Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dari baghdad s/d karbala

Kunjungan balasan wapres adam malik ke irak & turki. baghdad yang dulu damai & indah kini penuh peperangan. saddam hussein orang terkuat di irak. (ln)

28 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA 1001 malam telah tenggelam lebih dari 1001 tahun. Baghdad kini bukan lagi kota Harun Al Rasyid, tentu. Bahkan di abad ke-9 "Kota Bundar dari Al Manshur" itu telah ditinggalkan dan tak jadi penting. Ia rusak oleh perang saudara. Tapi siapa yang bisa meninggalkan bayang-bayang sejarah dari tepi sungai Tigris? Memang, sedikit sekali yang tertinggal di sini. Tak seperti di Paris, misalnya, di mana yang lama dan yang baru berjajar seperti dalam kontinuitas, kota Baghdad hampir seutuhnya bangunan tembok dan aspal yang baru. Bahkan patung Abu Nawas yang membelakangi kebun mawar dan tebing beton sungai Tigris, lebih merupakan kesaksian jaman kini yang cirinya belum mantap patung itu dibuat tergesa-gesa, ditulisi dengan huruf yang buruk. Dan di depan Abu Nawas yang bisu, mobil-mobil menyebarkan berisik sejak pagi. Tapi bukan kebetulan bila orang Arab menyebut daerah rang dulu bernama Mesopotamia ini dengan kata "Iraq", negeri yang berakar kokoh. Pada 90 km di selatan Baghdad, sebuah papan nama menyambut kita dengan "Selamat Datang ke Propinsi Babylon". Wilayah itu kini gundul, cuma diselingi perkebunan kurma dan bukit keras. Menteri Emil Salim yang termasuk rombongan resmi tamu dari Indonesia, mengingatkan. Mesopotamia-lah kasus kerusakan ekologi yang tertua. Dan kita tahu: nama "Babylon" sudah di sana selama ribuan tahun. Adakah karena masa lampau itu begitu penuh, begitu sesak, sehingga hampir tiap babak sejarah Iraq perlu penghancuran? Hulegu datang dari Mongol di abad ke-13, menjarah Baghdad dan membunuh 800.000 penduduk. Timur menyerbu dua abad berikutnya. Khalitah Al Manshur pernah mendirikan "kota yang damai" di tepi barat sungai Tigris, tapi sungai ini akhirnya hanya menyaksikan perang demi perang, pembunuhan demi pembunuhan. Sisa masa silam seakan terlampau menyilaukan. Bahkan sebuah gerbang tua yang dibangun di abad ke-11 pada tahun 1917 diledakkan oleh pasukan Turki yang mundur. Dan di bulan Juli 1958, orang juga merobohkan sebuah lambang tua yang lain. Raja Faisal 11 dan putera mahkotanya dibunuh. Perwira militer nasionalis yang dipimpin Kassim menduduki Baghdad, mengepung istana, menggebrak musuh-musuhnya. Tokoh politik lama Nuri as-Said dikabarkan mencoba lari dengan berpakaian perempuan setelah dua hari bersembunyi. Tapi ia tertangkap dan dibunuh. Jarinya dipotong dan dikirimkan kepada orang yang membencinya, Nasser. Sejak itu "revolusi" jadi kata besar dan cara yang lazim. Enam tahun kemudian Kassim sendiri digulingkan. Ia juga dibunuh. Ada yang bilang tubuhnya diseret dengan truk. Lalu muncul Arief. Belum lagi empat tahun, ia tewas dalam kecelakaan heli. Kakaknya yang kemudian memerintah. Di tahun 1968, si kakak juga ditumbangkan dan ditembak. Sejak itu berkuasalah Marsekal Ahmad Hassam al-Bakr, presiden yang sekarang. SADDAM HUSSAIN Dalam buku acara kunjungan Adam Malik ke Iraq, tak ada dicantumkan sepatah kata pun tentang acara pertemuannya dengan Presiden Hassam al-Bakar. Yang disebut ialah kemungkinan pembicaraan "resmi". Tak jelas dengan siapa. Pihak Indonesia tentu memandang layak bila Adam Malik tidak hanya bertemu dengan Wakil Presiden Taha Mohieddin Maaruf. Siapa pun tahu bahwa jabatan wakil presiden di Iraq hanya bersifat protokoler saja Kekuasaan nyata di tangan Presiden Hassan al-Bakr, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Revolusi. Ia didampingi oleh Wakil Ketua Dewan yang sangat menentukan: Saddam Hussain. Potret kedua pemimpin ini terpampang hampir di tiap tempat: di pabrik traktor atau di kedai kurma. Tapi toh dalam buku acara juga tak disebut-sebut kemungkinan pembicaraan dengan Saddam Hussain.... "Itu karena alasan sekuriti," demikian penjelasan yang didengar. Tiap acara Hassam al-Bakr dan Saddam Hussain nampaknya dirahasiakan ketat. Baru beberapa jam terakhir pihak protokol Indonesia diberitahu, bahwa pertemuan dengan presiden tidak jadi. Baru beberapa jam terakhir pula dinyatakan Adam Malik akan bertemu dengan Saddam Hussain. Presiden Bakr memang sudah lama dikabarkan sakit-sakitan. Seorang diplomat Asia yang belum lama ini bertemu muka dengannya terpaksa membatasi pembicaraan hanya sampai 5 menit. Kini hampir semua urusan pemerintahan dipegang Saddam. Dialah si "orang kuat". Dialah yang disiapkan buat menggantikan Bakr kelak. Siapakah Saddam Hussain? Ia tersenyum ramah seperti orang Arab sejati, tapi ia berkumis tebal seperti Stalin. Umurnya diperkirakan sekitar 44. Ia dulu seorang tokoh mahasiswa, yang menurut cerita nyaris digantung, ketika revolusi (entah yang mana) persis terjadi. Ia berasal dari kota Takrit, sebuah kota kecil tepi sungai antara Mosul dengan Baghdad -- dan dengan demikian sekampung dengan Presiden. Ia tampil sebagai pemimpin berkat kecakapan organisasinya dalam Partai Baath yang berkuasa, tapi juga karena sejak mula didukung Presiden Bakr. Bahkan ada yang mengatakan Saddam adalah kemenakan Kepala Negara juga. Tapi jika kita percaya sebuah dugaan yang juga beredar tentang Iraq, belum bisa dipastikan bahwa Saddam-lah yang kelak akan jadi orang No. 1. Dia orang sipil. Para pemimpin militer dalam Partai Baath mungkin berpendapat lain bila Presiden Bakr nanti tak ada lagi. Dan melihat kerasnya penjagaan terhadap dirinya, Saddam nampaknya tahu ia tak cuma dikelilingi pengagum dan teman-teman. Kita juga tak tahu pasti seberapa jauh Partai Baath didukung rakyat. Sejak monarki tumbang 21 tahun yang lampau, di Iraq belum pernah ada pemilihan umum. Betapa-pun, rezim yang sekarang telah bertahan 11 tahun lamanya -- suatu prestasi besar dalam kecakapan mempertahankan stabilitas. SOSIALISME "Di sini listrik dan air sampai jauh ke desa-desa," kata seorang Indonesia kagum. Dengan produksi minyak yang berkapasitas 2,5 juta barrel sehari (hampir 2x Indonesia), dan penduduk cuma 12 juta, langkah seperti itu di Iraq bukan mustahil. Negeri petrodollar yang lain, yang tak berbau sosialis, juga melakukan pemerataan seperti itu. Tapi sosialisme Partai Baath di Iraq tentu menunjukkan jejaknya yang tersendiri. Lebih dari di Mesir dan Suriah, sektor swasta di sini tetap dibatasi pada perdagangan eceran, hotel kelas menengah ke bawah, bioskop, restoran. Harga-harga dikontrol. Juga nampaknya diawasi jenis konsumsi. Tak banyak barang mewah nampak. Sebuah duty free shop yang hanya boleh dimasuki orang asing, atau mereka yang berpaspor, menawarkan barang yang di Jakarta dengan mudah didapat di Proyek Senen atau Pasar Cikini sepatu Italia, sepeda roda tiga bikinan Spanyol, dasi-dasi yang bergaris ramai, arloji Swiss, dan tentu saja rokok luar negeri & minuman keras. Tak berarti hidup menjadi "sederhana". Sosialisme Baath berbicara tentang perjuangan kelas, tapi hidup di Iraq tak selamanya buruk bagi si punya dan si kaya. Bangunan kantor dan tempat tinggal misalnya, yang umumnya dimiliki swasta, dapat menghasilkan uang besar. Ongkos sewa rumah di sini bisa tinggi sekali: sejak 1973 naik lebih 10 kali lipat. Rumah tinggal Duta besar RI misalnya, yang tak mewah menurut ukuran Kebayoran Baru, dikenai sewa hampir Rp 5 juta sebulan. Tak diketahui bagaimana si pemilik rumah menggunakan uangnya. Ia mungkin bisa membeli rumah lagi pemilikan tanah di pedesaan dibatasi, tapi pemilikan bangunan di kota kabarnya tidak. Atau ia pergi ke luar negeri untuk berbelanja. Ia bisa membawa mata uang asing antara $ 680 sampai $ 1.700 -- satu batasan yang cukup menyenangkan bagi kelas atas Iraq, baik yang swasta ataupun pemerintah. Sosialisme Baath juga di rumah mengijinkan hal-hal lain mobil pribadi macam-macam merek yang kian memenuhi Baghdad, yacht clubs yang berpusat di sungai Tigris, satu kelab malam dengan penari wanita yang "berani", pelbagai film asing kecuali kung-fu. Juga lukisan abstrak di gedung-gedung resmi, beberapa puisi sentimentil di koran pemerintah dan lagu-lagu pop tentang cinta yang bergelombang. Dan di dekat monumen Prajurit Tak Dikenal yang berbentuk sederhana, Iraq mulai membangun hotel Sheraton. MESJID-MESJID Adam Malik banyak berkunjung ke mesjid, baik di sekitar Baghdad maupun di an-Najaf dan Karbela. Tiap kali ia datang langsung penyambutnya berkata "Mesjid ini diperbaiki oleh Presiden Hassam al-Bakr." Kemudian ada saat berdoa. Sang ulama pun tak cuma mendoakan arwah Nabi dan keluarganya, tapi juga kesejahteraan Presiden. Adakah hubungan selalu mesra antara pemerintahan Partai Baath dengan kalangan ulama? Partai itu sendiri buka "bernafaskan" Islam: pendirinya yang terkemuka ialah Michel Aflaq, seorang Kristen dari Damaskus. Sementara itu untuk beberapa waktu lamanya golongan Syi'ah mungkin kurang dapat perhatian yang layak. Padahal tradisi oposisi sangat kuat pada kaum ini. Di an-Najaf pusat mereka, masih tetap ada sirdab atau gudang-gudang di bawah tanah untuk menyembunyikan para pembangkang politik. Dan Pebruari 1977 memang kerusuhan terjadi di situ dan di Kerbala. Kini, setelah revolusi Iran -- dan setelah pemerintah Iraq ikut mengusir Khomeini yang 14 tahun berdiam di an-Najaf -- pemerintah Baghdad punya alasan untuk lebih berhati-hati. Restorasi mesjid lama dan tempat suci dengan segera dapat prioritas. Dibandingkan dengan mesjid Umayyah yang tua dan tersohor di Damaskus, mesjid di sini nampak mengkilap. An-Najaf dalam banyak hal merupakan kaitan antara Iraq dengan sebagian sejarahnya yang masih hidup. Penduduknya diperkirakan tak sampai setengah juta. Di salah satu tepi jalannya yang beraspal rapi, terbentang kuburan puluhan ribu, tempat terbaring ummat Syi'ah dari pelbagai penjuru, dengan pusara yang berbentuk kuali-kuali terbalik. Di pusat kota inilah terletak makam Sayidinna Ali bin Abu Thalib, Khalifah ke dalam sejarah Islam, orang besar yang terbunuh, Imam pertama kaum Syi'ah. Inilah sebabnya kota di barat sungai Eupfrat ini dianggap "kota suci". Sepotong tanah keras yang ditaruh orang Syi'ah di depannya waktu bersembahyang berasal dari sini. Pada dasarnya, tak banyak beda antara mesjid Sayidinna Ali di an-Najaf dengan mesjid-mesjid lain yang menyimpan kubur orang besar dalam sejarah Islam di kawasan ini. Di suatu ruangan yang diterangi lampu kristal raksasa di bawah relung yang penuh hiasan emas dan pualam, berdiri makam dari luar bangunan ini mirip sebuah kurungan besar. Di dalamnyalah makam sebenarnya terletak. Jika kita tempelkan wajah kita ke jeriji kurungan itu, akan tercium harum kesturi. Di bawah sana, di bagian dalam, di sekeliling makam, bertaburan mata uang kertas ataupun logam. Entah berapa ribu dinar tiap kali didermakan dengan cara ini. Sementara itu di luar, halaman dalam mesjid umumnya dibiarkan terbuka luas. Ada rombongan penziarah, termasuk para wanita dalam purdah hitam. Ada kamar-kamar gelap yang mengelilingi halaman itu. Ada kontras: sementara mesjid itu cemerlang di dalam, di sini suasananya adalah kefakiran. Di kamar-kamar itu nampak orang tua yang kumal, sakit, jompo, ditemani orang sebaya atau beberapa ekor kucing. Mungkin mereka menginap di sana. Mungkin pula bermukim. Barangkali itulah tanda keyakinan dan kebahagiaan. Meskipun bagi sebagian orang Islam lain semua itu mungkin tanda pemujaan yang berlebihan kepada kubur keramat. Dulu di tahun 1802-an dari jazirah Arab pernah datang kaum Wahabi yang ingin "memurnikan ajaran". Mereka menggempur makam Hussain, putera Ali, di Karbala. Dan kaum Wahabi, yang kini menjadi pelayan Mekah dan Madinah, dengan tegarnya juga mencegah agar makam Nabi pun tak sampai jadi sembahan. Tuhan hanya Allah. Lihatlah, Kaabah juga hanya bangunan sederhana. WANITA Bagaimana pendapat anda tentang pandangan Imam Khomeini di Iran terhadap wanita? "Itu tidak adil," gadis itu menjawab. la pegawai penerbangan Iraq di Baghdad, berbahasa Inggeris fasih. Dari leontin emas bertuliskan ayat Qur'an di dadanya bisa diduga ia berpenghasilan baik. Ia bercerita, bahwa sejak dua tahun yang lalu di Iraq ada undang-undang yang membatasi poligami: si suami harus mendapat izin dari isteri pertama. Perceraian harus dibawa ke mahkamah agama sebelum dijatuhkan talak. Partai Baath tak berbeda dengan partai kiri dan sosialis lain di mana saja sangat memperhatikan gerakan kaum wanita. Di sini ada sebuah organisasi tunggal khusus wanita, Federasi Umum Wanita Iraq. Di sini ada majalah al-Mara'a (Wanita) yang beroplah di atas 40.000. Dalam brosur resmi kita bisa lihat wanita Iraq berpakaian seragam, terjun payung, bekerja di lab, jadi pelukis, dst., dst. Di pabrik truk dan traktor "Antar" di kawasan industri yang bernama Iskandariyyah memang ada buruh-buruh wanita yang bekerja tak terpisah dari pria. "Anda perlu tahu bahwa sejak zaman Summeria, beribu tahun sebelum Masehi, sejak Hammurabi, hak-hak wanita dijamin," kata seorang nyonya di sini. "Juga di awal zaman Islam, sebelum orang Mongol datang." Konon cadar memang baru lahir setelah datangnya para penyerbu itu. Betapapun, cadar, Khomeini dan an-Najaf terasa jauh sudah dari Baghdad dan acara untuk tamunya. Di malam kedua rombongan Adam Malik dihidangi pameran busana Iraq sepanjang abad. Seregu peragawati yang terlatih, diatur seorang perancang yang dibiayai pemerintah, tampil -- cukup biasa nampaknya dengan low-cut atau bra-less. Dan yang disebut "pengaruh Islam" dalam busana Iraq rupanya hanya terbatas pada ragam hias di bahan tekstil di tubuh para peragawati itu nampak garis-garis geometris, arabesque, serta kaligrafi ayat-ayat Qur'an. . .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus