Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Nadiem Rombak Sistem Penilaian Murid, Agar Fokus pada Kompetensi

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan, sebuah tim sedang melakukan pengkajian untuk pembenahan sistem penilaian siswa.

4 Desember 2019 | 07.35 WIB

Siswa siswi SD dan SMP Kampung Segeram, Kabupaten Natuna mengkuti kegiatan Bakti Nusantara 2019 apda 23-25 September 2019. Tempo/Halida Bunga
Perbesar
Siswa siswi SD dan SMP Kampung Segeram, Kabupaten Natuna mengkuti kegiatan Bakti Nusantara 2019 apda 23-25 September 2019. Tempo/Halida Bunga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan, sebuah tim sedang melakukan pengkajian untuk pembenahan sistem penilaian siswa.

"Penilaian perlu dibuat agar fokus pada kompetensi mendasar yang berguna secara luas," ujar dia di Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019.

Hasil penilaian juga akan dilaporkan dalam bentuk yang bermanfaat bagi perbaikan praktik pengajaran di kelas maupun perumusan kebijakan pendidikan.

“Kita harus berani berubah dan berbenah. Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk menciptakan SDM unggul, kami akan terus menelaah upaya untuk melakukan terobosan-terobosan," tutur dia.

Dia menambahkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 merupakan masukan berharga untuk mengevaluasi dan membenahi sistem pendidikan di Indonesia.

"Peningkatan kualitas pembelajaran menjadi hal yang utama. Kami akan terus melibatkan guru dan orang tua. Penting bagi pemerintah untuk memberikan ruang bergerak yang cukup untuk pihak-pihak terkait dapat terlibat dan ikut belajar,” kata dia.

Nadiem menyebut upaya pemerintah dalam meningkatkan akses selama satu dekade terakhir, telah membuahkan hasil. Hal itu terlihat dari peningkatan persentase penduduk yang bersekolah. Pada 2000, tercatat 39 persen penduduk usia 15 tahun bersekolah jenjang SMP atau SMA, sedangkan pada 2018 meningkat menjadi 85 persen.

Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD, Andreas Schleicher, mengatakan Indonesia perlu memastikan pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas. Semua siswa dapat mencapai pendidikan tinggi jika dukungan yang baik dan tepat sasaran diberikan, terutama siswa yang kurang beruntung.

Hasil PISA 2018 yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) di Paris, Prancis, Selasa, menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca meraih skor rata-rata 371, jauh di bawah rata-rata OECD yang 487. Untuk skor rata-rata matematika 379, sedangkan OECD 487, untuk sains 389, sedangkan OECD 489.

Laporan OECD tersebut juga menunjukkan bahwa sedikit siswa Indonesia memiliki kemampuan tinggi dalam satu mata pelajaran, sedangkan saat bersamaan sedikit juga siswa meraih tingkat kemahiran minimum dalam satu mata pelajaran. Dalam kemampuan membaca, hanya 30 persen siswa Indonesia mencapai setidaknya kemahiran tingkat dua, sedangkan rata-rata OECD 77 persen.

Untuk bidang matematika hanya 28 persen siswa Indonesia mencapai kemahiran tingkat dua, sedangkan rata-rata OECD 76 persen. Dalam tingkatan itu, siswa dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi dapat direpresentasikan secara matematis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus