Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Mari ber-do be do be do

Persoalan kita ialah hidup dan melakukan sesuatu. melakukan sesuatu termasuk melakukan peran sebagai kepala keluarga. mutu hidup seseorang mempengaruhi mutu pekerjaannya, dan sebaliknya. (ki)

24 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

to be is to do (Camus) to do is to be (Sartre) do be do be do (Sinatra) KALIMAT lucu ini saya temukan di meja seorang redaktur New York Times. Camus bilang: hidup itu adalah untuk melakukan sesuatu. Sartre bilang: melakukan pekerjaan itulah yang memberi arti hidup. Dan Sinatra dengan santai terus menyanyi do be do be do. Karena kita bukan penyanyi, maka yang menjadi persoalan bagi kita adalah hidup dan melakukan sesuatu itu. Keduanya berbanding lurus dan proporsional. Semakin berarti apa yang kita lakukan, akan semakin berarti pula hidup kita. Dan kalau hidup kita tidak lengkap - karena jantung kita sering ngadat, karena lambung kita bertukak - maka apa yang kita lakukan pun sering terganggu. Mutu hidup kita mempengaruhi mutu pekerjaan kita, begitu pula sebaliknya. Seorang yang bekerja 16 jam sehari akan cepat kena penyakit yang akan mengalangi langkah selanjutnya. Seorang manajer penjualan yang selalu bersin dan jatuh pilek bila menginspeksi pasar, mungkin akan segera dipindah kebagian personalia. Seorang direktur yang baru bangun tidur pukul sembilan pagi, dan sudah menguap lebar-lebar pada pukul lima sore, mungkin tidak akan berumur lama pada kursinya. Tetapi, tanpa Camus tanpa Sartrc - apalagi Sinatra - kita memang sudah bekerja keras. Pagi-pagi buta Anda sudah berangkat dari rumah karena mengejar pesawat ke Bandung. Selesai urusan di Bandung, Anda hanya sempat makan siang dua potong lemper di Husein Sastranegara, sambil menunggu pesawat terakhir kembali ke Jakarta. Siang itu juga dua orang kontraktor sudah menunggu di kantor Anda. Pukul lima sore Anda berangkat lagi menghadiri cocktail party sambil mendengar presentasi hasil riset produk baru Anda. Lepas itu Anda masih harus singgah sebentar untuk minum segelas Martini di Hilton dengan relasi. Pukul delapan malam baru Anda melihat rumah kembali. Anda hanya sempat mencium istri sambil melepas dasi, mencium pipi si bungsu sambil melepas sepatu kanan, dan mencium si sulung sambil melepas sepatu kiri. Lalu Anda menyambar koran sore dan membaca sambil berendam dalam bak mandi. Anda makan malam berdua dengan istri karena anak-anak sudah terlalu lapar menunggu Anda. Sebelah telinga dan sebelah mata Anda mengikuti siaran berita TVRI dan sebelah telinga lainnya mendengar sepotong-sepotong laporan istri tentang daging yang sulit diproleh, tentang tagihan telepon yang agak tinggi, tentang bibit jambu di depan rumah yang daunnya dimakan kambing. Lepas makan, Anda membuka tas dan mendikte beberapa surat ke dalam dictaphone, sambil membaca beberapa surat. Pukul sebelas Anda menguap dan masuk kamar. Mungkin Anda bercinta-cintaan sebentar, mungkin juga tidak. Lalu Anda tertidur pulas. Dalam mimpi ada orang bertanya, untuk apa Anda bekerja sekeras itu? Anda jawab: untuk keluarga, untuk istri dan anak-anak. Benarkah itu? Mungkin saja Anda tidak jujur menjawab. Sukses demi sukses yang Anda raih bukanlah untuk keluarga, tetapi untuk memuaskan ego Anda sendiri. Coba tanyai istri Anda. Besar kemungkinannya ia memilih situasi dua tahun yang lalu ketika Anda masih bisa pulang pukul lima sore dan menemaninya belanja ke Pasar Baru. Istri dan anak-anak tidak hanya senang menerima kelimpahmewahan yang Anda berikan. Mereka pun ingin melihat Anda pulang dengan segar dan penuh gairah: sebagai suami dan ayah yang mesra dan penuh kasih sayang. Melakukan sesuatu memang tidak semata-mata melakukan pekerjaan. Melakukan sesuatu itu termasuk melakukan peran Anda sebagai kepala keluarga. Kalau Anda bisa mengalokasikan waktu dan merencanakan kegiatan bisnis Anda dengan baik, Anda tentu bisa mengalokasikan waktu dan merencanakan kegiatan bersama keluarga. Jangan lupa, komitmen Anda menikahi istri Anda mungkin lebih dulu daripada komitmen tugas-tugas baru Anda. Terlambat? Belum. Sekarang pun dapat Anda lakukan. Anda sedang di kantor? Oke, beritahu sekretaris untuk menelepon istri Anda dan katakan bahwa Anda ingin mengajaknya makan siang di restoran yang disukainya. Dan kalau Anda pulang nanti sore, belilah sekotak Lego dan ajaklah si bungsu merakitnya bersama. Istri Anda gembira. Anak-anak senang. Dan Anda bisa meniru Sinatra menyanyi do be do be do. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus