan penganggur yang memberikan suara terbesar untuk Dukakis -- masing-masing 56% dan 62%. Untuk dua kategori pemilih terakhir ini, Bush memperoleh suara 43% dan 37%. Bagaimana dengan pemilih muda? Suara yang diperoleh Bush maupun Dukakis hampir imbang. Tapi perolehan ini merupakan pukulan buat Republik, karena anak muda yang mendukung Reagan pada pemilu 1984 hampir 60%. Tentang orang-orang konservatif (penyokong Republik) dan liberal (pendukung Demokrat), menurut pengumpulan pendapat yang dilakukan surat kabar The New York Times dan stasiun televisi CBS, hampir tak ada perubahan dibandingkan pemilu sebelumnya: Bush meraih dukungan 80% dan Dukakis 81%. Yusril Djalinus (Burlington, Vermont)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini