Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Neraka Dapur Gas Alam

Pemboran minyak dan gas bumi oleh huffco di muara badak, kal tim, menimbulkan beberapa kerusakan alam. di tanah-tanah penduduk, a.l: banjir minyak mentah, pohon-pohon yang mati dan jalan-jalan yang rusak, dll.

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGAPALAN pertama gas alam cair dari Bontang, Kalimantan Timur, ke Jepang, sudah diresmikan Presiden Suharto 4 bulan lalu. Pabrik-pabrik baja dan gas serta konsumen listrik di Jepang mungkin kini sudah menikmati nyala putih bersih dari bahan bakar fosil yang konon paling bebas polusi itu. Pertamina sebagai eksportir tunggalnya pun boleh mulai mengurangi beban pinjaman ribuan juta Yen untuk biaya proyek itu, dengan hasil penjualan muatan tanker-tanker LNG yang sedikitnya sudah 5 X mondar-mandir antara Bontang dan Jepang. Sementara itu, apa yang terjadi di sekitar ladang-ladang gas bumi itu - di Kecamatan Muara Badak, 60 Km selatan Bontang? Jauh dari sorotan Pertamina maupun Pemda Kaltim dan Kabupaten Kutai, kehadiran maskapai minyak Roy M. Huffington & Co. (Huffco) itu terasa bagai jilatan panas bagi sebagian penduduk sini. Setidaknya bagi 100 keluarga petani dan pekebun yang sudah turuntemurun tinggal di kawasan yang bernilai jutaan dolar itu. Contohnya bisa dirasakan oleh Nenek Jaddaini yang punya kebun 5 persil seluas 20 Ha di Kampung Baru, Muara Badak Ilir. Sejak Huffco mengadakan pemboran minyak dan gas bumi, kebunnya sudah sering kejatuhan reruntuhan tanah dari daerah Huffco. Bukan curna tanah --juga minyak mentah yang hitam kental. Bahkan pernah banjir minyak mentah mencapai ketiggian 1« meter. Akibatnya: pepohonan yang sudah berumur belasan tahun -- karet, sagu, enau, rambutan, mangga, nangka, kapok, merica dan kelapa banyak yang mati. Tapi yang paling disayangkannya adalah pohon-pohon cengkeh yang sudah 16 tahun umurnya dan tadinya sanggup menghasilkan 10 kg per pohon tiap musim (tahun). Artinya, sebelum pohon-pohon itu mati dilindas minyak yang melanda. Tanah perkebunan yang jadi tandus karena menyerap minyak kian hari kian meluas. Akibatnya lagi: perigi-perigi penduduk banyak yang mengering. Sehingga bukan cuma di musim kemarau, di musim hujan pun penduduk boleh kehausan mencari air yang semakin langka. Sementara di tempat lain, aliran minyak dari daerah Huffco menyebabkan penduduk tak sempat lagi menanam padi di kebun-kebun yang agak rendah. Minyak yang merembes ke ladang dan kebun penduduk, bukan hanya bersumber langsung dari sumur bor. Sebagian berasal dari jalan-jalan yang dibangun Huffco -- yang tak diaspal, hanya disirami minyak mentah sekedar memadatkan pasir dan kerikil seraya mengurangi debu di waktu panas. Celakanya, bila hujan menyirami bumi Kalimantan -- yang derajat kelembabannya memang sangat tinggi - minyak mentah terbasuh oleh air dan berkelumut dengan lumpur untuk selanjutnya, bagai lahar yang merayap, turun menggenang dan merusak tanah dan tanaman di kawasan yang lebih rendah. Masih ada siksaan lain. Penduduk di kecamatan itu juga merasakan akibat pembakaran gas dan minyak yang rupanya tak memenuhi syarat. Dekat kebun nenek Jaddaini tadinya ada dua obor raksasa akibat pembakaran gas - yang berjauhan satu sama lain. Kobaran gas yang bukan untuk Olimpiade pesta sukan itu pernah menyambar pepohonan di kebun orang. Tak perlu kontak langsung, memang. Sebab hawa panas obor itu saja sudah dapat memanggang dari jauh sehingga banyak pohon yang hangus. Obor raksasa itu menyala siang maIam, saudara. Sewaktu-waktu suaranya menggebu-gebu, seolah pipa-pipanya akan pecah oleh tekanan gas - sementara debu, tanah an pasir ikut mengepulngepul bersama nyala api dan jelaga. Gemuruh obor gas itu mengharuskan orang bicara dengan berteriak, sementara cahayanya malam hari tampak dari jarak puluhan kilometer. Dapat dibayangkan bagaimana rasanya tinggal di rumah di tengah kebun yang hanya berjarak 150 m dari api, apalagi di kebun yang hanya 20 meter. Hari Pahlawan Belakangan ini obor yang lama sudah mati. Narnun timbul obor baru yang makin dekat ke batas kebun penduduk - tinggal 10 meter saja! Sehingga bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 Nopember lalu, seorang penduduk Kecamatan Muara Badak buru-buru menulis surat SOS kepada saudaranya di Jakarta: "Obor api rasanya tambah memanggang." Di samping itu, pemboran yang dilakukan Huffco di sebelah atas kebun dan rumah penduduk telah mengalirkan segala macam zat-zat racun dan kotoran ke dalam sungai pula. Di sungai ini penduduk mandi dan mencuci. Sedang sumur-sumur sumber air minum, yan makin kering itu, juga terletak di pinggiran kali. Berbagai keluhan penduduk telah di sampaikan oleh Ref. Ardjus, seorang sanak orang-orang Muara adak - kepada para anggota DPR di Senayan dan Dirut Pertamina Piet Haryono di Jalan Perwira. Jakarta. Menurut Ardjus, penduduk Muara Badak merasa heran, mengapa di Aceh 700 keluarga yang tanah, kebun dan tambak ikannya tersapu proyek LNG mendapat ganti rugi sampai jutaan rupiah dan disediakan tempat pemukjtllan haru. Sementara di Kaltinl tidak. Padahal Aceh belum mulai mengeks por LNG, sementara Kaltirn sudah. Mungkinkah Mobil Oil yang punya konsesi minyak & gas bumi di Aceh lehih "sosial" ketimbang Huffco. perusahaan kecil yang baru dibentuk tapi pagi pagi sudah ketiban rezeki nomplok? Paling kurang - dan ini dinyatakan dalam surat pendudllk Muara Badak ke alamat Huffco - mereka mengharap maskapai bermodal Amerika-Australia itu menimbun dan mengeraskan jalan 2« Km yang dilewati Huffco. Di aspallah menjadi jalan permanen, begitu. Bukan sekedar disepuh minyak bumi yang memang berlimpah ruah di daerah itu - termasuk di kebun-kebun penduduk yang adalah sah milik mereka. Namun permintaan yang tak seberapa itu pun belum mendapat tanggapan perusahaan asing itu. Sementara Pertamina dan Pemda, apa kabar?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus