Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Taman Bermain Duyung dan Lumba-lumba

8 Maret 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPULAUAN Togean memang tak seterkenal Bali. Bagi kebanyakan orang Indonesia sendiri, nama itu mungkin bahkan masih asing di telinga. Namun, kekayaan alam membuatnya jadi kawasan wisata yang tak kalah eksotisnya dari tempat lain. Di laut, misalnya, ada sederet terumbu karang warna-warni yang terhampar seperti karpet di istana para raja. Menurut Christoverius Hutabarat, peneliti muda dari Yayasan Bina Sains Hayati Indonesia, Jakarta, yang bertahun-tahun tinggal dan meneliti kawasan tersebut, empat jenis terumbu karang yang dikenal dunia?terumbu karang penghalang (barrier reef), karang tepi (fringing reef), terumbu tompok (patch reef), dan atol?menghiasi dasar Laut Togean. Para pelancong yang pernah melongok terumbu karang tersebut niscaya tak lupa pemandangan beragam jenis ikan, teripang, kerang-kerangan, udang, dan kepiting yang berseliweran mencari makan di sekitarnya. Juga beberapa biota laut yang amat dilindungi, misalnya kima (Tridacnidae), lola (Trochiidae), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbircata), dan ikan napoleon (Cheilinus undulatus). Sedangkan mereka yang pernah bersampan di perairan terbuka tentu sempat menikmati suguhan atraksi mengasyikkan dari mamalia laut, seperti duyung (Dugong dugong), lumba-lumba (Dolphinidae), dan paus yang berloncatan dan berkejaran. Kawasan pantai Togean pun tak kalah mempesona mata. Satu jenis ekosistem khas, yakni padang lamun (sea grass), terlihat menghampar di dasar laut yang jernih di sepanjang perairan dangkal. Di sela-sela padang lamun ini, serombongan ikan laut kecil warna-warni sesekali tampak berenang lalu-lalang. Sedangkan di batas antara daerah laut dan daratan tumbuh berderet pohon bakau (mangrove), tempat buaya air payau (Crocodilus porosus) berbiak. Pesona alam Togean juga berserak di dalam hutan. Aneka anggrek hutan, misalnya, menghiasi rimbun pepohonan yang menjadi rumah terakhir banyak satwa endemik yang kini terancam punah, di antaranya biawak Togean (Varanus togeanus) yang kini cuma tinggal beberapa ekor. Satwa tersebut mempertahankan hidup di selatan Pulau Batudaka. Di samping itu, ada ketam kenari (Birgus latro) di Pulau Angkayo dan pantai utara Malenge, monyet Togean (Macaca togeanus) yang di dunia cuma ada di Pulau Malenge, babi rusa (Babyrousa babirussa), kuskus (Phalanger ursinus), dan tangkasi (Tarsius sp.). Untuk menikmati semua keindahan pemandangan Togean tadi, para wisatawan bisa menginap setidaknya di 16 tempat yang tersebar dari Pantai Pulau Batudaka hingga Pulau Waleabahi. Dan surga itu terancam hancur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus