Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Pesisir di Dukuh Roban Timur, Desa Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, terus mengalami abrasi setiap tahun. Nelayan menyebut terkikisnya bibir pantai tersebut terjadi sejak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Batang yang dimulai pada 2015 dan beroperasi sejak 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga mengatakan sejak ada PLTU arah aliran arus laut berubah hingga menyebabkan abrasi rata-rata 2,2 meter setiap tahun. "Jika permasalahan ini terus dibiarkan, degradasi lingkungan akan semakin parah dan menurunkan kualitas kehidupan masyarakat pesisir Roban Timur," ujar salah seorang nelayan, Hariyono, melalui siaran tertulis pada Senin, 22 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abrasi telah mengikis daratan di pesisir dukuh tersebut. Akibatnya sejumlah tumbuhan seperti ketapang dan cemara laut hilang karena abrasi. "Saya mengajak masyarakat serta seluruh lapisan di Pemerintah Kabupaten Batang untuk segera bertindak menyelamatkan pesisir Roban Timur yang semakin terancam," katanya.
Aksi menyuarakan untuk menyelamatkan pesisir Roban Timur tersebut mereka sampaikan melalui ritual sedekah laut pada Sabtu dan Ahad lalu, 20-21 Juli 2024. Acara sedekal laut diisi sejumlah kegiatan antara lain doa bersama, larung sesaji, dan kampanye penyelamatan pesisir Roban Timur.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Jawa Tengah, Fahmi Bastian, menyebut persoalan pesisir harus menjadi perhatian khusus pemerintah. Sebaliknya, dia justru melihat kini wilayah pesisir justru dijadikan lokasi wilayah industri.
"Akan membebani dan merusak ekosistem pesisir," sebut Fahmi. "Ditambah di pesisir utara Batang ada ekosistem karang yang dilindungi. Selain itu, persoalan bagaimana perlindungan nelayan harus diperhatikan."