Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Lumpuh Terpanggang Abu Panas

Penduduk di sekitar Markas AURI Raci, Pasuruan, Jawa Timur, sakit setelah terperosok ke dalam limbah beracun. Tanaman pertanian pun mati.

16 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Putri Dewi. TEMPO/Nurhadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN disertai angin yang turun hampir tiap hari dalam dua bulan terakhir di Desa Bendungan di Pasuruan, Jawa Timur, membuat debu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang bergunung-gunung di Markas Angkatan Udara Republik Indonesia di Raci beterbangan. “Tiap kali hujan, seperti ada badai. Kampung ini jadi gelap,” kata Abdul Rohim, penduduk desa itu.

Setiap hari setidaknya 57 truk bolak-balik menumpahkan limbah B3 di lahan kosong Markas AURI. Tak lagi menguruk lubang-lubang yang dulu tanahnya digali untuk menanggul lumpur Lapindo, abu dan material limbah B3 kini ditumpuk hingga membentuk bukit setinggi 3-5 meter. Jalan setapak tempat lalu-lalang truk itu membentuk lorong dengan bukit abu di kanan-kirinya.

Limbah yang disebar ke lahan kosong itu menjadi jalan orang-orang Desa Bendungan dan Desa Curah Dukuh menuju sawah dan kebun atau dijadikan jalan pintas ke desa sebelah. Tapi justru itulah awal malapetaka bagi Putri Dewi. Perempuan 53 tahun warga Dusun Curah Jarak itu kini tak bisa beringsut dari kamar tidur setelah kaki hingga pinggangnya terperosok ke tumpukan abu ketika pulang dari kebun pada Juli 2018.

Ketika Tempo menemuinya pada September tahun lalu, ia terkulai lemas di ranjangnya dengan bekas luka bakar yang masih basah di tangan, pinggang, hingga kaki. “Sekarang ibu sudah tak bisa apa-apa,” kata Sunarsih, anak Dewi. Bahkan, ketika Tempo mengajak bicara, Dewi tak bisa merangkai kalimat dengan mulus.


 

Putri Dewi

» Umur: 53 tahun

» Jenis kelamin: Perempuan

» Alamat: Dusun Curah Jarak, Desa Curah Dukuh, Kecamatan Kraton

» Luka bakar: Kaki-paha, tangan, dan pantat

» Tanggal: 31 Juli 2018

» Biaya: Rp 32 juta

» Santunan: Rp 3,5 juta

» Kronologi:

Putri terperosok hingga bagian dada saat pulang dari ladang sekitar pukul 09.00 WIB. Dia tak sengaja menginjak timbunan fly ash berwarna abu-abu yang tampak solid.

 


 

Sunarsih bercerita, ibunya saat pulang dari ladang melintasi sisi barat batas Markas AURI Raci, jalan berkerikil yang menjadi akses truk limbah. Dewi terperosok saat menginjak gundukan tanah berwarna abu-abu yang terhampar di sepanjang lahan perbatasan Markas AURI dengan permukiman penduduk itu. Pinggang hingga kakinya terkubur abu sisa pembakaran batu bara pembangkit listrik tenaga uap.

Warga sekitar yang tengah memulung limbah lain—kertas, logam, dan lumpur dari instalasi pembuangan air limbah, resin, dan gipsum—mengangkat tubuh Dewi yang melepuh. Rupanya, batu bara itu masih membara di bawah tanah. Dalam kondisi kritis, Dewi dibawa ke Rumah Sakit -Masyithoh, yang kemudian merujuknya ke RS Mitra Sehat Medika di Pandaan.

Selain menjalani perawatan intensif, Dewi tiga kali dioperasi untuk memulihkan kulit dan tulangnya yang terbakar. “Biaya pengobatannya habis Rp 23 juta,” ucap Sunarsih. Menurut dia, Markas AURI Raci memberikan santunan Rp 3,5 juta dengan cara mencicil.

Selain Dewi, tujuh penduduk terluka akibat terperosok ke dalam abu limbah itu dan mengalami luka bakar serius. Mereka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bangil, Pasuruan. Salah satunya Mustofa, laki-laki 32 tahun berkebutuhan khusus, yang terluka tangan dan kakinya karena tersedot abu panas ketika sedang bermain di dekat rumahnya.

Punia, ibu kandung Mustofa, telah melaporkan bahaya penimbunan limbah B3 di Markas AURI Raci ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur pada 19 Oktober 2018. Dia memprotes tak adanya informasi dan sosialisasi mengenai material limbah yang dibuang di Markas AURI dan tingkat bahayanya bagi manusia. Punia mengungkapkan, ia dan tetangganya tak pernah diberi tahu bahwa abu yang ditumpuk di lahan AURI itu limbah B3.

 


 

Mustofa. TEMPO/Nurhadi

 

Mustofa

» Umur: 32 tahun

» Jenis kelamin: Laki-laki

» Alamat: Dusun Kalipanjang, Desa Pandean, Kecamatan Rembang

» Tanggal kejadian: 9 September 2017

» Luka bakar: Kaki hingga paha serta kedua tangan

» Biaya: Rp 2 juta

» Santunan: Rp 1,5 juta, diangsur tiga kali oleh Markas AURI Raci

» Kronologi:

Pria dengan kebutuhan khusus ini terperosok ke dalam gundukan fly ash—abu limbah batu bara—saat bermain sekitar 500 meter dari rumahnya.

 


 

Selain menyebabkan korban luka, abu limbah B3 itu membunuh tanaman di ladang dan sawah sekitar Markas AURI. Menurut Toyyib, warga Dusun Kalipanjang, Desa Pandean, sejak limbah B3 ditimbun di sana dua tahun lalu, tanaman di sawahnya mati sebelum dipanen. “Bau menyengat juga mengganggu pernapasan,” tuturnya.

Jarak gundukan tanah dari permukiman penduduk sekitar 400 meter. Toyyib mengungkapkan, gundukan limbah makin lama makin dekat dengan permukiman karena truk-truk membuangnya kian jauh dari area utama Markas AURI. Penduduk di sekitar Markas AURI, dia menambahkan, pernah memprotes bau menyengat dan timbunan yang kian mengarah ke permukiman kepada komandan markas tentara itu. “Mereka bilang itu urukan tanah biasa,” ujarnya.

 


 

Muhammad Nursila. TEMPO/Nurhadi

 

Muhammad Nursila

» Umur: 38 tahun

» Jenis kelamin: Laki-laki

» Alamat: Dusun Pandelegan, Desa Raci, Kecamatan Bangil

» Tanggal: 16 September 2017

» Luka bakar: Kaki

» Santunan: Rp 500 ribu dan uang ganti kerusakan sepeda motor Rp 350 ribu

» Kronologi:

 Nursila jatuh ke timbunan fly ash panas saat berboncengan motor dengan Samsul Arif pada malam hari. Sebelumnya, motor mereka terperosok ke timbunan limbah.

 


 

Komandan Markas AURI Raci Mayor -Ikhwanudin bersedia memberikan konfirmasi tentang penimbunan limbah B3 dan penduduk yang celaka karenanya. Tapi kesediaannya itu disertai syarat yang ribet. Tiga hari setelah menerima surat permintaan wawancara yang dikirim pada 7 Desember 2018, ia mengundang wartawan Tempo bertemu di kantornya. Syaratnya: wartawan Tempo tak membawa apa pun, termasuk alat tulis untuk mencatat wawancara.

Negosiasi di pos jaga gerbang Pangkalan Udara Surabaya dengan Mayor Ikhwanudin agar ia melunakkan syarat dengan mengizinkan Tempo membawa perekam dan alat tulis gagal. Ikhwanudin tetap meminta Tempo tak membawa apa pun ke dalam markasnya. “Ini perintah komandan,” katanya.

Adapun Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pratama Novyan Samyoga mengatakan limbah di Markas Raci itu aman berdasarkan uji laboratorium. “Judulnya saja limbah B3,” ujarnya.

 


 

Samsul Arif

» Umur: 28 tahun

» Jenis Kelamin: Laki-laki

» Alamat: Desa Curah Dukuh, Kecamatan Kraton

» Tanggal: 16 September 2017

» Luka bakar: Kaki

» Kronologi:

 Kecelakaan bersama Nursila.

 

 

Sanusi

» Umur : 40 tahun

» Jenis kelamin : Laki-laki

» Alamat: Desa Gerongan, Kecamatan Kraton

» Tanggal: 15 September 2017

» Luka bakar: Kaki

» Kronologi:

Sanusi terperosok ke timbunan fly ash panas saat memboncengkan istrinya dalam perjalanan menuju Desa Curah Dukuh melalui perbatasan Markas AURI Raci. Saat itu, dia mencoba menghindari kendaraan alat berat yang tengah meratakan tanah. Sanusi dan sepeda motornya terperosok ke timbunan limbah yang tak solid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus