Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menyelamatkan Anggrek Meratus dari Ancaman Kepunahan di Habitatnya

Ferry terus melakukan ekspedisi menjelajahi hutan Meratus untuk melakukan observasi keragaman anggrek spesies pegunungan Meratus .

26 Desember 2021 | 07.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pelopor dunia peranggrekan di Kalimantan Selatan Ferry F. Hoesain. (ANTARA/Firman)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banjarmasin - Pelopor dunia peranggrekan di Kalimantan Selatan Ferry F. Hoesain terus berupaya menyelamatkan anggrek Meratus dari ancaman kepunahan akibat alih fungsi lahan di kawasan hutan provinsi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Banyak hutan alam sebagai habitat anggrek terdegradasi, keberadaan anggrek Meratus harus kita selamatkan," kata dia di Banjarmasin, Sabtu, 25 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ferry terus melakukan ekspedisi menjelajahi hutan Meratus untuk melakukan observasi keragaman anggrek spesies pegunungan Meratus yang membentang di delapan kabupaten di Kalimantan Selatan.

Dia membangun penangkaran anggrek alam yang diberi nama “Taman Anggrek Meratus” di kediamannya di Banjarmasin yang disulap menjadi hutan kecil.

Kemudian pada 12 Maret 2010 mencanangkan Gerakan Cinta Anggrek Indonesia dengan ditandai penanaman anggrek spesies hutan Meratus Phalaenopsis amabilis var. Pleihari di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Adam di Mandiangin, Kabupaten Banjar oleh Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK kala itu Ir. Darori.

Setelah sepuluh tahun, yaitu di 2020, Ferry baru bisa mendirikan Taman Anggrek Meratus di Lembah Bukit Manjai, Mandiangin Timur, Kabupaten Banjar. Di kawasan itu, koleksi anggrek alam tersebut dikembalikan ke habitatnya.

Ada beberapa anggrek spesies langka yang mulai ditanam secara alami seperti anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum), anggrek bulan pleihari (Phalaenopsis amabilis) dan anggrek lainnya yang khas anggrek Meratus.

Ferry yang juga pendiri sekaligus Pembina Yayasan Anggrek Meratus Indonesia (YAMI) mengatakan penanaman kembali anggrek alam dapat diartikan upaya menyelamatkan kekayaan plasma nuftah hutan hujan tropis Kalimantan yang tak ternilai harganya.

Indonesia memiliki keragaman anggrek terbesar di dunia. Bisa jadi masih banyak lagi jenis anggrek alam yang punah sebelum sempat teridentifikasi akibat masifnya alih fungsi lahan dalam dua dekade terakhir.

Penulis buku “Pesona Anggrek Meratus” ini berharap di Taman Anggrek Meratus sekarang, anggrek alam dapat tumbuh dan terjaga dengan baik serta menjadi wadah edukasi dan riset ragam kekayaan anggrek Meratus yang cantik dan eksotik dengan bunganya beraneka bentuk dan warna.

Sementara Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Provinsi Kalimantan Selatan Hj. Aida Muslimah yang memberikan penghargaan kepada Ferry F. Hoesain sebagai perintis anggrek mengatakan sosok Ferry dan beberapa pegiat lainnya sangat berdedikasi dan konsistensi dalam pelestarian anggrek.

"Beberapa tokoh anggrek lokal telah berhasil mempelopori tumbuh kembangnya dunia peranggrekan di Kalimantan Selatan termasuk menyelamatkan pelestarian anggrek Meratus," tuturnya.*

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus