Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Piere membawa persahabatan pierre membawa persahabatan

Kedutaan besar prancis di jakarta mengadakan pertunjukan seorang gitaris kontemporer, jean pierre jumez di tim. kedutaan prancis menghadiahkan bingkisan akhir tahun.

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTUNJUKAN jazz sekarang sedikit mundur. Sebagai gantinya, resital gitar di TIM selalu diuber-uber penonton muda usia, seperti juga tampak 20 Desember lalu. Malam itu, di Teater Besar, Kedutaan Perancis menghadiahkan bingkisan akhir tahun berujud seorang gitaris bernama Jean Pierre Jumez. Orang ini lahir di Hesdin, 1943. Dalam riwayat hidupnya ada catatan yang cukup panjang. Ia pernah main di 'Carnagie Hall New York, Tchaikovsky Hall Moskow, Konzerthaus Wina, Theatre des Champs Elysees Paris dan Santa Cesilia, Roma. Keistimewaannya memang bertualang keliling bumi untuk mencabuti musik-musik yang belum terkenal tapi hidup, lalu memperkenalkannya ke forum dunia. Ia diakui sebagai pemain gitar kontemporer, bahkan Peter G. Davis dalam The New York Times menamakannya seorang pemain yang tinggi tekniknya dan memiliki sentuhan amat puitis. "Saya sendiri kalau sedang main tidak ingat apa-apa. Hanya senar dan jari sja yang kelihatan," ujar Pierre. Lagu pertama yang ditariknya adalah 4 buah karya Piotr Panin orang Rusia. Lagu yang dimainkannya dengan wajah kendor itu tiba-tiba terputus dengan sengaja. Ini gara-gara seorang penonton mengganggu keheningan dengan suara jepret kamera. Pierre mencoba menegur orang itu. "Bunyi itu tidak mengganggu saya, tapi mengganggu penonton lain," ujarnya. Bach Sampai Poulenc Itulah keistimewaan Pierre yang lain ia sangat memperhatikan penonton. Lihatlah tak tanggung-tanggung ia minta pada panitia supaya menyediakan sekat triplek di sisi kanan, kiri serta belakang tempat duduknya, untuk dapat mengarahkan suara ke arah penonton. "Saya menginginkan agar penonton yang di belakang itu bisa mendengar petikan senar saya yang paling halus sekalipun. Kasihan mereka sudah jauh-jauh datang, di samping saya juga berusaha agar suara senar saya tidak pecah," katanya memberi keterangan. Ini bukan nyentrik, tapi hanya usaha untuk lebih terbuka. Menyebabkan bukan saja gitarnya yang berbicara, jiga kepribadiannya. Mengenakan kemeja dan celana hitam, diapit pot bunga, Pierre memang pantas menjadi fokus. Lebih dari 20 buah komposisi dilontarkannya dengan mempesona. Citaris pribumi, Danny Tumiwa, sempat ikut mengacungkan jempol. "Tekniknya kuat bung. Juga interpretasinya pada sebuah komposisi lebih kaya ketimbang Julian Byzantine yang main di TIM kemarin itu." Danny menunjukkan karya Leo Brower (Kuba) -- Elogio de la Danza, yang merupakan salah satu puncak indah malam itu. Pierre kaya akan warna. Ia tidak mengkhususkan diri pada karya Sepanyol, Italia atau karya klasik. Ia makan semuanya: Bach, sampai Poulenc. Bahkan ia juga melemparkan karya-karya Venezuela, Rusia dan Brazil yang belum dikenal luas. Asing kedengarannya, tapi ia berhasil. Pierre benar ingin meyakinkan bahwa musik bersifat universil, bisa masuk ke setiap penonton. "Publik pada hakekatnya sama. Mereka ingin sesuatu yang baik. Dan saya mengusahakannya," kata Pierre. "Mudah-mudahan mereka puas mendengar saya bermain." Ya, ia bukan orang yang main hanya untuk main. Senar gitarnya hanya salah satu bagian, yang penting komunikasi. Karena itu selalu berusaha memberi sedikit pengantar pada setiap komposisi yang hendak dibawakan. Orang asing memang harus berlaku macam itu 'kan? Tidak salah pilihan Kedutaan Perancis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus