Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

61 Tahun Lalu Erupsi Gunung Agung Tewaskan Lebih Seribu Orang, Abu Vulkaniknya Sampai Greenland

Erupsi Gunung Agung di Bali menewaskan ribuan nyawa dan abu vulkaniknya sampai ke Greenland pada 16 Maret 1963. Ini kilas balik bencana alam itu.

17 Maret 2024 | 14.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Asap dan abu vulkanis menyembur dari kawah Gunung Agung pascaletusan freatik kedua, terpantau dari Desa Culik, Karangasem, Bali, 26 November 2017. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 16 Maret 1963 atau 61 tahun lalu Gunung Agung di Pulau Bali meletus merupakan bencana alam yang mengakibatkan lebih dari seribu orang tewas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum letusan ini, Gunung Agung pernah meletus tiga kali pada 1808, 1821, dan 1843. Setelah tidur selama sekitar 100 tahun, Gunung Agung kembali aktif pada 1963.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awalnya, letusan dimulai pada 18 Februari 1963 dengan dentuman keras dan asap tebal. Aliran lahar dingin terus mengalir selama beberapa pekan. Meskipun begitu, warga tetap melanjutkan aktivitas seperti biasa, termasuk upacara adat Eka Dasa Rudra.

Namun, tepatnya pada 16 Maret 1963, Gunung Agung mengeluarkan suara gemuruh yang kuat, dengan abu vulkanik mencapai ketinggian 10 kilometer.

Pada 17 Maret di 1963, siang di langit Bali langsung berubah menjadi gelap. Material vulkanik berupa aerosol sulfat terbang hingga 14.400 kilometer.

Dengan suara gemuruh, erupsi Gunung Agung pada hari itu mengeluarkan aliran piroklastik yang menghancurkan banyak desa di sekitarnya, terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan batuan.

Letusan terus terjadi selama pekan-pekan berikutnya, disertai arus gas panas dan materi vulkanik bergerak cepat. Setidaknya sebanyak tiga letusan terjadi sepanjang 1963.

Hujan lebat, lahar panas, dan dingin menyusul letusan. Lahar dingin meluap ke permukiman warga dan merusak banyak bangunan. Dampak erupsi Gunung Agung menewaskan sekira 1.700 orang yang disebabkan awan panas atau aerosol vulkanik dengan suhu tinggi dan tersusun atas gas, abu atau massa yang bergerak kecepatan tinggi menuruni lereng gunung.

Akibat letusan itu, suhu bumi kemudian mengalami penurunan sampai 1966 dan bahkan abu belerang dari letusan Gunung Agung berterbangan hingga seluruh dunia. Salah satunya di lapisan es Greenland, sulfur acid terlihat di sana.

Hujan deras yang diakibatkan letusan tersebut juga tercampur abu yang kemudian menyebabkan lahar yang meluas. Hal itu kembali menewaskan 200 orang lagi. Sebulan kemudian, 16 Mei letusan yang lebih kecil terjadi lagi dan kembali menimbulkan aliran piroklastik yang menewaskan sekitar 200 orang.

Letusan Gunung Agung baru berhenti pada 1964. Setidaknya telah merenggut sekitar 1.900 nyawa. Ini menandai letusan tersebut sebagai letusan gunung paling mematikan kedelapan yang terjadi di abad ke-20.

ANANDA BINTANG I RAHMAT AMIN SIREGAR I  NAOMY A. NUGRAHENI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus