Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera mengkaji kemungkinan segera menyuntik mati Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Suralaya di Cilegon, Banten. Alasannya, untuk menekan polusi udara Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Itu kami (akan) rapatin nanti yang (PLTU) Suralaya itu. Kan sudah banyak polusinya. Dan sudah (beroperasi) 40 tahun," ujar Luhut ditemui seusai menghadiri Supply Chain & National Kapasitas Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu, 14 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luhut kemudian menyinggung indeks kualitas udara di Jakarta dan membandingkannya dengan di Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dan di Singapura yang belakangan banyak dibincangkan. Menurutnya, kualitas udara Jakarta sudah sangat buruk, dengan nilai AQI 170-200 berbanding 6 di IKN, hingga menyebabkan banyak warga menderita gangguan pernapasan.
"Jakarta ini, kalau bisa kita tutup tadi (PLTU) Suralaya, kita berharap (indeks kualitas udara) akan bisa turun mungkin di bawah 100 indeksnya ini," ujarnya.
Profil PLTU Suralaya
PLTU Suralaya terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten. Bahan bakarnya adalah batu bara yang telah dikenal sebagai energi kotor yang sudah banyak ditinggalkan penggunaannya di sebagian belahan dunia. PLTU Suralaya pun telah lama diyakini menyumbang signifikan polusi udara di lingkungan sekitarnya hingga Jakarta.
PLTU Suralaya adalah kumpulan delapan pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 MW. Pembangkit pertama yang dibangun adalah PT Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya atau sering disebut dengan PLTU Suralaya Lama pada 1984. Pembangkit ke 8 dibangun pada Desember 2011 yang dikenal Suralaya Baru.
Nyatanya, meski banyak diprotes karena menimbulkan polusi udara, pemerintah malah menambah dua pembangkit lagi dengan kapasitas 2 x 1.000 megaWatt pada Januari 2020. Dua pembangkit terbaru ini akan beroperasi pada tahun ini.
Bagaimana dengan Belasan PLTU Lainnya?
Faktanya, selain PLTU Suralaya, masih ada 15 PLTU lain yang berada di sekitar Jakarta, dan karenanya mempengaruhi polusi udara di Jakarta. Menurut sebarannya, sebanyak 10 PLTU berlokasi di Banten, sedangkan enam di Jawa Barat.
Adapun PLTU Cikarang Babelan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menjadi yang terdekat dari Jakarta. Berdasarkan aplikasi Google Maps, jaraknya sekitar 25,87 kilometer dari Monumen Nasional (Monas) di Jakarta Pusat. Tapi, memang, PLTU Banten Suralaya yang terbesar kapasitasnya. Jarak PLTU tersebut hingga ke Jakarta sekitar 93,67 kilometer.
Berikut daftar 16 PLTU pengguna batu bara di sekitar Jakarta per 15 Agustus 2024:
1. PLTU Banten Suralaya: 8 unit - 3.440 Mw (7 unit pembangkit pertama)
2. PLTU Cemindo Gemilang: 1 unit - 60 Mw
3. PLTU Pelabuhan Ratu: 3 unit - 1.050 Mw
4. PLTU Merak: 2 unit - 120 Mw
5. PLTU Cilegon PTIP: 1 unit - 40 Mw
6. PLTU Jawa-7: 2 unit - 1.982 Mw
7. PLTU Banten Labuan: 2 unit - 600 Mw
8. PLTU DSS Serang: 4 unit - 175 Mw
9. PLTU Banten Lontar: 3 unit - 945 Mw
10. PLTU Cikarang Babelan: 2 unit - 280 Mw
11. PLTU FAJAR: 1 unit - 55 Mw
12. PLTU Pindo-Deli-II: 1 unit - 50 Mw
13. PLTU Indo Bharat Rayon: 1 unit - 36,6 Mw
14. PLTU Purwakarta Indorama: 2 unit - 60 Mw
15. PLTU Banten Serang: 1 unit - 660 Mw
16. PLTU Bandung Indosyntec: 1 unit - 30 Mw
Pilihan Editor: IKN Klaim Bakal Punya 5 Transportasi Canggih, dari Kereta Tanpa Rel sampai Taksi Terbang