Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga swadaya masyarakat Auriga Nusantara menemukan indikasi meningkatnya perburuan satwa badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Kematian badak jantan Samson pada 2018 mengindikasikan keberadaan perburuan satwa di Ujung Kulon, karena adanya lubang di tengkorak kepalanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Padahal, setidaknya hingga tiga dekade sebelumnya, tidak satu pun kematian badak jawa yang terhubung ke perburuan,” kata Timer Manurung, pendiri Auriga Nusantara, saat menyampaikan laporan berjudul "Badak Jawa di Ujung Tanduk, Langkah Mundur Konservasi di Ujung Kulon", Selasa, 11 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, meningkatnya perburuan ini ditengarai karena kendurnya pengamanan Taman Nasional Ujung Kulon, terutama karena makin banyaknya pos lapangan yang tidak berisi petugas atau bahkan tidak lagi beroperasi sama sekali.
Timer juga memperlihatkan foto-foto aktivitas ilegal terekam kamera di sekitar habitat badak jawa dalam Taman Nasional Ujung Kulon 2021-2022. “Kamera deteksi yang hilang di lapangan, seperti 20 buah pada tahun 2022, kehilangan terbanyak dalam sejarah penggunaan kamera-deteksi di Taman Nasional Ujung Kulon,” ujarnya.
Auriga mengungkap setidaknya 11 kematian badak jawa, terdiri dari empat betina dan tujuh jantan, di Taman Nasional Ujung Kulon sejak 2011. Dari jumlah tersebut, hanya tiga kematian yang dipublikasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Terdapat empat kematian yang muncul dalam berita media tapi tidak ada publikasi resmi oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan/atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Bahkan, terdapat setidaknya empat kematian badak jawa yang tidak diberitakan media dan tanpa publikasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ternyata, tidak ada satu pun dari kematian ini yang diusut secara tuntas hingga diketahui penyebabnya. “Padahal, informasi tersebut sangat berguna untuk mengantisipasi kejadian kematian secara tidak wajar pada masa yang akan datang serta mengedukasi masyarakat luas tentang kondisi populasi badak jawa sebenarnya yang ada di Ujung Kulon,” tulis laporan tersebut.
Auriga juga menyebut pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sedang salah arah. Kecuali tahun 2020 karena pandemi Covid-19, anggaran Taman Nasional Ujung Kulon selalu meningkat dalam empat tahun terakhir.
Auriga memperlihatkan tabel peningkatan sangat drastis pada 2021 dan 2022. Namun, sebagian besar dari Rp 256,6 miliar tersebut tidak untuk kegiatan teknis konservasi badak jawa, namun untuk pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), pembangunan atau pemeliharaan infrastruktur lainnya, pengadaan/pemeliharaan kendaraan, dan penggajian staf.
Melihat kenyataan di atas, Auriga Nusantara memberikan rekomendasi:
- Perbaikan secara menyeluruh proteksi badak jawa dan Taman Nasional Ujung Kulon.
- Balai Taman Nasional dan/atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menghitung populasi badak jawa sesuai standar akademik.
- Evaluasi menyeluruh terhadap Balai Taman Nasional Ujung Kulon, baik secara kelembagaan, penganggaran, dan programatik.
- Melaksanakan secara sungguh-sungguh program penambahan habitat badak jawa.
- Mendorong dan membuka ruang terhadap riset-riset badak jawa, termasuk penelitian potensi penyakit dan investigasi forensik terhadap setiap kematian tak wajar badak jawa.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.