Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA anak Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono serta menantu Menteri Sekretaris Negara Pratikno mencuat dalam peta bisnis perikanan. Rino Febrian, menantu Pratikno, dan Indra Nugroho Trenggono, anak Trenggono, tercatat dalam berbagai akta perusahaan yang bergerak di bisnis perikanan. Salah satunya PT Indo Mina Lestari. Perusahaan itu merupakan pemilik sejumlah kapal ikan di bawah bendera PT Trinadi Mina Perkasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepanjang September hingga pekan kedua Oktober 2024, Tempo bersama Jaring berupaya mendapatkan tanggapan dari Indra dan Rino. Surat wawancara telah dikirimkan ke beberapa alamat kantor mereka yang tercantum di akta perusahaan serta rumah masing-masing di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, dan Bekasi, Jawa Barat. Namun tak ada tanggapan dari keduanya hingga Kamis, 10 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trenggono meminta anak buahnya merespons permintaan wawancara saat ia dicegat seusai acara Santap Siang Bersama Menu Ikan Jade Perch di Gambir, Jakarta Pusat. Sedangkan Pratikno mengirimkan jawaban tertulis lewat surat berkop Kementerian Sekretariat Negara pada 7 Oktober 2024.
Menteri Sekretaris Negara Pratikno:
Prosesnya Sudah Sesuai Aturan
Menantu Anda, Rino Febrian, tercatat punya bisnis perikanan. Anda dimintai saran?
Saya tak memahami bisnis perikanan. Menantu saya memang bercerita kepada saya sebagai ayahanda. Saya mengatakan bahwa bisnis perikanan itu sektor unggulan yang belum tergarap dengan baik. Jarang ada anak muda yang mau bergerak di bidang itu.
Investigasi kami menemukan kapal yang dikelola perusahaan milik Rino pernah dinyatakan bersalah dalam kasus illegal fishing. Apa respons Anda?
Saya sudah bertanya kepada menantu saya. Proses yang ditempuh sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Saya kurang memahami detail, tapi pejabat terkait sudah memberi izin, yang berarti sudah melewati prosedur yang ditetapkan.
Menantu Anda berkongsi dengan anak Menteri Kelautan dan Perikanan. Anda merestuinya?
Bekerja sama itu bagian dari profesi apa pun. Yang penting profesional.
Bukankah ini konflik kepentingan karena berbisnis ketika Anda dan Menteri Kelautan Sakti Wahyu Trenggono masih menjadi pembuat kebijakan?
Menantu saya meniti karier dengan menghormati peraturan yang berlaku. Saya tak pernah terlibat dalam pekerjaan profesional anak-anak. Mereka juga tak masuk ke bisnis yang terkait dengan kewenangan saya sebagai Menteri Sekretaris Negara.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pung Nugroho Saksono:
Tak Ada Kapal Ilegal
Dirjen PSDKP KKP Pung Nugroho Saksono. Antara/HO-KKP
Kami menemukan ada kapal ilegal beroperasi di Laut Arafura. Salah satunya Fu Yuan Yu 77. Apa tanggapan Anda?
Tak ada kapal ilegal itu. Kami sudah mengeceknya dan rata-rata itu adalah kapal yang membeli automatic identification system di Cina, lalu dipasang.
Bukan hanya Fu Yuan Yu 77, ada juga kapal Run Zeng 03....
Kapal itu sudah ditangkap dan sudah ada keputusan, yakni dirampas untuk negara. Kami akan menggunakannya sebagai kapal pengawas kelautan dan perikanan.
Mengapa kapal itu bisa sampai lolos ke perairan Indonesia?
Kapal Run Zeng awalnya berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, untuk mengurus izin. Namun entah bagaimana ceritanya bisa menangkap ikan di laut kita. Nelayan mendokumentasikan dan videonya sampai ke Pak Presiden dan jajarannya, termasuk Menteri Kelautan dan Perikanan. Kami diperintahkan menangkap kapal itu.
Ada dugaan terjadi praktik ilegal lain, seperti penyelundupan bahan bakar dan perdagangan orang. Apa temuan Anda?
Kami menyerahkan investigasi itu ke Kepolisian Daerah Ambon. Itu bukan kewenangan kami. Kami hanya berwenang mengurusi sektor kelautan dan perikanan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Liputan ini merupakan kolaborasi dengan Jaring.id yang didukung Pulitzer Center