Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Anoa Telah Ditemukan Kembali di Hutan Sulawesi, Warga Diminta Menjaga

Taman Hutan Raya Sinjai pastikan keberadaan anoa setelah menghilang 20 tahun lewat kamera intai. Perlu studi lanjutan untuk hitung populasi.

20 Januari 2023 | 09.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dari petunjuk jejak kaki dan feses yang kemudian diperkuat keterangan ahli, tim dari Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai, Sulawesi Selatan, melanjutkan perburuan identifikasi satwa langka dan dilindungi anoa. Kamera jebak dipasang di 16 titik selama dua hari, 26-27 Oktober 2022 lalu, dan dibongkar pada 30 November - 1 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Paparan atas hasil rekaman kamera-kamera intai itu telah disampaikan pada Selasa, 17 Januari 2023. Isinya menunjukkan ada sejumlah satwa hidup di dalam taman hutan raya yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi 14 tahun lalu tersebut. Termasuk di antaranya adalah yang memang dicari tim: anoa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Waktu melihat dan terekam dalam camera trap, tentu perasaan semua anggota tim sangat senang. Terbayar jerih payah dengan bukti konkret,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Tahura Abdul Latif Sinjai, Nasrul Tanjung, lewat keterangan tertulis, 18 Januari 2023. Ia membagikan tiga video masing-masing merekam satwa berbeda, yaitu anoa gunung, musang Sulawesi dan babi kutil Sulawesi.

Khusus untuk dugaan anoa, video disebut sudah merupakan penggabungan video pagi dan malam. Terlihat pada 4 November 2022 pukul 05.53 waktu setempat, seekor anoa tengah berjalan dengan tenang lalu berhenti dan menciumi batang pohon. Lalu, 11 Desember 2022 pukul 21:34, anoa tampak makan diduga rumput karena pada bagian mulut terhalang dedaunan.

Untuk memastikannya, Nasrul mengungkapkan, temuan didiskusikan bersama FFI (Flora Fauna Indonesia) sebagai pemilik jaringan kamera dan juga Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Video juga diteruskan kepada ahli yang telah sejak awal terlibat dalam upaya identifikasi jejak kaki dan feses, yakni Abdul Haris Mustari dari IPB.

“Beliau mengkonfirmasi bahwa ini adalah anoa pegunungan (Bubalus quarlesi),” kata Nasrul sambil menambahkan kegiatan identifikasi baru sebatas pembuktian keberadaan anoa. Sedangkan untuk jumlah populasi, perlu studi dan metode yang lain. "Kami berharap akan ada agenda bersama untuk kegiatan selanjutnya untuk survei populasi anoa di Tahura Sinjai, lanskap Pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang," katanya lagi.

Jika dilihat dari contoh video, anoa berjalan sendirian. Tapi, karena ada versi siang dan malam, tidak diketahui anoa tersebut sama atau tidak. "Dari 16 camera trap terpasang, rekaman anoa ada di dalam enam kamera.”

Status Anoa

Nasrul menuturkan, terakhir kali ada laporan warga setempat yang bisa melihat langsung anoa terjadi 14 tahun lalu. Puang Sengeng, warga, mengaku terakhir berburu dan menyantap daging hewan mirip kerbau dengan nama latin Bubalus sp. itu 20 tahun lalu. 

Perburuan disebut menjadi ancaman bagi keberadaan anoa. Selain dikonsumsi dagingnya, anoa diburu untuk tanduknya dijadikan trofi. Nasrul memperlihat data jumlah anoa yang ditangkap pernah sebanyak 280 ekor per tahun. “Tapi sejak tahun 2008 atau 14 tahun lalu, daerah ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang dijaga dari perburuan satwa maupun perambahan hutan,” kata Nasrul.

Anoa pun telah ditetapkan sebagai salah satu satwa liar yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) P106 Tahun 2018. Berdasarkan International Union for Conservation of Natural Resources (IUCN) Red List, hewan endemik Pulau Sulawesi ini memiliki status konservasi terancam punah (endangered).

Kemudian, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) menetapkan anoa sebagai Appendix I yang menandakan bahwa anoa dilarang untuk diperjualbelikan dalam segala bentuk perdagangan internasional. 

Nasrul berpesan kepada masyarakat Sinjai untuk menjaga hutan tetap lestari, menghindari perburuan, dan melaporkan bila melihat perburuan. Menurut dia, masyarakat Sinjai secara umum turut berbangga dengan ditemukannya bahwa anoa masih hidup di taman hutan rakyat itu.  

  


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus