Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menggapai Zero Waste Produksi Kopi

Proporsi limbah kopi yang bisa mencapai 40 persen hasil panen dapat merusak lingkungan. Produsen mengolahnya jadi aneka produk.

11 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani mitra Java Halu Coffee menunjukan biji kopi. Dok. Java Halu Coffee

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Limbah kopi berasal dari cangkang ceri yang tidak terpakai dalam produksi kopi dan jumlahnya bisa mencapai 40 persen dari hasil panen.

  • Tanpa diolah, limbah kopi yang berkadar asam tinggi bisa mencemari air, tanah, dan udara.

  • Para produsen putar otak untuk mengurangi limbah kopi. Ada yang mengklaim berhasil menerapkan zero waste, seperti Java Halu Coffee di Bandung Barat.

Raisya Gistiani Setiawan menunjukkan kubik padat berdiameter sekitar 5 sentimeter. Benda berwarna kecokelatan itu merupakan fire starter, bahan bakar pemantik api. “Ini hasil pengelolaan sampah pasca-produksi kopi kami,” kata Raisya ketika ditemui dalam diskusi kopi di Bentara Budaya Jakarta pada Sabtu, 7 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Limbah kopi, yang berasal dari kulit ceri yang menyelimuti biji, menjadi permasalahan yang mencuat mengikuti tren kopi dunia. Situs web Statista menyatakan Indonesia negara produsen kopi terbesar keempat dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2021, lebih dari 780 ribu ton kopi diproduksi sepanjang 2020. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30-40 persen merupakan kulit ceri. Jika dibiarkan di alam, limbah kopi yang bersifat asam dapat mencemari air tanah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di satu sisi, sisa kulit kopi dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk organik, tapi tak bisa dalam jumlah besar. Java Halu Coffee, misalnya. Produsen kopi asal Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, ini bisa menghasilkan puluhan ton kopi dalam setahun. Perusahaan yang menyerap kopi dari petani di kawasan Gununghalu dan Gunung Tilu itu memproduksi 40 ton kopi sepanjang 2023. Menurut Raisya, roaster ahli di Java Halu Coffee, limbah pasca-produksi mereka bisa mencapai hampir setengah dari jumlah panen.

Fire starter dari limbah kulit ceri kering buatan Java Halu Coffee. Dok. Java Halu Coffee

Mulanya mereka kesulitan mengolah limbah kopi. Selain dibuang, limbah kopi itu mereka jadikan kompos. Namun, Raisya melanjutkan, cara tersebut kurang efektif karena jumlahnya yang terlalu banyak. “Sebelumnya kami tidak punya penampungan limbah yang capable,” ujar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, ini.

Mereka lalu menggandeng peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Pada 2023, mereka meluncurkan tiga produk dari limbah kopi. Salah satunya fire starter.

Fire starter buatan Java Halu Coffee berasal dari kulit ceri kering. “Limbahnya dari proses huller,” kata Raisya. Huller adalah proses pengolahan kering yang memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk, dan kulit arinya. Kulit kering tersebut diproses dan dipadatkan.

Bahan pemantik api ini, menurut Raisya, cocok untuk berkemah. “Kami berencana memasarkannya ke pencinta alam,” katanya.

Adapun sampah basah kulit ceri dimanfaatkan untuk membuat briket atau arang. Menurut dia, kebanyakan briket berasal dari kelapa. “Jadi kami buat dari cangkang kopi sebagai bahan bakar terbarukan,” ujar Raisya.

Produk hasil limbah lainnya adalah maggot alias belatung yang dijadikan sumber protein bagi ikan dan unggas ternak. Untuk budi daya maggot, mereka menciptakan ekosistem lalat Black Soldier Fly atau lalat biru di sampah organik. Mereka memancing lalat dengan sampah basah dan membiarkan lalat bertelur di sana. Telur lalat pun menetas menjadi belatung. “Kami beri belatung makan dari cangkang kulit kopi yang basah,” kata dia. Setelah besar, belatung dipanen dan dimatikan dengan siraman air panas. Lalu belatung disangrai di mesin dehidrator hingga kering dan siap dijual.

Tiga produk tersebut mereka presentasikan dalam Specialty Coffee Expo (SCE) di Portland, Oregon, Amerika Serikat, pada pertengahan April lalu. Dari produk-produk tersebut, Raisya mengklaim Java Halu berhasil mengelola seratus persen limbah produksi mereka. “Kami sudah zero waste,” kata dia.

Maggoffee, pakan ternak dengan kandungan protein tinggi dari belatung yang diberi makan limbah kulit kopi. Dok. Java Halu Coffee

Limbah Kopi di Kawah Ijen

Limbah pasca-produksi juga menjadi permasalahan bagi petani kopi di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang menanam kopi di lereng Gunung Ijen. Di salah satu kawasan penghasil kopi terbesar di Indonesia ini, sampah cangkang kopi kerap didapati berserakan di berbagai tempat.

Pemandangan tersebut disaksikan langsung oleh Soni Sisbudi Harsono, guru besar Teknik Pertanian Universitas Jember. “Banyak sampah dibuang begitu saja di sepanjang jalan di kawasan wisata Ijen,” kata dia kepada Tempo pada Senin, 9 Oktober 2023.

Menurut Soni, dalam kondisi kering, limbah itu tidak membahayakan. Namun, saat musim hujan, limbah tersebut bisa membawa masalah. “Selain membuat jalanan semakin licin, limbah basah tersebut akan mencemari air tanah karena tingkat keasaman yang tinggi,” ujarnya.

Akademikus lulusan Universitas Humboldt, Berlin, ini juga kerap mendapati sampah kulit kopi berserakan di rumah warga pada masa produksi. Masa panen kopi di kawasan Ijen berlangsung selama empat bulan. Sepanjang Mei hingga Agustus, tumpukan limbah kopi itu sulit diatasi.

Satu rumah petani yang dikunjungi Soni penuh dengan sampah cangkang ceri. Menurut Soni, kesehatan penghuni rumah bisa terancam karena resapan air hujan bisa membuat sumber air mereka tercemar zat asam. “Anginnya juga bisa menyebabkan penyakit jika terhirup,” kata dia.

Guru besar Teknik Pertanian Universitas Jember, Soni Sisbudi Harsono (kanan). Dok. Pribadi

Berdasarkan risetnya, Soni dan kawan-kawan menawarkan solusi pengolahan limbah kopi menjadi bahan bakar berbentuk biopelet pada 2022. Menurut Soni, biopelet bisa menjadi alternatif energi berbasis ekonomi sirkular. “Bisa dipakai sebagai bahan bakar warga selama beberapa bulan,” kata dia.

Abu sisa pembakaran, dia melanjutkan, dapat disimpan dan dicampur kotoran hewan untuk pupuk. “Sehingga tidak ada sisa yang tak bisa digunakan,” ujar Soni.

Limbah kopi, menurut Soni, juga dapat diolah menjadi pupuk organik. Hanya, karena tingkat keasaman yang tinggi, limbah itu tidak bisa langsung mengalami pembusukan. “Bisa jadi pupuk langsung, tapi tunggu empat bulan untuk dekomposisi dan perlu dicampur bahan lain,” kata dia. 

Metode mencampur limbah kopi dengan pupuk organik lain dilakukan oleh produsen kopi Malabar Mountain. Asep Syam Arif, petugas pemasaran Malabar Mountain Coffee, mengatakan, sejak 2014 hingga sebelum masa pandemi, seluruh produksi dari petani dan kebun mereka di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, bisa mencapai 700 ton ceri kopi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 300 ton merupakan limbah.

Menurut Asep, limbah tersebut mereka kembalikan lagi ke kebun sebagai pupuk. “Kami campurkan kulit ceri dengan kulit gabah dan pupuk kandang,” kata dia. Pengaplikasian pupuk ke tanah juga tidak langsung dilakukan pasca-pencampuran. Para petani perlu mendiamkannya selama kurang-lebih sepekan. Ia mengklaim cara tersebut efektif mengurangi limbah.

Sebelumnya, inovasi pemanfaatan limbah kopi untuk dijadikan komoditas bernilai jual dilakukan sekelompok anak muda lulusan Institut Teknologi Bandung yang tergabung dalam Bell Society. Mereka membuat busana kulit imitasi berbahan dasar cangkang ceri kopi.

Jenny Yohana Kansil, perancang busana, membuat rok dari bahan yang mereka sebut Misel tersebut. Bahan alami berkelanjutan itu dipamerkan dalam beberapa ekshibisi busana dunia. Di antaranya Milan Fashion Week, Italia, pada September 2021.

ILONA ESTERINA | ANWAR SISWADI (BANDUNG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus