Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Sederhana, syahdu

Kapel rothko, yang terletak di houston, as, merupakan bangunan sederhana tapi syahdu. tempat ini dapat di pergunakan peribadatan berbagai agama. sangat sederhana, punya fungsi jangka panjang yang vital.

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANGUNAN berbentuk segi delapan itu tidaklah tinggi. Tidak pula berukuran besar. Paling tinggi seplluh meter. Garis tengah penampangnya tidak lebih dari dua puluh lima meter. Dikitari halaman rumput biasa tanpa taman, dindingnya terbuat dari batu bata merah tanpa 'plaster kapur' (apalagi dengan hiasan murah atau bas relief), dan tidak ada tanda-tanda kemegahan apa pun dipasang di luar. Pada tengah atapnya ada atrium yang menjadi jalan masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan. Cahaya itu kemudian disangga oleh sebuah reflektor penyangga yang digantungkan pada dasar atap dan bagian atas dinding dalam pada ruangan utama. Pantulan cahaya yang didapat adalah sinar lembut yang tidak membuat mata silau. Ruang dalamnya terbagi dua. Beberapa buah 'ruang samping' mengitari ruang utama didalam seperti cincin melingkari penampang ibu jari. Semua ruang samping itu mempunyai pintu masuk langsung ke ruang utama itu. Ruang utama, sebagai tempat pagelaran yang hergaris tengah tidak lebih dari 15 meter, sama sekali tidak berhiaskan ornamen apa pun. Tidak ada lukisan pada ke delapan dindingnya, tidak ada struktur apa pun di lantai. Yang ada hanya dinding telanjang, mengitari lantai rata yang telanjang pula, disinari keredupan cahaya lembut yang datang dari luar. Kapel Rothko ini memang unik. Didirikan oleh jutawan de Menil, ia merupakan perlambang gairah kerohanian yang sangat pekat. Benar serba sederhana, tetapi ia adalah eksprei yang penuh keterlibatan jiwa dari pemahat Amerika yang tcrkemuka, mendiang Rothko. Tidak sebagaimaula berbagai bangunan antar agama (interdenominational buildings) lainnya, Kapel Rothko di Housto (Texas) ini sama sekali bebas dari afiliasi kepada agama mana pun. Kalau Katedral Nasional di Washington masih 'berbau' Kristen karena bentuk Gotik-nya dan Kapel Wayside di Sydney masih menggunakan altar, maka Kapel Rothko ini justru tidak ada kaitan fisiknya sama sekali dengan jenis peribadatan mana pun. 'Alat' peribadatan tidak ada yang terpasang permanen dalam ruangan utama, sehingga semua harus membawa sendiri ke dalam ruangan itu untuk dipergunakan, dengan menggunakan cara bongkar-pasang. Kalau orang Katolik ingin menggunakannya untuk misa, mereka membaca sendiri altar mereka. Orang muslim boleh menghamparkan tikar sembahyang mereka dan menghadapkannya ke arah kiblat di tenggara. Bermacam-macam upacara keagamaan dapat dilakukan di kapel yang sudah berusia tujuh tahun ini. Dom Helder Camera, itu uskup agung penentang rezim rasis di Brasilia sekarang pernah menyelenggarakan misa spontan -- sudah tent dengan himbauan yang mengharukan akan nasib mereka yang miskin dan tertindas di negaranya. Beberapa orang Swami dari India pernah mengadakan meditasi dan peragaan Yoga. Kelompok Yahudi pernah merayakan upacara keagamaan mereka di tempat ini. sedankan kelompok Sufi Turki Mevleviyati yang terkenal dengan sebutan The Whirling Dervishes (darwisy berputar) - karena tari-tarian keagamaan mereka di kala mencapai ekstase -- pernah pula melakukan peragaan. Sebuah foto menunjukkan ada pula sembahyang berjamaah kaum muslimin diselenggarakan di kapel ini, demikian pula meditasi kaum Sufi California beberapa waktu sebelum kunjungan penulis. Semuanya tentu terpukau dengan kesyahduan yang meliputi ruangan pagelaran Kapel serba sederhana dari Kapel Rotko ini. Di tengah-tengah hiruk pikuk kegiatan kota modern Houston, yang menjadi pusat bisuis dan industri minyak bumi Amerika Serikat, memang unik sekali peranan kapel yang satu ini. Ia bukanlah gereja Nasrani, bukan Sinagog Yahudi. Menjadi masjid tidak memenuhi persyaratan, bukan pula kelenteng Cina atau kuil apa pun. Ditangani sehari-hari oleh seorang wanita muslim dari Libanon, Nabilah Drooby, ia adalah tempat persinggahan dalam perjalanan spiritual bagi mereka yang membutuhkan atau tertarik. Kalau mereka ingin beribadat di situ, mereka bebas melakukannya, tidak lebih dari itu. Tetapi peranannya ternyata tidak terhenti hanya di situ. Di kolam depan pintu masuk ada 'tugu somplak' (broken Obelisk) yang dipersembahkan kepada kenangan Martin Luther King Jr itu pemimpin agama berkulit hitam yang menjadi perlambang perjuangan Kristen untuk menegakkan persamaan tidak lagi warga masyarakat yang berbeda warna kulit. Di kantor Yayasan Kapel Rothko, sebuah bangunan bersebelahan dengan kapelnya sendiri, berbagai kegiatan kontemplatif dilakukan. Di bawah dewan pembina yang beranggotakan orang-orang Katolik, Kristen, Muslim dan Yahudi, yayasan ini menyelenggarakan berbagai forum serius untuk menggali pola interaksi kehidupan rohani berbagai agama dengan kehidupan. Aktivis harian yayasan ini, seperti madame Drooby, dibantu staf administratif dan seorang ilmiawan wanita dali Romania. Staf itu semuanya terdiri dari wanita, dan kini tengah mempersiapkan Coloquium tentang spiritualitas dan keadilan sosial dalam Islam. Siapa bilang Kapel Rothko ini tidak melakukan sesuatu yang besar, hanya karena secara lahiriah ia menyediakan tempat beribadat yang sangat sederhana? Bukankah justru kesederhanaan itu, ditambah fungsi jangka panjangnya yang vital dalam pemikiran kontemplatif di bidang keagamaan, yang memunculkan keharuan dan kesyahduan yang diperlukan manusia modern dalam pergumulannya dengan kehidupan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus