Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Erupsi Semeru, Para Ahli Tak Sangka Awan Panas Sangat Besar

Kecurigaan jatuh kepada faktor curah hujan tinggi. Janji beri perhatian untuk antisipasi bencana awan panas ke depan.

5 Desember 2021 | 23.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono menyatakan erupsi berupa awan panas guguran Gunung Semeru pada Sabtu, 4 Desember 2021, lebih besar dan luas daripada biasanya. Dia menduga ada faktor lain yang memberi dampak erupsi pada hari itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami sudah mengidentifikasi adanya awan panas guguran, erupsi yang menjadi ciri khas Semeru ini, tapi memang pertanyaannya yang kemarin itu cukup besar, ini mungkin ada faktor lain,” kata Eko dalam konferensi pers, Minggu, 5 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dugaan ditujukannya kepada curah hujan tinggi. Ini yang memicu awan panas guguran dalam jumlah sangat besar. Dia berjanji memberi perhatian untuk antisipasi bencana ke depan. "Meskipun secara rutin awan panas itu terjadi, namun bisa juga berpotensi besar seperti yang terjadi ini,” kata dia.

Eko mengatakan, awan panas guguran merupakan ancaman sekaligus karakteristik khas dari letusan Gunung Semeru. Dia menyebut awan panas berasal dari ujung aliran lava yang berada di lereng gunung. "Endapan awan panas guguran ini terdiri dari material batu bersuhu tinggi,” ujarnya.  

Eko mengatakan, Gunung Semeru berada dalam pengawasan Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Eko meminta masyarakat tenang dan tetap waspada, sembari diimbaunya untuk hanya mencari informasi dari otoritas resmi seperti Badan Geologi, BNPB dan BPBD.

Eko mengatakan, status aktivitas Gunung Semeru saat ini masih dipertahankan di Level 2 atau Waspada. Warga diminta mematuhi rekomendasi yang diberikan lembaganya. Diantaranya menghindari kawasan seputar kawah dalam radius 1 kilometer, serta dalam radius 5 kilometer di arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

“Mewaspadai potensi awan panas guguran dan lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama di sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sarat,” tutur Eko.

Secara terpisah, vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman mengungkap dugaan yang sama mengenai pengaruh curah hujan dalam dampak erupsi Semeru pada Sabtu. “Ini sesuatu yang baru dari Semeru sekarang,” katanya saat dihubungi TEMPO, Ahad 5 Desember 2021.

Mekanismenya, kata Mirzam, curah hujan secara perlahan membuka tutupan puncak gunung yang tertimbun material letusan-letusan sebelumnya. Setelah itu terjadi erupsi atau ke luar magma ke permukaan melalui kerucut gunung api. Erupsi bisa juga diakibatkan dapur magma yang penuh, dan longsoran material di dapur magma.

“Benar ada dorongan dari bawah gunung tapi proses kehilangan beban di tudung itu yang menjadi trigger utamanya,” kata Ketua Program Studi Sarjana Teknik Geologi ITB itu.

Sejumlah rumah dan truk pasir di Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, tertimbun material vulkanik erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu 4 Desember 2021. Foto: Istimewa

Masyarakat sekitar Gunung Semeru, menurut Mirzam, terbiasa dengan tanda-tanda erupsi berupa getaran. Tapi, adanya faktor hujan membuat proses erupsi dipercepat. "Orang menyangka tidak ada apa-apa, tapi ada lahar kemudian kepulan awan panas. Itulah yang terjadi."

Mirzam menerangkan, pembentukan lahar itu sebenarnya proses dari pembukaan tutup atau tudung gunung dari material vulkanik hasil letusan sebelumnya. "Nantinya," dia menekankan, "Meskipun tidak ada getaran, saat musim hujan, semua pihak harus lebih berhati-hati terhadap aktivitas Gunung Semeru."


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus