Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Investigasi
Banting Setir Pekerjaan

Dampak Tambang Nikel Kolaka: Menjamur Rumah Kos-kosan dan Aneka Usaha

Keberadaan tambang nikel di Kolaka mendorong masyarakat pindah pekerjaan. Menjamur rumah kos-kosan dan aneka usaha.

13 Maret 2025 | 12.00 WIB

Indekos di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara, 27 Februari 2025. Tempo/Zainal A. Ishaq
Perbesar
Indekos di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara, 27 Februari 2025. Tempo/Zainal A. Ishaq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Keberadaan tambang nikel di Kolaka membawa dampak sosial-ekonomi.

  • Pelbagai usaha tumbuh, di antaranya rumah kos-kosan, rumah makan, dan peluang usaha lain.

  • Banyak warga banting setir mencari pekerjaan baru di Kolaka.

DI tepi jalan nasional Kolaka-Kolaka Utara, sekitar 1 kilometer dari gerbang utama lokasi tambang nikel, berdiri rumah makan Prasmanan. Pemiliknya bernama Heriyantim. Ia sudah menyandang hajah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Prasmanan menyediakan aneka menu, dari ayam geprek, ayam bakar, bakso dengan empat varian, mi ayam, hingga makanan khas tempatan: sup ubi. Perempuan 34 tahun ini membangun rumah makan sejak tahun lalu, bersamaan dengan mulai dibukanya lahan tambang di wilayah itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Heriyantim juga menyewakan satu lagi rumahnya, berdampingan dengan Prasmanan, untuk menjual berbagai macam alat keselamatan pekerja tambang nikel. “Adik saya yang menjaga toko barang safety itu,” katanya, Kamis, 27 Februari 2025.

Tak hanya itu, lulusan Universitas Muhammadiyah Kendari itu juga menyewakan dua mobilnya ke perusahaan tambang dengan nilai Rp 25 juta per bulan per mobil. Suaminya, Mustakim, pun bekerja di perusahaan tambang nikel.

Di belakang rumahnya, ia mendirikan rumah kos 12 kamar dengan harga Rp 1 juta per bulan. Heriyantim membangun rumah kos itu sejak dua tahun lalu. Ia pun melayani travel.

Berapa ia dapat per bulan dari pelbagai usahanya? "Pokoknya lumayan, he-he-he," tuturnya.

Sebelumnya, Heriyantim bekerja sebagai karyawan di Kendari. Lalu ia pulang ke kampung dan pernah menjadi calon kepala desa di Samaenre pada 2023. Tapi ia kalah. 

Di Kolaka, dampak ekonomi tambang nikel berdenyut seiring dengan masuknya PT Ceria Nugraha Indotama pada 2011 dan PT Vale Indonesia Tbk pada 2022. Adapun PT Aneka Tambang (Antam) Tbk sudah beroperasi sejak 1968. 

Menyusul rumah kos milik Heriyantim, kini di Samaenre tumbuh sepuluh tempat kos lain. Beberapa rumah kos muncul di Desa Tolowe Ponrewaru, sebelah utara Samaenre. Ada juga rumah kos yang baru dibangun di Desa Lapao-pao, selatan Samaenre. 

Suasana kawasan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, 26 Februari 2025. Tempo/Zainal A. Ishaq

Begitu masuk Pomalaa, tampak pelbagai fasilitas pabrik, kantor, dan perumahan karyawan perusahaan pelat merah itu. Rumah Sakit Umum Daerah Kolaka juga dibangun dari dana tanggung jawab perusahaan, yakni Antam.

Andi Hadiyanti, 31 tahun, pemilik rumah kos di Tolowe Ponrewaru, menyewakan kamar kos sejak Februari tahun lalu. Di kamar kos tersebut ada bilik mandi, dapur mini, kasur, dan kipas angin. Membangun kos-kosan sembilan pintu, plus rumah tinggal, Andi merogoh kocek sekitar Rp 500 juta. 

Andi juga punya rumah di desa sebelah, Samaenre, yang disewakan ke perusahaan tambang nikel per tahun Rp 50 juta. Rumah besar dengan delapan kamar ini menjadi tempat beristirahat petugas keamanan area tambang.  

Seperti Heriyantim, suami Andi, Rahmat Saifullah, juga bekerja di perusahaan tambang nikel. Di rumahnya terparkir mobil Daihatsu Xenia. “Alhamdulillah, lumayan,” ucapnya.

Sebelumnya, Andi bekerja di Kota Kolaka. Ia balik kampung untuk menikah dan mundur dari pekerjaan. Seiring dengan dibukanya tambang nikel di desanya, Andi dan suami bertekad mendirikan rumah kos di atas lahan pemberian orang tua suami.

Pendatang memang berdatangan. Salah satunya pasangan Yunita Arifin, 30 tahun, dan suaminya, Aswan, beserta satu anak usia balita mereka. Aswan bekerja di perusahaan tambang nikel. 

Bukan hanya rumah kos, penduduk lokal juga ada yang banting setir sebagai pengantar makanan buat para pekerja. Namanya Eko Syarman. Setiap hari ia menyediakan makanan yang diminta karyawan. Sebelumnya, Eko membantu orang tuanya bertani dan berkebun. 

Di Desa Hakatutobu, Pomalaa, yang berjarak sekitar 92 kilometer dari Kecamatan Wolo, Akmal menyediakan belasan pemuda sebagai tenaga bongkar-muat di Pelabuhan Hakatutobu. Seperti kebanyakan warga desa di situ, Akmal sebelumnya bekerja sebagai nelayan. 

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kolaka I Nyoman Suastika mengklaim denyut perekonomian di kabupatennya meningkat berkat industri tambang nikel. Ini terlihat, kata dia, dari produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku Kolaka yang terus meningkat.

Selain itu, pemerintah daerah meningkatkan daya saing pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan memberikan rangsangan modal usaha Rp 2,5 juta. Pengusaha UMKM ini juga mendapat bantuan peralatan dan pelatihan manajemen usaha, pengelolaan keuangan, serta pemanfaatan digitalisasi. “Ini untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan,” kata Nyoman.

Artikel ini merupakan serial liputan dampak tambang nikel terhadap ekologi, ekonomi, dan sosial yang didukung The China Global South Project

Sunu Dyantoro

Memulai karier di Tempo sebagai koresponden Surabaya. Alumnus hubungan internasional Universitas Gadjah Mada ini menjadi penanggung jawab rubrik Wawancara dan Investigasi. Ia pernah meraih Anugerah Adiwarta 2011 dan 2102.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus