Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Krisis pangan yang parah menghantui pengungsi di Gaza. Direktur Regional Badan Kesehatan Dunia atau WHO untuk Mediterania Timur, Hanan Balkhy, mengatakan bahwa sebagian warga di Gaza kini hanya bisa minum air limbah dan makan pakan ternak. Ia mendesak akses kemanusiaan segera ke Jalur Gaza yang terkepung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memperingatkan bahwa perang Israel di Gaza menyebabkan layanan kesehatan memburuk di wulayah yang lebih luas. "Dampaknya terhadap anak-anak akan memiliki dampak jangka panjang yang parah," kata Direktur Regional WHO kepada AFP dalam sebuah wawancara di kantor pusat WHO di Jenewa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menekankan bahwa ada orang-orang di Gaza yang sekarang mengonsumsi makanan hewan, rumput, dan minum air limbah. “Anak-anak hampir tidak bisa makan, sementara truk berada di luar Rafah.”
PBB telah lama memperingatkan bahwa kelaparan akan terjadi di Gaza, dengan 1,1 juta orang, atau sekitar setengah dari populasi, menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah.
Badan kemanusiaan PBB OCHA pada hari Selasa mengatakan kendala akses terus melemahkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman untuk menyelamatkan jiwa di seluruh Gaza. Kondisinya kian buruk pada Mei lalu. “Sedikit bantuan masuk terutama melalui persimpangan Karm Abu Salem dengan Israel.”
Balkhy menekankan bahwa Gaza membutuhkan perdamaian dan peningkatan akses bantuan melalui darat. Setelah kunjungan baru-baru ini ke penyeberangan Rafah dari Mesir ke Jalur Gaza selatan, saluran penting untuk mengirimkan bantuan ditutup awal bulan lalu. Ia mendesak Israel untuk membuka perbatasan tersebut.
Balkhy mengatakan Karm Abu Salem tidak cukup. Diperlukan upaya keras di koridor maritim. Pengiriman udara juga disebut tak masuk akal karena jalur darat jauh lebih murah dan efektif.
Balkhy menyuarakan rasa frustrasinya atas pemblokiran peralatan medis. “Kita berbicara tentang ventilator, bahan kimia pemurnian hingga air bersih,” kata dokter dari Arab Saudi tersebut.”
Balkhy menekankan kebutuhan yang sangat besar bagi para pasien di Gaza. Sebanyak 11.000 orang yang sakit kritis dan terluka sehingga memerlukan evakuasi medis.
“Pasien yang keluar menunjukkan beberapa trauma yang sangat kompleks seperti patah tulang, organisme yang resistan terhadap berbagai obat, anak-anak yang sangat cacat,” katanya.
“Untuk merehabilitasi orang-orang seperti ini dan merawat mereka, Anda memerlukan layanan kesehatan yang sangat kompleks,” kata Balkhy.
Pekan lalu, WHO memperingatkan adanya penghentian mendadak terhadap evakuasi medis sejak Israel melancarkan serangan terhadap Rafah pada awal Mei. WHO telah memperingatkan akan lebih banyak orang yang meninggal saat menunggu perawatan.
Sementara itu Israel terus menggempur Rafah ditengah upaya perundingan gencatan senjata dengan Hamas. Penembakan dan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 19 orang di Gaza tengah dan selatan pada Selasa, 4 Juni 2024. Dua di antara korban tewas adalah polisi yang membantu melindungi pengiriman bantuan kemanusiaan di kota Rafah di selatan, menurut petugas medis Palestina.
Sebanyak 17 korban lainnya berasal dari serangan udara Israel yang terpisah di kamp pengungsi al-Bureij dan al-Maghazi serta kota Deir-al-Balah di Gaza tengah. Pada Selasa malam, para pengungsi itu ditembaki di sebuah wilayah di sebelah timur Gaza yaitu di kamp al-Nusseirat.
WAFA | REUTERS
Pilihan editor: Top 3 Dunia; Spanyol Protes Kantor Konsulatnya Dilarang Beroperasi di Yerusalem