Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Program Gerakan Indonesia Bersih di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, berhasil mempengaruhi populasi 3.000 warga masyarakat dan sekolah untuk berubah menangani sampah secara terintegrasi. Penilaian dilakukan empat bulan sejak pelatihan diberikan terhadap 50 guru dari 25 sekolah yang ada di daerah itu pada Desember 2020 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lisda Sundari, Ketua Lentera Anak, menjelaskan pelibatan 25 sekolah di Toba juga dalam upaya mengedukasi perilaku penanganan sampah sejak usia dini. Mengubah pola pikir dan perilaku generasi muda dalam penanganan sampah melalui pembiasaan di sekolah dianggap sangat penting, terlebih komposisi generasi milenial dan generasi yang lebih muda mencapai lebih dari 41 persen dari total populasi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami percaya edukasi dan pelibatan kaum muda akan berkontribusi signifikan dalam upaya mengurangi sampah secara nasional,” kata Lisda dalam keterangan tertulis, Rabu 31 Maret 2021.
Lentera Anak berperan sebagai fasilitator pelatihan guru dalam yang berlangsung 2 hari pada Desember lalu. Para guru dilatih mempraktikkan penggunaan buku panduan 'Sampahku Tanggung Jawabku' dengan pendekatan kreatif, didukung berbagai media belajar yang ramah anak, seperti ilustrasi visual yang menarik, video, lagu, poster berwarna, dan berbagai permainan interaktif.
Setelah pelatihan, para guru langsung menerapkan aksi nyata dan berpartisipasi dalam penanganan sampah di Kabupaten Toba dengan berbagai metode dan media pembelajaran. Untuk mendukung kegiatan pemilahan sampah juga didistribusikan masing-masing 2 set tempat sampah terpilah ke-25 sekolah di Kabupaten Toba.
Mendapatkan dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Toba, Lisda mengatakan kalau para guru itu berhasil menggerakkan 3.000 orang di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya untuk aktif mengelola sampah. Itu dianggapnya sangat baik dan Lentera Anak mendorong program penanganan sampah di sekolah terus berlanjut, dan menyebar ke semua sekolah di seluruh Indonesia.
“Bila semakin banyak para guru dan murid menjadi agent of change penanganan sampah di lingkungan masing-masing, kami optimistis target Indonesia mengelola seluruh sampahnya pada 2025, dengan pengurangan 30 persen dan penanganan menjadi 70 persen, dapat tercapai,” kata Lisda.
Rofi Alhanif, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah di Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi--kementerian yang menjadi koordinator Program Gerakan Indonesia Bersih--mengapresiasi keberhasilan di Toba. Ia berharap Bank Sampah dapat segera terintegrasi dengan sekolah supaya penanganan sampah menjadi lebih maksimal. “Kegiatan yang sudah dilaksanakan di Toba ini terintegrasi dan terpadu, dan menurut saya ini sangat penting,” kata Rofi.
Afiat Djajanegara dari PTT Exploration and Production (PTTEP)--perusahaan yang ikut mendukung Program Gerakan Indonesia Bersih di Toba, berharap kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih dan nyaman bisa terbangun luas. Dia menilai keterlibatan 3.000 orang karena 50 guru di Toba sudah sebagai capaian luar biasa. "Kami sangat berharap kerja sama dari pihak swasta untuk mendukung program pemerintah bisa terus berlanjut,” kata Afiat.
Lentera Indonesia memberi catatan tambahan bahwa tantangan persoalan sampah di Indonesia memang sangat besar. Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam setahun jumlah timbulan sampah sekitar 67,8 juta ton, dan akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk.