Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Ada 500 Gunung Api dan 300 Lempeng, Risiko Bencana Indonesia Tertinggi di Dunia

Dengan keberadaan tiga subduksi tersebut, maka Indonesia berpotensi mengalami bencana gempa bumi dan tsunami secara berulang.

29 Desember 2020 | 16.01 WIB

Sejumlah warga beraktivitas di kaki Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa, 8 Desember 2020. Dalam kurun waktu sebulan terakhir, gunung berapi ini terlihat aktif sehingga berada dalam kondisi siaga erupsi. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Perbesar
Sejumlah warga beraktivitas di kaki Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa, 8 Desember 2020. Dalam kurun waktu sebulan terakhir, gunung berapi ini terlihat aktif sehingga berada dalam kondisi siaga erupsi. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengatakan berdasarkan rilis World Bank atau Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu dari 35 negara di dunia dengan risiko ancaman bencana tertinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Ini harus kita akui, Indonesia memiliki 500 gunung api, 127 di antaranya gunung api aktif," kata dia dalam konferensi pers yang membahas Kaleidoskop Kebencanaan 2020, peristiwa terkait bencana alam di Indonesia selama 2020 dan prediksi fenomena serta potensi bencana 2021 secara virtual yang dipantau di Jakarta, Selasa, 29 Desember 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahkan, tiga letusan gunung api berdampak besar yang pernah terjadi di muka bumi dan diketahui peneliti berada di Indonesia, yakni Gunung Tambora, Gunung Danau Toba dan Gunung Api Krakatau.

Selain itu, Indonesia juga diketahui memiliki hampir 300 patahan lempeng yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air terutama di pantai barat Sumatera, Jawa, Sulawesi, Indonesia bagian timur hingga ke Papua.

"Kita juga berada pada pertemuan tiga subduksi, yakni Indo Australia, Eurasia dan Pasifik," kata Doni.

Dengan keberadaan tiga subduksi tersebut, maka Indonesia berpotensi mengalami gempa bumi dan tsunami secara berulang.

Perulangan gempa bumi dan tsunami tersebut bahkan bisa terjadi puluhan, ratusan hingga ribuan tahun, ujar jenderal bintang tiga berdarah Minangkabau tersebut.

Tidak hanya itu, Indonesia yang memiliki dua musim setiap tahunnya selalu dihadapkan dengan persoalan kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, banjir, tanah longsor hingga banjir bandang.

Saat peralihan musim, bencana alam yang kerap terjadi yakni angin puting beliung yang ditambah dengan abrasi pantai atau banjir rob.

Lulusan Akademi militer (Akmil) 1985 tersebut mengatakan beberapa daerah di Indonesia saat ini juga mengalami fenomena subsiden tanah atau penurunan tanah. Artinya, permukaan daratan lebih rendah dari permukaan air laut. "Akibatnya, jika terjadi rob, masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai akan terdampak banjir," katanya.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus