Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh mantan dan perwira militer Taiwan saat ini didakwa pada Senin karena diduga menjadi mata-mata Cina. Jaksa mengatakan dua diantaranya membuat video yang berjanji untuk “menyerah” kepada militer Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga dari terdakwa dituduh merekrut prajurit aktif untuk mengumpulkan informasi militer guna “mengembangkan jaringan untuk Cina,” kata Kantor Kejaksaan Tinggi Taiwan dalam sebuah pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empat perwira yang mereka daftarkan juga didakwa menyerahkan “beberapa item rahasia militer” ke Beijing dengan imbalan uang, katanya tanpa menjelaskan lebih lanjut jenis rahasia tersebut.
Dua orang lainnya – keduanya perwira aktif – diduga merekam video “perang psikologis” untuk Beijing di mana mereka berkata: “Saya bersedia menyerah kepada Tentara Pembebasan Rakyat.”
“Tentara aktif yang berjanji setia kepada Partai Komunis Cina adalah tindakan yang sangat buruk,” kata jaksa.
Terdakwa terakhir dituduh mencuri rahasia militer dari brankas di tempat kerjanya.
“Semua terdakwa pernah atau sedang menjadi prajurit... namun mereka mengkhianati negara dan rakyatnya hanya karena kepentingan pribadi... sehingga membahayakan keamanan secara serius,” kata jaksa.
“Kami meminta pengadilan untuk menjatuhkan hukuman yang lebih berat sebagai peringatan.”
Dakwaan yang dikeluarkan pada Senin adalah yang terbaru dari serangkaian kasus spionase yang terjadi baru-baru ini di pulau tersebut.
Bulan lalu, seorang pensiunan kolonel angkatan udara dijatuhi hukuman 20 tahun penjara karena menjadi mata-mata Beijing dan menyerahkan informasi rahasia keamanan nasional.
Pada Agustus, pasangan ayah-anak didakwa merekrut dua tentara yang diduga membantu mereka mengumpulkan informasi bagi Tiongkok tentang latihan militer “Han Kuang” terbesar di pulau itu.
Cina mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya dan telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap pulau tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua belah pihak berpisah pada 1949 setelah perang saudara dan sejak itu saling memata-matai.
Pilihan Editor: Taiwan Tahan Letnan Kolonel Diduga Mata-mata Cina
AL ARABIYA