Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

Dua foto satelit NASA menggambarkan perubahan lahan dan hutan di lokasi proyek IKN Nusantara. Memantik kekhawatiran dampak deforestasi.

3 Maret 2024 | 13.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) baru-baru ini meramaikan lagi pembicaraan tentang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Melalui Earth Observatory, platform yang dibangun untuk menyebarkan informasi dari para peneliti kepada publik, NASA merilis dua citra satelit yang menggambarkan perubahan wajah wilayah calon ibu kota negara pengganti DKI Jakarta dalam kurun waktu dua tahun terakhir. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto satelit pertama diambil pada 26 April 2022. Sedangkan gambar ke dua direkam pada 19 Februari 2024. Masing-masing merupakan hasil tangkapan instrumen Operational Land Imager-2 (OLI-2) pada satelit Landsat 9 dan OLI pada Landsat 8.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut ini perubahan wajah IKN Nusantara, yang sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. 

Made with Flourish

Dalam publikasi citra satelit tersebut NASA menyatakan bahwa hutan di Kalimantan Timur mengalami perubahan pesat sejak musim panas 2022. "Jalan telah diukir pada lanskap dan bangunan didirikan di dekat Teluk Balikpapan di Kalimantan Timur, seiring Indonesia membangun ibu kota baru," demikian dituliskan oleh NASA.

Rencana proyek menetapkan bahwa IKN bakal menjadi kota metropolitan yang hijau dan dapat dilalui dengan berjalan kaki. Selain itu, IKN bakal didukung energi terbarukan dan 75 persen kotanya masih berupa hutan. Namun, menurut NASA, beberapa peneliti khawatir perubahan penggunaan lahan ini dapat membahayakan hutan dan keanekaragaman hayati di wilayah yang menjadi rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy tersebut. 

"Meskipun lokasinya banyak berubah selama setengah tahun terakhir, kota ini masih jauh dari selesai. Konstruksi direncanakan selesai pada 2045," tulis NASA dalam publikasi pada 23 Februari lalu.

Sejumlah kalangan sejak lama mempersoalkan proyek ambisius pemerintahan Presiden Joko Widodo ini. Tak hanya berbiaya mahal, megaproyek ini juga dikhawatirkan memperparah deforestasi di Indonesia. Kerusakan lingkungan ini pada akhirnya berpotensi melahirkan bencana, seperti banjir dan tanah longsor. “Jadi, dengan narasi memindahkan ibu kota untuk hindari banjir Jakarta, sebenarnya kita akan mendapat situasi yang sama di ibu kota negara baru,” kata Pengkampanye Hutan dan Kebun Walhi Indonesia, Uli Arta Siagian, pada Jumat, 1 Maret 2024. 

RIRI RAHAYU

Agoeng Wijaya

Agoeng Wijaya

Berkarier di Tempo sejak awal 2006, ia banyak mendalami isu ekonomi-politik, termasuk soal tata kelola sumber daya alam. Redaktur Pelaksana Desk Ekonomi majalah Tempo ini juga aktif dalam sejumlah kolaborasi investigasi global di sektor keuangan dan perpajakan. Alumni Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus