Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Matador adalah seorang torero yang ahli dalam pertarungan melawan banteng. Matador dalam adu banteng ini biasanya mengenakan jubah untuk menghabisi banteng dengan pedang yang ditusukkan di antara tulang belikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umumnya, matador ini bergender laki-laki, namun matador perempuan juga ada yang berpartisipasi dalam meningkatkan tontonan selama berabad-abad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Matador ini mulai dikenal sekitar 1914, mengutip dari britannica.com, ketika Juan Belmonte ingin merevolusi tontonan yang kuno. Dengan tujuan utama pertarungan ini adalah mempersiapkan banteng untuk ditusukkan pedang. Penekanan bahaya yang dari Belmonte dari pengenaan jubah yang rapat dan anggun. Ini membuat pembunauhan menjadi hal yang sekunder. Kemudian lebih dekat dengan tanduk banteng menjadi sensasi dalam semalam. Sayang, beberapa matador pernah terbunuh saat mencoba meniru Belmonte.
Kemungkinan kematian dan sikap meremehkan dari matador, serta keterampilannya menghindari cedera membuat penonton tertarik. Penonton menilai matador ini berdasarkan keterampilannya, keanggunan, dan keberaniannya. Sehingga, adu banteng ini dipandang bukan sebagai pertarungan antara matador dengan banteng, tetapi antara matador dengan dirinya. Yang menjadi daya tarik dari tontonan ini adalah unjuk keberanian di tengah kemungkinan bencana bahaya yang ada.
Selain Belmonte, ada matador hebat sepanjang masa lainnya yang merupakan teman baiknya sendiri, Joselito. Dia merupakan matador terhebat yang terbunuh di atas ring pada 1920. Perlu diketahui, bahwa hampir dari setiap matador pernah ditanduk setidaknya sekali dengan tingkat keparahannya yang berbeda. Belmonte sendiri telah ditanduk lebih dari 50 kali.
Kegiatan yang dominan diisi oleh laki-laki ini, membuat upaya perempuan mengambil bagian di dalamnya selama berabad-abad. Karena jika ditilik, seni ini secara tradisional merupakan seni maskulin. Hingga akhirnya muncul torera atau matadora perempuan pertama yang pada sejarahnya muncul pada tahun 1654. Ia merupakan seorang biarawati yang diduga meninggalkan biara untuk menjadi matador.
Dona Maria de Gaucin, matadora yang dibedakan bukan hanya karena keberaniannya, tetapi kecantikan dan kebajikannya. Namun, setelah beberapa tahun dan ia terkenal di seluruh Spanyol, kemudian memiliki untuk kembali ke biara dan menjalankan agama. Ia menikmati ketenaran yang tercermin dari eksploitasinya di arena banteng. Selain dia, ada La Verte yang cukup sukses selama lebih dari 7 tahun pada abad 20-an. Hingga akhirnya pemerintah menetapkan jika pertarungan perempuan ilegal dan tidak bermoral.
Pilihan Editor: Sevilla Gelar Adu Banteng Pertamanya Sejak Pandemi Covid-19