Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Antisipasi Konflik Warga Bandung dengan Kawanan Monyet, BBKSDA Jabar Siapkan Kandang Jebak

Sekelompok monyet itu sejauh ini diketahui pertama kali muncul di daerah Dago.

6 Maret 2024 | 18.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Tim Wildlife Rescue Unit dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BBKSDA Jabar) menyiapkan kandang jebak sambil terus memantau pergerakan sekelompok monyet ekor panjang di daerah perkotaan Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tujuan kandang jebak itu, menurut juru bicara BBKSDA Jabar Eri Mildranaya, untuk menghindari konflik satwa primata itu dengan manusia. “Kami belum mendapat laporan masyarakat adanya konflik, mudah-mudahan tidak sampai terjadi,” katanya, Rabu 6 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BBKSDA Jabar berterima kasih dan mengapresiasi masyarakat yang melaporkan, membantu, dan ikut memantau pergerakan kelompok monyet itu serta memastikan mereka selamat ke habitat barunya di alam liar.

Menurut Eri, kawanan monyet itu berjumlah enam ekor dan hanya satu kelompok. “Walaupun mereka bukan satwa liar yang dilindungi, sebagai upaya mendukung hak hidup dan keselamatannya masyarakat agar tetap berhati-hati untuk menghindari konflik,” ujarnya.

Skenario kandang jebak disiapkan untuk menangkap dan mengevakuasi kawanan monyet itu jika terjadi konflik dengan manusia. “Selanjutnya kalau sehat dan tidak stres, mereka akan dikembalikan ke alam atau habitatnya,” kata Eri. Namun sejauh ini belum diketahui lokasi pelepasliarannya. karena saat ini monyet masih terus bergerak.

Sampai hari ini atau sekitar sepekan, kawanan monyet itu bergerak di lingkungan perkotaan sejak kemunculannya dilaporkan warga ke petugas, termasuk via media sosial, pada 29 Februari lalu.

Menurut Eri, sekelompok monyet itu sejauh ini diketahui pertama kali muncul di daerah Dago, lalu menuju daerah sekitar Jalan Cikutra. “Berdasarkan hasil pemantauan, mereka diduga berasal dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda atau sekitarnya yang keluar dari habitatnya,” ujar dia.

BBKSDA menduga mereka keluar dari hutan akibat persaingan dengan kelompok monyet ekor panjang lainnya. Masuk ke wilayah perkotaan, mereka menyusuri kabel listrik, pepohonan, dan atap perumahan warga. Titik persinggahan mereka selanjutnya seperti di Pasar Induk Gedebage, Panyileukan, Cibiru Hilir.

Sampai Rabu, 6 Maret 2024, keberadaannya dilaporkan di daerah Cileunyi, timur Kota Bandung. “Diduga mereka menuju wilayah rimbun naungan atau tutupan pepohonan yang mendukung kebutuhan dasar hidup mereka,” ujar Eri.

Sebelumnya Kurator Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi, mengatakan monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu pergerakan jenis satwa ini cenderung bebas hingga ke area permukiman. Mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi, sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus