Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semarang kembali terendam banjir di beberapa titik. Banjir diakibatkan oleh curah hujan yang tidak terkendali. Hujan turun dengan intensitas sedang ke tinggi selama beberapa hari.
Lokasi yang selalu menjadi langganan banjir Kota Semarang adalah jalur pantai utara Jawa atau Pantura Jalan Kaligawe. Lokasi tersebut selalu banjir ketika hujan curah tinggi dan air laut pasang. Saat ini, lokasi tersebut dalam proses peninggian dataran untuk mencegah banjir. Namun, air tetap merendam akses menuju pusat Kota Semarang dari arah Kabupaten Demak tersebut.
Keadaan banjir di Kota Semarang menurut Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu sebetulnya sudah berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Alhamdulillah di wilayah Semarang hanya beberapa titik yang terjadi limpasan," kata dia.
Pakar perencanaan wilayah dan kota Universitas Islam Sultan Agung Kota Semarang, Mila Karmila turut berkomentar terhadap situasi banjir semarang. Ia mengatakan cuaca ekstrem saat ini hanya salah satu faktor yang memicu banjir di Kota Semarang.
“Sangat jarang yang kemudian melihat secara holistik penyebab terjadinya banjir,” ujar Mila Karmila, pada Kamis, 14 Maret 2024.
Ia juga mengatakan persoalan banjir seharusnya dilihat dari hulu ke hilir sehingga penanganannya akan terintegrasi.
“Jika di hulu yang merupakan kawasan tangkapan air, namun saat ini fungsinya sudah banyak berubah dengan banyaknya bangunan,” kata dia mencontohkan.
Menurut penelitiannya, selama 20 tahun Kota Semarang telah mengalami peningkatan perubahan guna lahan terbangun sebanyak 20 persen pada 2009 menjadi 50 persen sepuluh tahun kemudian. Sebaliknya untuk lahan non terbangun, dari 80 persen pada 2009 menjadi 50 persen pada 2019.
Hal tersebut membuat hilangnya daerah resapan air menghilang karena kawasan tangkapan air yang berubah. Dampak yang terjadi selanjutnya adalah air limpasan akan langsung mengalir ke dataran rendah dan mengakibatkan banjir. Limpahan air tersebut dikarenakan Kota Semarang memiliki daerah berkontur yang memiliki dataran tinggi dan dataran rendah.
"Lantas berakibat luapan air yang tidak dapat ditampung baik oleh saluran drainase maupun badan air seperti kanal banjir barat atau timur," kata Mila.
BNPB atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga mengatakan sistem drainase dan pengelolaan air di Kota Semarang belum sepenuhnya optimal sehingga datangnya air dari daerah hulu tidak dapat dibendung.
Selain itu, wilayah hilir Kota Semarang juga mengkonsumsi air tanah berlebihan sehingga menyebabkan penurunan permukaan tanah. Berdasarkan laporan Westland.org, BNPB mengungkapkan bahwa penurunan permukaan tanah Semarang mencapai 13 sentimeter per tahunnya.
ADINDA ALYA IZDIHAR I |JAMAL ABDUN NASHR | MICHELLE GABRIELLA
Pilihan Editor: Banjir Semarang, Pakar UGM Peringatkan Berkurangnya Daerah Tangkapan Air dan Alihfungsi di Pesisir
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini