Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Terorisme Kering/Basah

Sekelompok orang belanda menawarkan sejumlah uang untuk membujuk para teroris RMS menghentikan aksinya. kelompok aksi uu anti-teroris menuntut pembentukan rencana undang-undang untuk pencegahan.(int)

27 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MACAM-MACAM untuk peristiwa pembajakan kereta api dan konsulat RI oleh teroris RMS di Negeri Belanda. Pembebasan para sandera di Beilen disertai menyerahnya 7 teroris di sana secara tiba-tiba, telah menimbulkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat. Sebuah koran Belanda yang beroplah besar, Algemeene Dagblad minggu lalu mencoba mengemukakan jawabannya. Sebuah kelompok pengusaha Belanda di Den Haag kabarnya telah menawarkan uang tunai sebanyak 1 juta gulden (sekitar Rp 150 juta) kepada pemimpin-pemimpin RMS jika mereka dapat menghentikan pembajakan itu. Dengan syarat, para sandera dibebaskan tanpa cedera. Pemimpin kelompok pengusaha itu, Kouwenpoven, 58 tahun, juga dikenal sebagai seorang promotor olahraga. "Uang bujukan" yang sama jumlahnya, ditawarkan pula oleh pengusaha lain bernama J. Radix langsung kepada "Presiden" RMS, J.A. Manusama. Menurut koran tersebut, Manusama menerima tawaran itu sebagai "bantuan simpatik" untuk kelanjutan perjuangan RMS. Apa jawaban Manusama atas sinyalemen koran Belanda itu? "Semua bantuan keuangan diterima dengan baik, tapi hanya bila peristiwa ini telah berakhir", kata Manusama. Tapi dia masih menambahkan, bahwa pemberian uang sebanyk 1 juta gulden itu tidak akan bisa mempengaruhi tindakan pembajakan terhadap konsulat RI. Sedang dalam perkara pembajakan kereta api yang telah berakhir dengan-3 korban mati dan 2 korban ledakan yang masih hidup (di antaranya satu orang teroris), Manusama menyebut dirinya "tidak punya peranan apa-apa". Algemeene Dagblad juga membeberkan bahwa ada satu perusahaan dagang milik gembong-gembong RMS yang sengaja mau menarik keuntungan dari situasi panik di Negeri Belanda dengan menampung "pernyataan simpati" herupa sumbangan uang seperti kedua contoh di atas. Tapi betulkah orang-orang Belanda mau diperas dengan cara demikian? Menurut. AP, pada hakekatnya "tawaran-tawaran" bantuan uang itu hanyalah siasat untuk membujuk para teroris menghentikan aksinya di Beilen dan Amsterdam - dan belum tentu akan direalisir. Sementara ada yang mencoba membujuk para teroris dengan pancingan uang, ada juga yang mencari jalan ke luar yang lebih berbau hukum. Maksudnya untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan terorisme di masa mendatang. Kelompok Aksi UU Anti-teroris yang dibentuk sehari setelah mulainya peristiwa Beilen dan berkedudukan di Rotterdam segera memperoleh dukungan luas. Teleponnya yang bernomor 010-845774 terus menerus berdering lantaran dibanjiri cetusan isi hati para keluarga sandera serta orang-orang Belanda yang marah. Para penelepon itu ada yang sekedar menangis saja, ada yang menuntut para teroris itu dipepetkan ke tembok dan ditembak mati. "Tapi kami tidak menyetujui hukuman mati dan kami juga menentang rusaknya tertib sipil", kata ketua Komite Aksi, R. Groen. Kelompok itu tidak sekedar memukul rata semua teroris, dan atas petunjuk seorang kriminolog membedakan "terorisme kering" dan"terorisme basah". Penjelasannya: "Contoh terorisme kering adalah pemboikotan kapal. Tapi begitu darah mengalir, kita berbicara tentang terorisme basah. Saya walau menerima bahwa orang-orang Maluku Selatan itu menganggap bahwa cara yang sudah ditempuhnya tidak berhasil, dan tidak ada cara lain selain apa yang ditempuh sekarang ini. Tapi itu hendaknya jangan sekali-kali berakhir dengan pembunuhan", tutur sekretaris Komite Aksi, Leo van Laak. Adapun tuntutan kelompok itu, seperti diberitakan oleh NRC-Handelsblad adalah: Pertama, undang-undang yang bersikap keras terhadap terorisme dengan hukuman yang berat. Kedua, perjanjian internasional dalam penanggulangan terorisme. Ketiga, pengetatan Undang-Undang Senjata serta pengawasan perdagangan senjata. Besar kemungkinan parlemen Belanda akan segera mengsahkan usul RUU itu, mengingat meningkatnya kegundahan khalayak terhadap aksi RMS belakalangan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus