Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ibu asal Ohio, Amerika Serikat, meninggalkan bayi perempuan berusia 16 bulan hingga mati kelaparan. sang ibu, Kristel Candelario, 32, menghabiskan 10 hari liburan dengan sang kekasih tanpa bayi bernama Jailyn tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Akibat perbuatannya, hakim menjatuhkan hukuman penjara kepada Candelario seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. “Sama seperti Anda tidak membiarkan Jailyn keluar dari selnya, Anda juga harus menghabiskan sisa hidup Anda di sel tanpa kebebasan,” kata Hakim Pengadilan Negeri Brendan Sheehan kepada ibu tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kristel Candelario, meninggalkan batinya Jailyn tanpa makanan atau air pada musim panas lalu agar dia bisa terbang ke Detroit dan Puerto Rico. Ia telah mengaku bersalah atas pembunuhan berat terhadap putrinya itu.
“Satu-satunya perbedaan adalah, penjara setidaknya akan memberimu makan dan memberimu cairan," kata hakim.
Ketika diberi kesempatan untuk berbicara, Candelario, yang mengaku sedang berjuang melawan depresi dan masalah kesehatan mental lainnya, mengatakan bahwa dia telah berdoa setiap hari untuk memohon pengampunan.
“Saya sangat terluka atas semua yang terjadi. Saya tidak mencoba untuk membenarkan tindakan saya, tapi tidak ada yang tahu seberapa besar penderitaan saya dan apa yang saya alami,” katanya.
“Tuhan dan putri saya telah mengampuni saya,” ujarnya.
Saya sangat terluka atas semua yang terjadi. Saya tidak mencoba untuk membenarkan tindakan saya, tapi tidak ada yang tahu seberapa besar penderitaan saya dan apa yang saya alami,” kata Candelario.
Orang tua Candelario membela putrinya itu. “Hati saya terkoyak berkeping-keping,” kata ibu wanita tersebut. “Saya di sini untuk memberi tahu dunia bahwa putri saya berasal dari rumah di mana terdapat nilai-nilai, keyakinan, emosi, kehangatan. Dimana yang terpenting adalah keluarga.”
Dia menambahkan bahwa kesehatan emosional Candelario terpengaruh lebih dari satu kali. Ia sedang dilanda depresi dan kecemasannya akhirnya menguasai dirinya.
Ayah Candelario mengatakan bahwa meskipun dia terkejut dengan semua yang terjadi, dia tetap memberikan dukungan moral dan spiritual kepada putri tercintanya. “Saya mohon belas kasihan, pengertian, dan belas kasihan,” katanya.
Candelario meninggalkan balitanya di rumah mereka di Cleveland pada Juni 2023 tanpa pengawasan apa pun sehingga dia dapat bepergian sendirian. Sebuah foto yang diambil tiga hari setelah liburan, menunjukkan sang ibu tersenyum di pantai berpasir Puerto Rico, bahkan ketika putrinya sedang sekarat di rumah.
“Waktu yang dinikmati adalah waktu yang sebenarnya dijalani,” tulis Candelario dengan santai dalam caption yang menyertai foto yang dibagikannya di Facebook.
Ketika Candelario kembali 10 hari kemudian, dia menemukan Jailyn tidak bernapas dan menelepon 911. Anak tersebut dinyatakan meninggal dunia oleh paramedis di tempat.
Sang bayi tewas di dalam boks tempat tidur dengan berkubang kotorannya. Menurut laporan polisi, selimut kotor dan lapisan bawah penuh dengan urin dan feses.
Otopsi menemukan bahwa Jailyn meninggal karena kelaparan dan dehidrasi parah.
NEW YORK POST
Pilihan editor: Jepang Optimis Kerja Sama Bilateral akan Naik di Bawah Pemerintahan Prabowo Subianto