BOLONG di lapisan ozon telah lama merisaukan manusia. Tengah Februari silam, dari Amerika Serikat terdengar kabar yang menggetarkan. Lembaga antariksa AS, National Aeronautics and Spaces Administration (NASA), mengumumkan hasil pemantauan dua satelitnya yang meluncur di atas belahan bumi utara. Menurut ahliahli NASA, kawasan stratosfer di atas AS, Kanada, Rusia, Jerman, Inggris, dan negara-negara Eropa yang lain telah dipenuhi butiran klorin monoksida (ClO). Senyawa kimia ini dihasilkan akibat pemakaian chlorofluorocarbon (CFC) zat yang dikenal sebagai penghancur lapisan ozon. Akibatnya, luka yang meruyak di lapisan ozon kian hari kian lebar. Luka itu memang baru tampak "mengancam" di kutub selatan dan kutub utara. Tapi ahliahli NASA, seperti yang dikutip majalah Time terbitan 17 Februari silam, memperkirakan bahwa dua tahun mendatang ozon di atas negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia akan bolong pula. "Di kawasan itu setiap hari satu sampai dua persen lapisan ozon terkikis," kata Darin Toohey, ahli geofisika dari Universitas California. Tak mustahil, seluruh ozon akan lenyap bila penyebabnya tidak segera dimusnahkan. Kecemasan dunia tampaknya telah mencapai titik puncak. Presiden AS George Bush segera mengumumkan "keadaan darurat". Katanya, pada tahun 1995 nanti, produksi CFC di AS harus dihentikan. Menteri Lingkungan Hidup Jerman, Klaus Topfer, juga mengumandangkan tekad serupa. Serentak dengan itu, Jerman melarang pemasangan AC mobil. Denmark dan Belanda bahkan menetapkan tahun 1994 sebagai batas akhir penggunaan CFC. Dunia pun sepakat untuk menghentikan produksi CFC sebelum tahun 2000. Ozon atau yang secara teknis disebut O3 merupakan lapisan pelindung bumi di ketinggian 20-30 kilometer (termasuk lapisan stratosfer). Tanpa lapisan ini, sinar ultraviolet dari matahari akan langsung menyiram bumi dan menimbulkan radiasi ultraviolet. Akibat radiasi itu sungguh menakutkan. Lensa mata bisa terserang penyakit katarak, yang menyebabkan kebutaan. Kanker kulit merupakan efek samping yang lain. Bahkan, Margaret Kripke, seorang ahli masalah kekebalan tubuh di AS, menduga ultraviolet dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh manusia rentan terhadap infeksi. Dampak radiasi ultraviolet terhadap makhluk hidup dan kualitas lingkungan hidup di bumi bahkan lebih buruk. Fitoplankton makhluk bersel satu yang antara lain menjadi makanan ikan di samudera, bermatian. Udara semakin kering. Sekitar pertengahan tahun 1988 suhu udara di seantero Amerika Serikat mencapai 38 derajat Celcius. Hasil pertanian merosot tajam. Setahun sebelumnya, Indonesia lebih dahulu diserang kemarau panjang. Dan sebagian panen gagal. Bahan CFC mulai dikenal sejak 1920, menggantikan amoniak yang dipakai untuk mesin pendingin. Sejak itu, pemakaian CFC terus meningkat. Produksinya kini mencapai 1,2 juta ton tiap tahun, dipakai tidak hanya untuk lemari es, tapi juga untuk hair spray, parfum, obat penyemprot seranggga, AC, hingga pembersih komputer. Sifat zat ini memang tidak berwarna, tidak berbau, dan baru bereaksi bila bertemu dengan ozon. Bahaya CFC memang sudah lama dikhawatirkan banyak orang. Dan kedua kutub bumi menjadi sasaran, karena perputaran udara menyebabkan CFC mengalir ke kawasan yang lebih dingin suhunya. Tapi, bagaimana zat ini tiba di lapisan ozon lalu menghancurkannya? Dari kulkas, AC, dan hair spray zat itu meluncur ke langit, lalu bereaksi dengan ozon (O3). Saat itulah CFC berubah menjadi klorin monoksida (ClO), yang berpotensi menghancurkan ozon. Menurut para ahli, setiap butir klor diperkirakan mampu membunuh 100.000 molekul ozon. Dua ahli antariksa dari negara yang dahulu menyebut dirinya Uni Soviet, Valery Burdakov dan Vyacheslav Filin, pernah menuding pesawat ruang angkasa sebagai pengangkut klor paling efektif. "Semburan roket pesawat ulang-alik . . . mampu merusak 10 juta ton lapisan ozon setiap kali terbang," kata mereka kepada majalah South terbitan Mei 1990. Keduanya berteori bahwa setiap semburan roket mengandung 187 ton gas klor. Bila setiap butir klor sanggup merontokkan 100 ribu molekul ozon, hanya diperlukan sekitar 300 kali penerbangan ulangalik untuk menghancurkan lapisan pelindung bumi itu. Roket jenis Delta buatan AS, misalnya, mampu membunuh 8 juta ton ozon setiap peluncuran. Begitu pula roket kebanggaan Soviet "Energiya". Dan perusakan ozon akan menjadijadi, karena beberapa negara sedang mempersiapkan pesawat ulang-alik. Inggris siap dengan Hotol, AS dengan Nasp, Prancis dengan Hermes. Burdakov dan Filin memperkirakan, pada tahun 2005, semburan roket akan menumpahkan 100 ribu klor. Ini berarti, 10% kerusakan lapisan ozon terjadi hanya karena ulah pesawat ruang angkasa. Selain senyawa-senyawa kimia yang disebut di atas, masih ada zat lain yang berpotensi merusak ozon. Misalnya CO2 (karbon dioksida). Zat ini berasal dari pemakaian bahan bakar minyak, gas alam, atau batu bara. Namun, daya rusaknya hanya sepersepuluh ribu bila dibanding dengan CFC. Dr. Bayong Tjasyono, ahli geofisika ekstern dari Institut Teknologi Bandung, membenarkan bahwa 90% kerusakan lapisan ozon diakibatkan CFC. Tak ada alternatif lain, CFC harus disingkirkan, tapi bagaimana? Pada tahun 1987, 21 negara di dunia, termasuk Indonesia, menandatangani "Ikrar Montreal" yang bertekad menghentikan produksi CFC dan CO2 secara bertahap. Tiga tahun kemudian, di London dicapai kesepakatan antarnegara untuk menghentikan produksi CFC, paling lambat tahun 2000. Kini, para ahli masih berpikir keras untuk menemukan pengganti CFC. Selama usaha mereka belum berhasil, selama itu pula lapisan ozon terancam musnah. Apalagi umat manusia tampaknya sulit untuk berpisah dengan AC, lemari es, hair spray, dan bahkan parfum. Sebagai penghuni Planet Bumi, manusia sudah terlalu manja hingga tak begitu peduli akan marabahaya yang kelak akan menimpa anak cucu mereka. Priyono B. Sumbogo dan Ida Farida
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini