Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sungai terbesar di dunia, Sungai Amazon, sedang mengalami kekeringan parah yang datang lebih awal. Biasanya, musim kemarau dimulai pada akhir Juni atau awal Juli, namun pada tahun ini, penurunan permukaan air sungai sudah terjadi pada paruh pertama Juni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situasi ini mengkhawatirkan karena dapat mempengaruhi berbagai sektor penting di wilayah tersebut, termasuk aktivitas pengiriman, logistik, hingga pasokan air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut sederet fakta tentang kondisi terbaru Sungai Amazon:
1. Sungai Utama Mengering
Laporan terbaru didapat dari Badan Air dan Sanitasi Nasional Brasil (ANA) pada 7 Agustus 2024 menyebutkan volume air sungai Amazon diketahui mengering di sungai-sungai utama, khususnya di sungai Madeira dan Purus beserta anak-anak sungainya.
Sungai-sungai ini merupakan jalur vital untuk navigasi, pembangkit listrik, dan pasokan air bagi masyarakat. Kekeringan ini bahkan datang dua bulan lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya, saat Amazon mengalami kekeringan terburuk dalam sejarah.
Laporan dari ANA juga menyebutkan bahwa curah hujan di Amazon bagian atas sudah berada di bawah rata-rata sejak musim hujan, yakni November 2023 hingga April 2024. Hal ini memicu musim kemarau yang lebih cepat dan memprediksi bahwa kondisi ini dapat menghambat navigasi sungai, bahkan lebih buruk dibandingkan tahun lalu.
2. Perdagangan Kontainer di Manaus
Kota Manaus, sebagai pusat ekonomi utama di wilayah Amazon dan rumah bagi Zona Perdagangan Bebas Manaus (ZFM), sangat bergantung pada aktivitas pelabuhan. Namun, kekeringan parah mulai mengurangi daya angkut kapal yang beroperasi di perairan ini.
Sejak 1 Agustus 2024, beberapa perusahaan pelayaran besar, seperti Aliança, Log-In, ONE, Mercosul Line, dan MSC, memberlakukan biaya tambahan air rendah (Low Water Surcharge/LWS) pada pengiriman kontainer ke atau dari pelabuhan Manaus. Jika permukaan air terus turun, kapal kontainer mungkin terpaksa berhenti beroperasi.
Jika situasi semakin buruk, pengiriman kontainer mungkin harus dialihkan melalui pelabuhan alternatif, seperti Vila do Conde, yang terletak di muara Sungai Pará. Tahun lalu, beberapa operator bahkan mengalihkan rute ke pelabuhan di pantai timur laut Brasil, seperti Pecém dan Suape, akibat air sungai yang terlalu dangkal untuk pelayaran.
3. Pengiriman Produk Pertanian
Pelabuhan Amazon diketahui berperan penting dalam ekspor biji-bijian Brasil, termasuk jagung dan kedelai. Lebih dari 20 persen ekspor biji-bijian Brasil dikirim melalui pelabuhan di Itacoatiara, Santarém, dan Vila do Conde. Meskipun kekeringan belum mengganggu batas draft di pelabuhan-pelabuhan ini, gangguan pada transportasi melalui tongkang sangat terasa, terutama di Sungai Tapajós dan Madeira.
Jika kondisi semakin memburuk, transportasi produk pertanian mungkin harus dialihkan ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir, seperti Santos, Paranaguá, dan Rio Grande, yang tidak bergantung pada kondisi sungai dan dapat diakses sepanjang tahun.
4. Pengiriman Bauksit
Lebih dari 90 persen tambang bauksit Brasil berada di Pará, dan pengiriman komoditas ini dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan di tepi Sungai Trombetas dan Juruti. Meskipun pengiriman bauksit biasanya berjalan sepanjang tahun, batasan draft kapal mungkin akan memengaruhi operasi di terminal ini, terutama selama musim kemarau.
5. Operasi Tongkang
Kekeringan juga mempengaruhi konvoi tongkang yang biasanya mengangkut komoditas antara Porto Velho dan Miritituba. Selama musim kemarau, operasi ini tetap berlangsung, tetapi kapasitas angkut berkurang drastis, bahkan lebih dari setengahnya. Jika kekeringan terus berlanjut, navigasi di sepanjang Sungai Madeira mungkin akan terhenti untuk sementara waktu.
6. Kondisi Terkini di Beberapa Sungai Utama
Sejumlah sungai di wilayah Amazon mengalami penurunan debit air, di antaranya:
- Sungai Tarauacá sekarang memiliki ketinggian air 4,51 meter, mempengaruhi kota-kota seperti Envira dan Tabatinga.
- Sungai Amazon di Itacoatiara mengalami penurunan hingga 90 sentimeter sejak puncaknya pada 10 Juni, sekarang berada di 11,43 meter.
- Rio Negro di Manaus turun 77 sentimeter dalam 26 hari, mencapai 26,07 meter, mengkhawatirkan mengingat rekor terendah tahun lalu sebesar 12,70 meter, terendah dalam 120 tahun.
7. Tindakan Pemerintah
Pemerintah Brasil sedang bekerja sama dengan Departemen Infrastruktur Nasional (DNIT) untuk mengatasi masalah ini. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pengerukan di area strategis untuk menjaga kelancaran navigasi di koridor Amazon. Namun, sejauh ini, situasi terus memburuk, dengan beberapa wilayah sudah merasakan dampak serius dari kekeringan.
Lebih dari 20 kota madya telah mengumumkan keadaan darurat, dan pihak berwenang secara aktif memantau situasi untuk mengurangi dampak pada masyarakat. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, kekeringan tahun ini bisa menjadi yang terburuk dalam sejarah Amazon.
NORTH STANDARD
Pilihan Editor: 10 Sungai Terpanjang di Dunia, Ada yang 6.000 Kilometer