Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Nasional Inggris Raya memperkirakan tahun 2025 menjadi salah satu dari tiga tahun terhangat yang pernah tercatat. Perkiraan itu berdasarkan analisis laporan The Met Office Outlook 2025, di dalamnya disebutkan bahwa suhu global rata-rata pada 2025 diperkirakan antara 1,29 dan 1,53 derajat celsius (dengan estimasi 1,41 derajat celsius), di atas suhu rata-rata dalam periode pra industri tahun 1850-1900.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Menariknya, suhu global yang hangat yang diprediksi pada tahun 2025 terjadi meskipun wilayah Pasifik Tropis bergerak menuju fase La Niña yang menyebabkan kondisi yang sedikit lebih dingin," kata Ketua Tim The Met Office Outlook 2025, Adam Scaife dalam keterangan tertulisnya, dikutip pada Ahad, 15 Desember 2024, dari situs metoffice.gov.uk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Scaife mengatakan, tahun-tahun seperti 2025, yang tidak didominasi oleh pengaruh pemanasan El Niño seharusnya lebih dingin. Pada 2016 merupakan tahun El Niño, saat itu merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat untuk suhu global. Tapi jika dibandingkan, 2016 diprakirakan tidak sehangat tahun depan.
Met Office mencatat suhu global periode Januari-Oktober 2024 telah melebihi 1,5 derajat celsius, lebih tinggi daripada 2023 yang sekitar 1,4 derajat. Ini sudah melampaui dari batas suhu maksimum global menurut Perjanjian Paris.
Suhu rata-rata maksimum global telah disepakati 1,5 derajat celsius dalam Perjanjian Paris. Kesepakatan ini dibuat dalam Conference of the Parties 21 di Paris, Perancis, pada 2015. Apabila rata-rata suhu global lebih dari 1,5 derajat celsius, itu dapat mempengaruhi situasi lingkungan di bumi.
Pengaruh utama terhadap pemanasan adalah peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Tetapi Met Office melihat suhu global pada tahun 2024 dan 2023 sedikit meningkat akibat proses variasi iklim alami yang dikenal sebagai El Niño, di mana kehangatan dari tropis Pasifik menghangatkan atmosfer global. Kemudian suhu permukaan laut juga lebih hangat daripada rata-rata di sebagian besar lautan dunia.
Scaife menyimpulkan bahwe El Niño 2023 dan 2024 telah memberikan dorongan sementara pada suhu global, menambah puncak pada kenaikan suhu yang didorong oleh peningkatan emisi gas rumah kaca selama bertahun-tahun. "Namun, para peneliti iklim juga secara aktif mengamati faktor-faktor lain yang bertanggung jawab atas lonjakan suhu tambahan tersebut," ucapnya.
Nick Dunstone, Ketua Penyusun Laporan The Met Office Outlook 2025, mengatakan, suhu bumi melebihi 1,5 derajat celcius tidak semata-mata melanggar Perjanjian Paris. Perjanjian itu secara luas diterima sebagai acuan suhu rata-rata jangka panjang, bukan dalam satu tahun.
Menurut Dunstone, tingkat pemanasan global saat ini memperhitungkan proyeksi iklim di masa mendatang dan pengamatan terkini suhu permukaan global. "Prakiraan kami untuk tahun 2025 menunjukkan bahwa kemungkinan besar ini akan menjadi tahun ketiga berturut-turut di mana suhu diperkirakan akan melampaui 1,3 derajat," tuturnya.