PERTEMPURAN di Beirut ujungnya masih terus terlindung di
belakang kabut mesiu pertempuran. Campur tangan pasukan keamanan
Libanon ternyat tidak bisa mengatasi kekeruhan kalau tidak
malah memperkeruhnya. Pasukan-pasukan Libanon yane kebanyakan
terdiri dari orang Kristen dianggap bertindak kurang rapi oleh
golongan Islam. Dan ini menimbulkan kegentingan di kalanan
politisi kedua belah pihak. Pekan silam, Perdana Menteri Rashid
Karami (golongan Islam) telah dikabarkan mendesak Presiden
Franjih (golongan Kristen) untuk mundur.
Radio Israel
Ketika ribut dalam negeri ini belum juga kunjung selesai, sebuah
berita mengejutkan tiba-tiba melanda kawasan pertempuran itu.
Perdana Menteri Rashid Karami hari Selasa pekan-silam
memperingatkan penduduk Libanon mengenai kemungkinan campur
tangan Israel dalam perang saudara di negeri itu dengan dalih
untuk menyelamatkan masyarakat Yahudi di Beirut. Mengutip siaran
berbahasa Inggeris Radio Israel, Karami menyebut Israel telah
menyiapkan pasukan untuk menyelamatkan masyarakat Yahudi di Wad
Abu Jamil Beirut, yang beberapa waktu silam direbut oleh milisi
Islam. "Rencana itu disusun bersama dengan Menteri Agama dan
Menteri Perumahan Israel Yistzak Raphael dan Avraham Over", kata
Rashid.
Hingga akhir pekan silam, belum ada berita lain dari peringatan
Karami itu. Tapi majalah Time, dalam salah satu penerbitannya
beberapa pekan silam ada memberitakan penyelamatan sejumlah
orang Yahudi yang terkurung dalam sebuah Sinagog di tengah
perang yang sedang berkecamuk di Beirut. Dan yang melakukan
operasi penyelamatan itu adalah pasukan-pasukan Gerilyawan
Palestina yang tergabung dalam PLO pimpinan Yasser Arafat.
Memang sepanjang perjuangan mereka, orang-orang Palestina tidak
pernah mengganggu orang-orang Yahudi yang tidak secara lanesung
terlibat dalam pembentukan maupun pengembangan negara Zionis
Israel. Tel Aviv tentu mengetahui ini, sehingga kalau mereka
nantinya menyerbu ke Beirut, soalnya bukan untuk menyelamatkan
masyarakat Yahudi melainkan untuk menghancurkan pusat-pusat
kegiatan Palestina di sana.
Mata Allah
Bersamaan dengan perang di Beirut. Irak yang merupakan negara
paling gigih memperjuangkan pengutukan Zionisme di PBB pekan
silam muncul dengan sikap yang simpatik. Kedutaan besar negara
itu di London memasang iklan secara besar-besaran di koran
untuk memanggil pulang semua orang Yahudi Irak yang
meninggalkan negeri itu sejak tahun 1948. Sambil menjanjikan
hak-hak yang sama kepada orang Yahudi itu sebagai layaknya warga
negara lainnya, pada iklan itu jua tertulis: "Yudaisme, Kristen
dan Islam tidak memuja kebencian dan konsep eksklusivisme.
Sebaliknya, ketiga agama monoteistik itu yang mendasarkan
ajarannya pada kepercayaan bahwa manusia itu semua sama di mata
Allah, memuja cinta dan persaudaraan".
Belum ada kabar lagi, mengenai sudah berapa banyak Yahudi Irak
yang pulang kampung. Tapi ada tidaknya yang pulang, Irak dan
juga orang PLO yang menolong Yahudi di Sinagog Beirut itu,
menunjukkan untuk kesekian kalinya bahwa mereka tidak anti
Yahudi. Tapi anti Zionis. Dan orang-oran Yahudi hingga kini
memang hidup tenteram di Mesir, Libanon serta negara-negara Arab
lainnya. "Tidak ada tempat teraman bagi orang Yahudi di dunia
ini kecuali di kalangan orang-orang Arab", kata seorang tokoh
di Kairo beberapa waktu setelah resolusi anti Zionisme diterima.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini