INGGERIS memang tidak sepenting dulu, tapi seorang wanita
barangkali untuk pertama kalinya akan menjadi perdana menteri di
sana lewat pemilu sekali ini. Ny. Margaret Thatcher, 54 tahun,
yang memimpin partai Konservatif atau Tory bersaing terutama
sekali dengan James Callaghan, pemimpin partai ,Buruh. Tentang
ini dari London, pembantu TEMPO Gabriel Gay melaporkan:
Pemilu 3 Mei ini menyusul jatuhnya pemerintahan Callaghan di
tengah-tengah ancaman inflasi dan pemogokan buruh yang selalu
merongrong. Callaghan, 67 tahun, masih belum akan gampang untuk
dikalahkan. Partainya yang sudah 5 tahun berkuasa tampak masih
akan melanjutkan programnya untuk menanggulangi masalah inflasi
dan pengangguran. Program Callaghan itu sendiri tidak mempunyai
banyak cela. Tapi mungkin saja kaum pemilih Inggeris mau mencoba
Ny. Thatcher, yang cukup lincah yang mempunyai daya tarik. Namun
Ny. Thatcher, ketika ditantang Callaghan, menolak untuk berdebat
di depan layar TV ala Amerika.
Kampanye pemilu Inggeris lebih ditekankan pada masalah domestik
seperti inflasi, pengangguran dan perpajakan. Ada 12 partai yang
berkampanye, yang beraneka ragam coraknya -- dari yang paling
kiri, ingin mendirikan pemerintahan proletar, hingga paling
kanan yang ingin mengusir keluar semua orang kulit berwarna.
Dari sekian banyak itu, hanya tiga saja -- Buruh, Tory dan
Liberal --yang tetap menarik perhatian. Partai Liberal yang
dipimpin David Steel, 41 tahun, selalu ikut memegang peranan
menentukan, terutama bila Buruh maupun Tory sukar mencapai
mayoritas yang meyakinkan. Kabinet Callaghan Maret lalu jatuh di
parlemen karena Liberal menarik dukungannya pada Buruh.
Masih ada kemungkinan salah satu dari Dua Besar itu mengajak
Liberal membentuk pemerintahan koalisi. Tapi seperti Buruh dan
Tory, partai Liberal pun menonjolkan manifesto politik
tersendiri. Sekali ini Liberal mendesak supaya sistim pemilu
dirobah. Sistim distrik yang sekarang tidak menguntungkannya.
Maka Liberal menuntut sistim perwakilan berimbang dan menyatakan
"hanya akan berkoalisi dengan partai yang menyetujui perobahan
sistim pemilu 1984." Untuk pemilu sekali ini Liberal
mengharapkan tambahan suara terutama dari kalangan orang muda.
Steel menjadi populer di Inggeris setelah ia mengusulkan dan
menggolkan 12 tahun lalu Undang-undang yang menglzmkan aborsi --
pengguguran kandungan.
Bagi siapa pun yang menang, soal pemogokan buruh akan
merisaukan. Pemerintahan Callaghan terkenal lembek -- ingin
"damai" saja --terhadap soal ini. Sedang Tory bersedia "perang"
untuk mengurangi pengaruh serikat sekerja, jika perlu. Sikap
keras itu pernah dilaksanakan pemerintahan (Tory)-Edward Heath
tahun 1974. Di Inggeris ada sekitar 12 juta buruh. Menjelang
pemilu ini, partai Buruh tak lupa menandatangani "perjanjian
persahabatan" dengan Dewan Tertinggi Serikat Buruh Inggeris.
Sikap terhadap Masyarakat Ekonomi Eropa merupakan bahan
pemikiran Inggeris dalam pemilu sekarang. Tory pasti
menginginkan Inggeris tetap dalam MEE, juga Callaghan bersikap
demikian. Tapi sayap kiri dalam partai Buruh berpendapat
keanggotaan MEE tidak menguntungkan ekonomi pertanian Inggeris.
Jika Tory menang dan Buruh berperan sebagai oposisi, tulis Tbe
Economist, mungkin menimbulkan kemungkinan partai Buruh makin
terdorong untuk berkampanye supaya keluar dari MEE, dan ini akan
berpengaruh pada pemilu berikutnya pada tahun 1984.
Masalah luar negeri umumnya sedikit sekali mempengaruhi kampanye
pemilu Inggeris. Kedua partai utama itu tidak banyak bertikai,
kecuali pada variasi kecil. Umpamanya Tory bersikap lebih keras
terhadap Uni Soviet, mengingat Ny. Thatcher, berbeda dengan
Callaghan, tidak ragu-ragu untuk menjual pesawat Harrier yang
kontroversial itu pada Cina. Namun Ny. Thatcher bukan pula
pencinta Cina.
Soal luar negeri yang agak dekat ke rumah bagi Inggeris ialah
rencana penyelesaian damai di Rhodesia. Partai Buruh secara
tegas hanya bersedia mengakui pemerintahan Zimbabwe Rhodesia
yang baru bila pemilu pekan lalu di sana diawasi PBB dan
disertai kedua unsur Front Patriotik. Sedang Tory mau
mengakuinya tanpa persyaratan itu. Soalnya ialah Konservatif,
jika memegang pemerintahan, mungkin akan diminta bantuannya oleh
pemerintah Zimbabwe-Rhodesia yang baru untuk melawan Front
Patriotik. Dan jika Front Patriotik menang, bagaimana? Vietnam
dalam bentuk baru bagi Inggeris? Hal ini ikut merisaukan pemilu
sekarang.
Tapi siapa pun yang bakal memenangkan pemilu ini, baik Tory
maupun Buruh akan melanjutkan hubungan bersahabat dengan
negara-negara berkemhang. Pengaruhnya pada Indonesia, misalnya,
sama saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini