KOTA 1001 malam telah tenggelam lebih dari 1001 tahun. Baghdad
kini bukan lagi kota Harun Al Rasyid, tentu. Bahkan di abad ke-9
"Kota Bundar dari Al Manshur" itu telah ditinggalkan dan tak
jadi penting. Ia rusak oleh perang saudara. Tapi siapa yang bisa
meninggalkan bayang-bayang sejarah dari tepi sungai Tigris?
Memang, sedikit sekali yang tertinggal di sini. Tak seperti di
Paris, misalnya, di mana yang lama dan yang baru berjajar
seperti dalam kontinuitas, kota Baghdad hampir seutuhnya
bangunan tembok dan aspal yang baru. Bahkan patung Abu Nawas
yang membelakangi kebun mawar dan tebing beton sungai Tigris,
lebih merupakan kesaksian jaman kini yang cirinya belum mantap
patung itu dibuat tergesa-gesa, ditulisi dengan huruf yang
buruk. Dan di depan Abu Nawas yang bisu, mobil-mobil menyebarkan
berisik sejak pagi.
Tapi bukan kebetulan bila orang Arab menyebut daerah rang dulu
bernama Mesopotamia ini dengan kata "Iraq", negeri yang berakar
kokoh. Pada 90 km di selatan Baghdad, sebuah papan nama
menyambut kita dengan "Selamat Datang ke Propinsi Babylon".
Wilayah itu kini gundul, cuma diselingi perkebunan kurma dan
bukit keras. Menteri Emil Salim yang termasuk rombongan resmi
tamu dari Indonesia, mengingatkan. Mesopotamia-lah kasus
kerusakan ekologi yang tertua. Dan kita tahu: nama "Babylon"
sudah di sana selama ribuan tahun.
Adakah karena masa lampau itu begitu penuh, begitu sesak,
sehingga hampir tiap babak sejarah Iraq perlu penghancuran?
Hulegu datang dari Mongol di abad ke-13, menjarah Baghdad dan
membunuh 800.000 penduduk. Timur menyerbu dua abad berikutnya.
Khalitah Al Manshur pernah mendirikan "kota yang damai" di tepi
barat sungai Tigris, tapi sungai ini akhirnya hanya menyaksikan
perang demi perang, pembunuhan demi pembunuhan. Sisa masa silam
seakan terlampau menyilaukan. Bahkan sebuah gerbang tua yang
dibangun di abad ke-11 pada tahun 1917 diledakkan oleh pasukan
Turki yang mundur.
Dan di bulan Juli 1958, orang juga merobohkan sebuah lambang tua
yang lain. Raja Faisal 11 dan putera mahkotanya dibunuh. Perwira
militer nasionalis yang dipimpin Kassim menduduki Baghdad,
mengepung istana, menggebrak musuh-musuhnya. Tokoh politik lama
Nuri as-Said dikabarkan mencoba lari dengan berpakaian perempuan
setelah dua hari bersembunyi. Tapi ia tertangkap dan dibunuh.
Jarinya dipotong dan dikirimkan kepada orang yang membencinya,
Nasser. Sejak itu "revolusi" jadi kata besar dan cara yang
lazim.
Enam tahun kemudian Kassim sendiri digulingkan. Ia juga dibunuh.
Ada yang bilang tubuhnya diseret dengan truk. Lalu muncul Arief.
Belum lagi empat tahun, ia tewas dalam kecelakaan heli. Kakaknya
yang kemudian memerintah. Di tahun 1968, si kakak juga
ditumbangkan dan ditembak. Sejak itu berkuasalah Marsekal Ahmad
Hassam al-Bakr, presiden yang sekarang.
SADDAM HUSSAIN
Dalam buku acara kunjungan Adam Malik ke Iraq, tak ada
dicantumkan sepatah kata pun tentang acara pertemuannya dengan
Presiden Hassam al-Bakar. Yang disebut ialah kemungkinan
pembicaraan "resmi". Tak jelas dengan siapa.
Pihak Indonesia tentu memandang layak bila Adam Malik tidak
hanya bertemu dengan Wakil Presiden Taha Mohieddin Maaruf. Siapa
pun tahu bahwa jabatan wakil presiden di Iraq hanya bersifat
protokoler saja Kekuasaan nyata di tangan Presiden Hassan
al-Bakr, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Revolusi. Ia didampingi
oleh Wakil Ketua Dewan yang sangat menentukan: Saddam Hussain.
Potret kedua pemimpin ini terpampang hampir di tiap tempat: di
pabrik traktor atau di kedai kurma. Tapi toh dalam buku acara
juga tak disebut-sebut kemungkinan pembicaraan dengan Saddam
Hussain....
"Itu karena alasan sekuriti," demikian penjelasan yang didengar.
Tiap acara Hassam al-Bakr dan Saddam Hussain nampaknya
dirahasiakan ketat. Baru beberapa jam terakhir pihak protokol
Indonesia diberitahu, bahwa pertemuan dengan presiden tidak
jadi. Baru beberapa jam terakhir pula dinyatakan Adam Malik akan
bertemu dengan Saddam Hussain.
Presiden Bakr memang sudah lama dikabarkan sakit-sakitan.
Seorang diplomat Asia yang belum lama ini bertemu muka dengannya
terpaksa membatasi pembicaraan hanya sampai 5 menit. Kini hampir
semua urusan pemerintahan dipegang Saddam. Dialah si "orang
kuat". Dialah yang disiapkan buat menggantikan Bakr kelak.
Siapakah Saddam Hussain? Ia tersenyum ramah seperti orang Arab
sejati, tapi ia berkumis tebal seperti Stalin. Umurnya
diperkirakan sekitar 44. Ia dulu seorang tokoh mahasiswa, yang
menurut cerita nyaris digantung, ketika revolusi (entah yang
mana) persis terjadi. Ia berasal dari kota Takrit, sebuah kota
kecil tepi sungai antara Mosul dengan Baghdad -- dan dengan
demikian sekampung dengan Presiden. Ia tampil sebagai pemimpin
berkat kecakapan organisasinya dalam Partai Baath yang berkuasa,
tapi juga karena sejak mula didukung Presiden Bakr. Bahkan ada
yang mengatakan Saddam adalah kemenakan Kepala Negara juga.
Tapi jika kita percaya sebuah dugaan yang juga beredar tentang
Iraq, belum bisa dipastikan bahwa Saddam-lah yang kelak akan
jadi orang No. 1. Dia orang sipil. Para pemimpin militer dalam
Partai Baath mungkin berpendapat lain bila Presiden Bakr nanti
tak ada lagi. Dan melihat kerasnya penjagaan terhadap dirinya,
Saddam nampaknya tahu ia tak cuma dikelilingi pengagum dan
teman-teman. Kita juga tak tahu pasti seberapa jauh Partai Baath
didukung rakyat. Sejak monarki tumbang 21 tahun yang lampau, di
Iraq belum pernah ada pemilihan umum.
Betapa-pun, rezim yang sekarang telah bertahan 11 tahun lamanya
-- suatu prestasi besar dalam kecakapan mempertahankan
stabilitas.
SOSIALISME
"Di sini listrik dan air sampai jauh ke desa-desa," kata seorang
Indonesia kagum. Dengan produksi minyak yang berkapasitas 2,5
juta barrel sehari (hampir 2x Indonesia), dan penduduk cuma 12
juta, langkah seperti itu di Iraq bukan mustahil. Negeri
petrodollar yang lain, yang tak berbau sosialis, juga melakukan
pemerataan seperti itu.
Tapi sosialisme Partai Baath di Iraq tentu menunjukkan jejaknya
yang tersendiri. Lebih dari di Mesir dan Suriah, sektor swasta
di sini tetap dibatasi pada perdagangan eceran, hotel kelas
menengah ke bawah, bioskop, restoran. Harga-harga dikontrol.
Juga nampaknya diawasi jenis konsumsi. Tak banyak barang mewah
nampak. Sebuah duty free shop yang hanya boleh dimasuki orang
asing, atau mereka yang berpaspor, menawarkan barang yang di
Jakarta dengan mudah didapat di Proyek Senen atau Pasar Cikini
sepatu Italia, sepeda roda tiga bikinan Spanyol, dasi-dasi yang
bergaris ramai, arloji Swiss, dan tentu saja rokok luar negeri
& minuman keras.
Tak berarti hidup menjadi "sederhana". Sosialisme Baath
berbicara tentang perjuangan kelas, tapi hidup di Iraq tak
selamanya buruk bagi si punya dan si kaya. Bangunan kantor dan
tempat tinggal misalnya, yang umumnya dimiliki swasta, dapat
menghasilkan uang besar. Ongkos sewa rumah di sini bisa tinggi
sekali: sejak 1973 naik lebih 10 kali lipat. Rumah tinggal Duta
besar RI misalnya, yang tak mewah menurut ukuran Kebayoran Baru,
dikenai sewa hampir Rp 5 juta sebulan.
Tak diketahui bagaimana si pemilik rumah menggunakan uangnya. Ia
mungkin bisa membeli rumah lagi pemilikan tanah di pedesaan
dibatasi, tapi pemilikan bangunan di kota kabarnya tidak. Atau
ia pergi ke luar negeri untuk berbelanja. Ia bisa membawa mata
uang asing antara $ 680 sampai $ 1.700 -- satu batasan yang
cukup menyenangkan bagi kelas atas Iraq, baik yang swasta
ataupun pemerintah.
Sosialisme Baath juga di rumah mengijinkan hal-hal lain mobil
pribadi macam-macam merek yang kian memenuhi Baghdad, yacht
clubs yang berpusat di sungai Tigris, satu kelab malam dengan
penari wanita yang "berani", pelbagai film asing kecuali
kung-fu. Juga lukisan abstrak di gedung-gedung resmi, beberapa
puisi sentimentil di koran pemerintah dan lagu-lagu pop tentang
cinta yang bergelombang.
Dan di dekat monumen Prajurit Tak Dikenal yang berbentuk
sederhana, Iraq mulai membangun hotel Sheraton.
MESJID-MESJID
Adam Malik banyak berkunjung ke mesjid, baik di sekitar Baghdad
maupun di an-Najaf dan Karbela. Tiap kali ia datang langsung
penyambutnya berkata "Mesjid ini diperbaiki oleh Presiden Hassam
al-Bakr." Kemudian ada saat berdoa. Sang ulama pun tak cuma
mendoakan arwah Nabi dan keluarganya, tapi juga kesejahteraan
Presiden.
Adakah hubungan selalu mesra antara pemerintahan Partai Baath
dengan kalangan ulama? Partai itu sendiri buka "bernafaskan"
Islam: pendirinya yang terkemuka ialah Michel Aflaq, seorang
Kristen dari Damaskus. Sementara itu untuk beberapa waktu
lamanya golongan Syi'ah mungkin kurang dapat perhatian yang
layak. Padahal tradisi oposisi sangat kuat pada kaum ini. Di
an-Najaf pusat mereka, masih tetap ada sirdab atau
gudang-gudang di bawah tanah untuk menyembunyikan para
pembangkang politik. Dan Pebruari 1977 memang kerusuhan terjadi
di situ dan di Kerbala.
Kini, setelah revolusi Iran -- dan setelah pemerintah Iraq ikut
mengusir Khomeini yang 14 tahun berdiam di an-Najaf --
pemerintah Baghdad punya alasan untuk lebih berhati-hati.
Restorasi mesjid lama dan tempat suci dengan segera dapat
prioritas. Dibandingkan dengan mesjid Umayyah yang tua dan
tersohor di Damaskus, mesjid di sini nampak mengkilap.
An-Najaf dalam banyak hal merupakan kaitan antara Iraq dengan
sebagian sejarahnya yang masih hidup. Penduduknya diperkirakan
tak sampai setengah juta. Di salah satu tepi jalannya yang
beraspal rapi, terbentang kuburan puluhan ribu, tempat terbaring
ummat Syi'ah dari pelbagai penjuru, dengan pusara yang berbentuk
kuali-kuali terbalik.
Di pusat kota inilah terletak makam Sayidinna Ali bin Abu
Thalib, Khalifah ke dalam sejarah Islam, orang besar yang
terbunuh, Imam pertama kaum Syi'ah. Inilah sebabnya kota di
barat sungai Eupfrat ini dianggap "kota suci". Sepotong tanah
keras yang ditaruh orang Syi'ah di depannya waktu bersembahyang
berasal dari sini.
Pada dasarnya, tak banyak beda antara mesjid Sayidinna Ali di
an-Najaf dengan mesjid-mesjid lain yang menyimpan kubur orang
besar dalam sejarah Islam di kawasan ini. Di suatu ruangan yang
diterangi lampu kristal raksasa di bawah relung yang penuh
hiasan emas dan pualam, berdiri makam dari luar bangunan ini
mirip sebuah kurungan besar. Di dalamnyalah makam sebenarnya
terletak. Jika kita tempelkan wajah kita ke jeriji kurungan itu,
akan tercium harum kesturi. Di bawah sana, di bagian dalam, di
sekeliling makam, bertaburan mata uang kertas ataupun logam.
Entah berapa ribu dinar tiap kali didermakan dengan cara ini.
Sementara itu di luar, halaman dalam mesjid umumnya dibiarkan
terbuka luas. Ada rombongan penziarah, termasuk para wanita
dalam purdah hitam. Ada kamar-kamar gelap yang mengelilingi
halaman itu. Ada kontras: sementara mesjid itu cemerlang di
dalam, di sini suasananya adalah kefakiran. Di kamar-kamar itu
nampak orang tua yang kumal, sakit, jompo, ditemani orang sebaya
atau beberapa ekor kucing. Mungkin mereka menginap di sana.
Mungkin pula bermukim.
Barangkali itulah tanda keyakinan dan kebahagiaan. Meskipun bagi
sebagian orang Islam lain semua itu mungkin tanda pemujaan yang
berlebihan kepada kubur keramat. Dulu di tahun 1802-an dari
jazirah Arab pernah datang kaum Wahabi yang ingin "memurnikan
ajaran". Mereka menggempur makam Hussain, putera Ali, di
Karbala. Dan kaum Wahabi, yang kini menjadi pelayan Mekah dan
Madinah, dengan tegarnya juga mencegah agar makam Nabi pun tak
sampai jadi sembahan. Tuhan hanya Allah. Lihatlah, Kaabah juga
hanya bangunan sederhana.
WANITA
Bagaimana pendapat anda tentang pandangan Imam Khomeini di Iran
terhadap wanita? "Itu tidak adil," gadis itu menjawab. la
pegawai penerbangan Iraq di Baghdad, berbahasa Inggeris fasih.
Dari leontin emas bertuliskan ayat Qur'an di dadanya bisa diduga
ia berpenghasilan baik. Ia bercerita, bahwa sejak dua tahun yang
lalu di Iraq ada undang-undang yang membatasi poligami: si suami
harus mendapat izin dari isteri pertama. Perceraian harus dibawa
ke mahkamah agama sebelum dijatuhkan talak.
Partai Baath tak berbeda dengan partai kiri dan sosialis lain
di mana saja sangat memperhatikan gerakan kaum wanita. Di sini
ada sebuah organisasi tunggal khusus wanita, Federasi Umum
Wanita Iraq. Di sini ada majalah al-Mara'a (Wanita) yang
beroplah di atas 40.000. Dalam brosur resmi kita bisa lihat
wanita Iraq berpakaian seragam, terjun payung, bekerja di lab,
jadi pelukis, dst., dst. Di pabrik truk dan traktor "Antar" di
kawasan industri yang bernama Iskandariyyah memang ada
buruh-buruh wanita yang bekerja tak terpisah dari pria.
"Anda perlu tahu bahwa sejak zaman Summeria, beribu tahun
sebelum Masehi, sejak Hammurabi, hak-hak wanita dijamin," kata
seorang nyonya di sini. "Juga di awal zaman Islam, sebelum orang
Mongol datang." Konon cadar memang baru lahir setelah datangnya
para penyerbu itu.
Betapapun, cadar, Khomeini dan an-Najaf terasa jauh sudah dari
Baghdad dan acara untuk tamunya. Di malam kedua rombongan Adam
Malik dihidangi pameran busana Iraq sepanjang abad. Seregu
peragawati yang terlatih, diatur seorang perancang yang dibiayai
pemerintah, tampil -- cukup biasa nampaknya dengan low-cut atau
bra-less. Dan yang disebut "pengaruh Islam" dalam busana Iraq
rupanya hanya terbatas pada ragam hias di bahan tekstil di tubuh
para peragawati itu nampak garis-garis geometris, arabesque,
serta kaligrafi ayat-ayat Qur'an. . .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini