KETEGANGAN belum reda di kedua sisi Tembok Berlin, meski rombongan pelarian Jerman Timur dikabarkan telah pulang, pekan lalu. Menurut radio Bonn, kelima pencari suaka itu meninggalkan gedung kedutaan besar Jerman Barat di Praha Cekoslovakia, pagi-pagi sekali. Pelarian sepekan itu cukup memusingkan para pengambil keputusan di Berlin. Soalnya, yang berniat hengkang ke Barat kali ini bukan orang sembarangan. Ia tak lain Ingrid Berg, kemanakan Perdana Menteri Willi Stoph. Willi adalah orang kedua setelah Erich Honecker, presiden dan pemimpin Partai Komunis Jerman Timur. Ikut minggat bersama Ingrid adalahsuaminya, Hans-Dieter Berg, putranya Jens, 7, putrinya Simone, 3, dan mertua perempuannya Olga Berg. Mereka meninggalkan rumah mereka yang besar di Zeezen, dusun di selatan Berlin. Melalui Potsdam dengan berkendaraan mobil, rombongan itu mencapai kedutaan besar Jerman Barat di Praha, 24 Februari lalu. Sebetulnya, pelarian dari timur ke barat Jerman yang terbelah dua bukan lagi cerita baru. Sebelum Berliner Maer - Tembok Berlin yang angker itu - dibangun, 12 Agustus 1961, pernah tercatat 20.000 orang minggat dalam sehari dari timur ke barat. Setelah tembok berdiri - panjang 45 km dan tinggi 5 meter, bermahkota kawat berduri, dijaga serdadu bersenjata dan bedil yang bisa menembak sendiri - angka itu menurun sampai hanya 25 orang per hari. Dalam kasus Ingrid, tiga pemerintah sempat dibikin sibuk: Jerman Timur, Jerman Barat, dan Cekoslovakia - yang ketempuhan lokasi pembelotan. Bersama keluarga Ingrid, konon, masih ada beberapa pembelot yang berlindung di gedung kedutaan besar Jerman Barat di Praha itu. Pembicaraan mengenai nasib keluarga Ingrid dilakukan secara rahasia. Jerman Barat diwakili Hans-Jochen Vogel, seorang tokoh parlemen. Jerman Timur diwakili Wolfgang Vogel, pengacara dan teman karib Presiden Erich Honecker. Tak jelas apa yang dibicarakan kedua Vogel itu. Paling tidak, mereka tampaknya memperhatikan imbauan para diplomat Pakta Warsawa dan NATO, agar kasus Ingrid diselesaikan tanpa mengancam hubungan Bonn-Berlin. Kantor berita Jerman Timur, ADN, tak banyak berkomentar. Media pemerintah itu hanya sempat mencaci suami Ingrid, yang mereka sebut "mempunyai masa lalu yang jahat dan antisosial." Tetapi, menurut koran konservatif Jerman Barat, Frankfurter Allgemeine, serangan itu merupakan isyarat baik bagi keluarga ini. Tapi, nasib kemanakan Stoph sekeluarga itu, sampai awal pekan ini, masih tanda tanya. Berlin memang berjanji mengiinkan keluarga itu pindah ke Barat, dengan syarat lebih dulu pulang ke Jerman mur. Mereka juga menjamin tidak akan menghukum keluarga itu. Kendati demikian, "keluarga itu sendiri ngeri kalau janji Jerman Timur ini hanya akal bulus," tulis koran,"Bild Zeitung dari Hamburg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini