Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Suleman Wiriadidjaja:

12 Oktober 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prof. Ir. Suleman Wiriadidjaja pasti kenal "luar-dalam" urusan kapal perang Jerman. Bekas direktur utama dan direktur komersial PT PAL Surabaya itu terlibat sejak awal, mulai proses negosiasi sampai semua kapal tiba di sini. Bahkan, ketika KRI Teluk Lampung hampir tenggelam di Teluk Biscay, Spanyol, Suleman juga ikut repot. Waktu itu, sebagai deputi analisis industri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT), ia menjelaskan sebab-musabab musibah itu kepada pers.

Saat rombongan kapal Jerman tiba di Indonesia, Suleman juga sibuk. Sebagai ketua pelaksana dan pemeliharaan kapal dalam proyek parchim, frosc, dan kondor (PFK) ia memang bertanggung jawab untuk memperbaiki kapal-kapal "setengah tua" itu. Kini, pria 63 tahun itu menjabat presiden komisaris PAL. Di sela-sela rapat kerja di Bandung, pekan lalu Suleman menerima Arief A. Kuswardono dari TEMPO untuk sebuah wawancara. Petikannya.


Apa saja perbaikan yang dilakukan PAL terhadap kapal bekas dari Jerman?

Tak semua bagian kapal diperbaiki di PAL. Inti perbaikan dilakukan di Jerman, supaya kapal laik laut. Misalnya, turun mesin dan perbaikan alat-alat navigasi. Dengan demikian, kapal mampu menyeberang dari Jerman ke Indonesia dengan selamat. Jadi, selain overhaul mesin, juga dilakukan perbaikan peralatan navigasi. Yang lain-lain dikerjakan di Indonesia.
Secara umum, perbaikan yang dilakukan adalah pemasangan alat penyejuk udara (AC); perubahan dapur dari sistem Eropa menjadi dapur nasi sistem Indonesia; serta perbaikan ruang duduk, ruang perwira, dan ruang anak buah kapal. Kami juga memperbaiki radar navigasi, pengendali, dan peralatan komunikasinya.

Apa bedanya perbaikan untuk ketiga kelas kapal itu?

Misalnya kapal parchim diubah supaya mampu lebih lama di laut. Dengan mengubah tanki ballast menjadi tanki bahan bakar. Biasanya parchim itu berlayar empat hari. Tapi, karena jarak pelabuhan ke pelabuhan di sini lebih jauh, diubah menjadi enam hari. Kalau frosc, setelah sampai di Indonesia, kita perluas ruang pasukannya. Untuk kapal tipe kondor, semua perbaikan dilakukan di Indonesia.

Bagaimana teknis pelaksanaan tender-tender proyek PFK di PT PAL?

Kami minta penawaran dari beberapa perusahaan atas semua item yang ditenderkan. Biasanya lima sampai enam perusahaan. Kami bandingkan harga, kondisi, dan jadwal yang paling bagus. Kami membuat urutannya. Kemudian, saya mengusulkannya ke pimpinan. Yang memutuskan (tender) selalu pimpinan (Habibie).

Tapi kenapa Ferrostaal Jerman sudah terlibat sejak awal?

Dia memang ditunjuk sebagai koordinator industri Jerman. Pada waktu proyek itu dilaksanakan, ada permintaan dari pemerintah (Helmut) Kohl agar galangan-galangan kapal Jerman Timur dilibatkan dalam perbaikan kapal-kapal tersebut sehingga mereka bisa hidup. Untuk itu, ditunjuklah Ferrostaal sebagai koordinator mereka. Jadi, sewaktu tender pun, Ferrostaal selalu hadir, karena mereka memang koordinator galangan kapal.

Di Indonesia mereka terlibat lewat PT Ferrostaal Niaga Utama?

Ya, di sini sebagai agen. Mereka kini sudah tidak terlibat lagi.

Bagaimana hubungan PT PAL dan PT Citra Drews Indonesia?

Perusahaan itu memang sudah lama jadi pelanggan PAL. Tepatnya, PAL berlangganan ke dia (PT Citra Drews) untuk membangun (saat itu) kapal-kapal patroli FPB (fast patrol boat) 57. Drews memang sudah masuk requirements specs yang dipergunakan. Karena sudah berpengalaman, mengapa dia tidak dipakai bersama-sama?

Apa saja pekerjaan sisa yang belum diselesaikan PAL?

Sekarang semua sudah selesai. Ke-39 kapal sudah diserahkan ke Angkatan Laut. Hanya sekarang masih ada pekerjaan tambahan: mounting (membuat dudukan senjata) dan memperbaiki radar. Total biaya perbaikan berkisar pada anggaran yang sudah ada itu. Mounting ditangani PT Pindad. Itu juga bukti kalau PT PAL tidak rakus. Kami juga bagi-bagi. Ada yang ke Pindad, PT Barata. Kan, sama-sama BUMNIS (BUMN Industri Strategis ).

Kapal ini kan jenis kapal cepat. Bahkan ada yang tercepat di dunia. Tapi mengapa dipacu dengan kecepatan dua pertiganya saja sudah berat?

Memangnya ini kapal baru? Anda, misalnya, membeli barang yang telah berumur 10--15 tahun, kecepatannya tentu tidak sama dengan yang baru. Ada bagian-bagian yang aus. Dan bukan cuma kapal. Tiap barang akan begitu. Orang tidak akan mempertanyakan, mobil saya yang umurnya 15 tahun, kecepatannya hanya dua pertiganya. Kan normal? Ada yang aus dan angus.
Kita beli kapal yang umurnya sudah 10 tahun, lalu menuntut supaya desainnya diubah, yang benar saja! Harganya juga cuma US$ 20 juta. Kita tidak bisa menuntut yang sempurna. Masalahnya, waktu itu ada barang murah yang masih bisa dimanfaatkan oleh AL (Angkatan Laut). Namanya juga barang bekas, kondisinya tidak bisa 100 persen bagus.

Berapa lama kapal-kapal itu bisa beroperasi?

Tergantung suku cadang dan pemeliharaan. Kalau lancar bisa sampai 10-15 tahun.

Siapa yang meminta agar perbaikannya dilakukan di galangan PAL?

Kami mendapat pesanan dari pemerintah. Saat itu saya sebagai pelaksana. Pemimpin proyeknya Pak Habibie. Beliau yang menginstruksikan PT PAL melaksanakan perbaikan, di samping instruksi dari Markas Besar AL. Karena PT PAL dianggap paling canggih untuk perbaikan kapal-kapal AL.

Kabarnya, perbaikan kapal Jerman di PT PAL untuk menghidupi perseroan ini. Tapi mengapa setelah itu ada PHK besar-besaran?

Tidak ada urusannya. Kapal itu dibeli dan perlu perbaikan. Dan menurut pimpinan--Pak Habibie maupun Markas Besar AL--yang paling tepat adalah PT PAL. Itu saja. Soal restrukturisasi sudah kami pikirkan sejak 1994. Menurut kajian tim bagian personalia, kami harus membuat perampingan. Karena perbandingan antara tenaga langsung dan tenaga tidak langsung terlalu sedikit, satu banding satu. Terus kami mengadakan restrukturisasi. Untuk orang-orang yang kurang baik dan terlalu tua, kami berikan golden hands shaking. Mereka diberi pesangon. Kenyataannya mereka berebutan. Sekarang tinggal 3.800 orang.

Betulkah untuk perbaikan 39 kapal eks Jerman itu upah per jam orang (man hour) dinaikkan dua kali lipat?

Itu selalu kami negosiasikan dengan AL. Kami punya standar untuk jam kerja, berapa lama menyelesaikan pekerjaan dan apa jenis kerusakannya. Tidak mungkin kami me-mark-up. Setiap bagian, bahkan dalam satu kapal bisa berbeda jam orang-nya. Tapi tarifnya selalu kami negosiasikan dengan AL. Untuk perbaikan kapal, tenaga kasar berasal dari subkontraktor. Tapi ahlinya dari PT PAL. Beberapa pekerjaan memang kami sub-kan. Kami kan tidak bisa melakukan semuanya.

Semula, tercantum biaya perubahan manual dari Jerman ke Indonesia. Nyatanya, kok, buku manual itu tidak ada di kapal?

Manual itu tidak jadi dibuat PT PAL, akhirnya dikerjakan sendiri oleh AL. Mereka sudah punya ahlinya sendiri. Memang PAL bisa bikin itu, tapi biayanya besar. Kalau kapal baru buatan PAL, selain membuat kapal, ditambah ekstra membuat manualnya. Di AL manual itu namanya Buku Perbendaharaan Kapal.

Kenapa mesin kapal tidak diganti? Bukankah sudah ada dananya?

Kami melakukan repowering. Itu menambah daya. Tapi tidak diganti mesin baru. Mesin yang lama diperbaiki, diturunmesinkan di Jerman, supaya bisa aman sampai di Indonesia. Di sini disempurnakan lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus