Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Kisah Para Kaki Tangan

17 Februari 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RENCANA besar itu dibahas di ruang kerja Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie tiga tahun lalu. Selain sang empunya ruangan, hadir politikus Demokrat yang lama bekerja di Televisi Republik Indonesia, Max Sopacua. Di hadapan mereka, berdiri empat pria.

Pria pertama adalah General Manager Pengembangan Usaha TVRI Rajab. Meski sedang membahas masa depan lembaga penyiaran publik tempatnya bekerja, dia satu-satunya orang TVRI yang hadir dalam persamuhan hari itu.

Di samping Rajab, ada dua mantan produser senior ANTV, Elprisdat M. Zen dan Herman Chaniago atau Herman Ago. Keduanya bersahabat dan sering runtang-runtung. Ago juga dikenal sebagai orang sepak bola. Dialah yang mendatangkan klub tenar asal Inggris, Manchester United, ke Indonesia pada 2009. Sayang, hajatan besar itu buyar gara-gara bom meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta.

Pria keempat adalah Direktur Strategi Kreatif B-Plus Irwan Hendarmin. Dialah aktor di balik berbagai program promosi Piala Dunia 2014 di Indonesia. Dua bulan sebelumnya, B-Plus—anak perusahaan PT Bakrie Capital Indonesia—berhasil memperoleh tender untuk menyiarkan Piala Dunia 2014 di Indonesia.

Ketika itu, Direktur Utama Bakrie Capital Tryana Sjam'un memastikan B-Plus akan memberikan hak siar Piala Dunia kepada stasiun televisi nasional yang bersedia membayar paling mahal. Artinya, TV One dan ANTV—dua stasiun televisi milik Grup Bakrie—tak akan otomatis jadi pemenang.

Ini gagasan besar yang dipresentasikan di hadapan Marzuki: TVRI harus bisa mendapatkan hak siar Piala Dunia 2014 itu. "Untuk mengembalikan kejayaan TVRI, kita harus merebut penonton. Caranya? Sepak bola," kata salah satu peserta rapat hari itu kepada Tempo, dua pekan lalu. Dia tak mau disebutkan namanya.

Sepak bola memang olahraga paling populer di Tanah Air. Rating untuk televisi yang menyiarkan pertandingan bola selalu di atas rata-rata. Para peserta rapat hari itu yakin puluhan juta pasang mata akan kembali mencintai TVRI kalau stasiun televisi itu bisa menayangkan kompetisi bola paling bergengsi sejagat raya.

Untuk mewujudkan rencana ini, pembagian tugas pun disepakati. Elprisdat diplot menjadi Ketua Dewan Pengawas, orang paling penting dalam struktur manajemen TVRI. Kebetulan hari-hari itu seleksi anggota Dewan Pengawas memang sedang berlangsung di Senayan. Ada lebih dari 300 orang yang melamar untuk posisi itu. Ditemui dua pekan lalu, Marzuki mengakui Elprisdat meminta restunya untuk maju ke pemilihan tersebut. "Semua orang juga minta restu Ketua DPR," katanya ringan.

Adapun Irwan dipersiapkan untuk mengisi posisi Direktur Program dan Berita TVRI. Jejaring dan kedekatannya dengan pucuk pimpinan B-Plus diyakini bisa membantu TVRI mendapatkan tender hak siar Piala Dunia.

Nama Irwan muncul dari Herman Chaniago. Semula dia yang diplot untuk mengisi posisi sentral dalam pengelolaan lembaga penyiaran itu. Namun Ago menolak. "Saya tak bisa jadi pejabat," kata Ago ketika dimintai konfirmasi pada Januari lalu. Mantan Deputi Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia urusan pemasaran dan promosi ini mengaku lebih nyaman jika membantu TVRI dari luar.

Marzuki Alie mendapat tugas melobi Komisi Informasi DPR. Max juga ada di komisi itu. Jika ingin mendapatkan hak siar Piala Dunia, komisi yang menjadi mitra kerja TVRI ini harus menyetujui anggaran tambahan. Jumlahnya tak tanggung-tanggung: lebih dari Rp 600 miliar. Upaya ini gagal. Rencana besar Marzuki dan kelompoknya pun layu sebelum berkembang.

n n n

KEDEKATAN tiga serangkai Ago-Elprisdat-Marzuki sudah terjalin sejak lima tahun lalu. Pada 2009, Ago dan Marzuki merintis Liga Pendidikan Indonesia. Ini kompetisi sepak bola tingkat nasional pertama yang mempertemukan tim dari tingkat sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sampai universitas.

Gagasannya dari Ago, dananya dari Marzuki. "Motif saya hanya untuk mengembangkan sepak bola. Saya tidak dapat untung dari sana," kata Marzuki. Ago memang bukan wajah baru di dunia bola. Dia aktif di Yayasan Real Madrid, yang mengelola sejumlah sekolah sepak bola dengan lisensi dari klub tenar asal Spanyol itu.

Kedekatan di lapangan hijau membuat Marzuki menaruh kepercayaan besar pada Ago. Belakangan, Ago didaulat menjadi direktur di sejumlah perusahaan milik Marzuki, termasuk PT Global Perkasa Solusindo. Perusahaan itu bergerak di bidang teknologi informasi dan penyedia konten siaran (content provider).

Pada awal 2010, Ago dan kawan dekatnya, Elprisdat, diminta membantu Marzuki memenangi kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Mereka pun aktif di tim sukses Marzuki yang dikepalai Max Sopacua. Ikhtiar ini lagi-lagi kandas di Kongres Partai Demokrat di Bandung. Marzuki dipecundangi Anas Urbaningrum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus