Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sudan Selatan Memberlakukan Jam Malam

Kepolisian Sudan Selatan memberlakukan jam malam secara nasional buntut kerusuhan di Ibu Kota Juba.

17 Januari 2025 | 22.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang syeikh memberikan pelajaran kepada anak perempuan tersebut pada bulan Ramadhan di Khalwa sheikh Tigani di Darfur selatan, Sudan, 6 Juni 2017. REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Sudan Selatan memberlakukan jam malam secara nasional yang berlaku mulai Jumat, 17 Januari 2025, mulai pukul 6 sore waktu setempat. Keputusan ini diambil buntut dari kerusuhan di Ibu Kota Juba yang dipicu oleh dugaan pembunuhan beberapa warga Sudan Selatan oleh tentara dan kelompok bersenjata yang beraliansi dengan Sudan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi, Kepala Polisi Sudan Selatan Peter Manyuat mengatakan jam malam akan berlaku mulai pukul 6 sore sampai 6 pagi setiap hari dengan tujuan memulihkan keamanan dan mencegah pengerusakan pada rumah dan gedung-gedung 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kepolisian tidak akan mentolelir segala bentuk kejahatan,” kata Manyuat.  

Sebelumnya pada Kamis malam, 16 Januari 2025, empat orang di Juba mengalami luka-luka akibat tembakan peluru dan sabetan parang ketika anak-anak muda dari sejumlah wilayah pinggir Juba melakukan penjarahan dan melakukan vandalisme ke beberapa toko milik warga Sudan. 

Pada Jumat, 17 Januari 2025, banyak toko-toko di Juba ditutup karena aparat kepolisian dan pasukan keamanan lainnya yang mencoba merelokasi warga Sudan ke tempat yang lebih aman karena khawatir warga Sudan menjadi sasaran kerusuhan. 

Kerusuhan di Sudan Selatan dipicu oleh dugaan pembunuhan pada sejumlah warga Sudan Selatan oleh tentara Sudan dan kelompok-kelompok aliansi di Kota Wad Madani, wilayah El Gezira, Sudan. Pada Selasa, 14 Januari 2025, militer Sudan mengutuk kejadian ini dengan menyebut individu tersebut yang dibunuh itu adalah orang-orang yang melakukan kekerasan di El Gezira setelah kelompok-kelompok HAM menyebut orang-orang tersebut melakukan serangan terhadap etnis warga sipil yang dituduh mendukung kelompok pemberontak Rapid Support Forces (RSF). Militer Sudan selama hampir dua tahun sedang berjuang menumpas anggota RSF. 

Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan pada awal pekan ini sudah memanggil duta besar Sudan atas tuduhan melakukan pembunuhan. Presiden Sudan Selatan Salva Kiir Mayardit menyerukan seluruh pihak agar bersikap tenang.          

“Jangan biarkan kemarahan menjadi hakim atau berbalik menyerang pedagang atau pengungsi asal Sudan yang saat ini sedang berlindung di Sudan Selatan,” kata Mayardit.       


Sumber: Reuters

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus