Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini pada Senin, 18 Maret 2024, menjauhkan diri dari tanggapan kritis para pemimpin Barat terhadap kemenangan telak Vladimir Putin dalam pemilihan presiden Rusia, dengan mengatakan keputusan para pemilih harus diterima.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putin, yang telah memimpin Rusia selama hampir seperempat abad, memenangkan pemilu tiga hari yang berakhir pada Minggu dengan rekor kemenangan telak pasca-Soviet, sehingga memperpanjang kekuasaannya selama enam tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amerika Serikat dan Eropa mengatakan pemilu tersebut tidak bebas dan tidak adil karena Putin telah menekan media yang memenjarakan lawan politiknya dan mencegah pihak lain untuk mencalonkan diri melawannya.
Namun Salvini, yang merupakan pemimpin partai Liga sayap kanan Italia dan merupakan sekutu setia Putin sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, mengatakan hasil pemilu harus diterima karena “ketika masyarakat memilih, mereka selalu benar”.
“Mereka (Rusia) memberikan suara dan kami mengakui hal itu, berharap 2024 akan menjadi tahun perdamaian,” katanya kepada wartawan di sela-sela konferensi di Milan.
Pernyataan Salvini menyoroti ketegangan internal dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Giorgia Meloni.
Menteri Luar Negeri Antonio Tajani, pemimpin partai Forza Italia yang berhaluan tengah dan wakil perdana menteri selain Salvini, mengatakan pada Minggu bahwa pemilihan presiden Rusia “tidak bebas dan tidak adil”.
Ditanya tentang pernyataan Salvini pada hari Senin, Tajani mengatakan: "Sikap kebijakan luar negeri Italia bergantung pada menteri luar negeri."
Meloni sendiri belum memberikan komentar mengenai hasil pemungutan suara Rusia namun telah menyuarakan dukungan kuat dari Italia kepada Ukraina selama dua tahun perjuangan mereka untuk memukul mundur pasukan Rusia yang menyerang.
Bulan lalu Salvini menuai kritik di Italia atas tanggapannya terhadap kematian lawan paling menonjol Putin, Alexei Navalny, di koloni hukuman terpencil di Arktik.
Bahkan ketika sebagian besar negara Barat menyalahkan Moskow sebagai penyebab kematian Navalny – sebuah tuduhan yang dibantah oleh Kremlin – Salvini mengatakan bahwa keputusan harus ditunda sampai “dokter dan hakim Rusia” membuktikan kebenarannya.
Liga ini memperoleh suara di bawah 9% menjelang pemilihan Parlemen Eropa pada bulan Juni, jauh dari 30% yang diperoleh lima tahun lalu.
Para analis mengatakan bahwa dalam upaya untuk menghidupkan kembali dukungan, Salvini telah bergerak lebih jauh ke sayap kanan, namun pergeseran tersebut belum membawa hasil dalam jajak pendapat.
REUTERS