Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Agroindustri dari Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sri Widowati, mengatakan diversifikasi pangan lokal menjadi salah satu kunci penting mengatasi tantangan ketahanan pangan, gizi, dan kesehatan masyarakat. Diversifikasi juga langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis bahan pangan, dengan memanfaatkan keberagaman pangan lokal di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Diversifikasi pangan lokal bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat, mengurangi ketergantungan pada beras, dan mendukung ketahanan pangan nasional dengan cara memanfaatkan potensi lokal,” kata Widowati dalam keterangan tertulis, Selasa, 10 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Widowati, ada dua pendekatan yang bisa dipakai dalam diversifikasi pangan. Pertama, diversifikasi horizontal dengan cara mengalihkan pola konsumsi dari satu sumber karbohidrat, seperti dari beras ke ubi kayu atau lainnya. Kedua, diversifikasi vertikal, dengan mengembangkan produk olahan dari satu bahan pangan, seperti tepung kasava dari ubi kayu, yang dapat diolah menjadi pasta, roti, dan lain-lain.
Widowati menyampaikan, Indonesia memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis protein, serta beragam buah dan sayuran. Kekayaan pangan lokal juga harus dikaji lebih detail, tidak hanya dari segi mutu gizi, tetapi juga manfaat fungsional.
Pangan lokal Indonesia, kata Widowati, memiliki potensi besar sebagai pangan fungsional. Ia menyebut umbi-umbian yang memiliki kandungan serat, pati resisten, dan antioksidan, dengan indeks glikemik rendah. Kacang-kacangan seperti kedelai dan kacang koro, merupakan sumber protein nabati yang baik. “Pangan fungsional ini tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, tetapi juga dapat membantu mencegah penyakit degeneratif, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ucapnya.
Widowati menambahkan, ada sejumlah kendala dalam upaya diversifikasi pangan. Antara lain, ketergantungan masyarakat pada beras yang tinggi dan kurangnya promosi produk berbasis lokal. Selain itu juga ada tantangan dari produksi dari konsistensi mutu bahan baku, selain soal dampak perubahan iklim.
Dari sisi regulasi, kata Widowati, saat ini ada Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 13 Tahun 2024 tentang Standar Mutu Produk Pangan Lokal. Strategi promosi pangan lokal dan olahannya pun perlu digencarkan, termasuk dengan bekerja sama dengan industri pangan di level Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Menurut Widowati, program diversifikasi pangan lokal perlu masuk dalam kebijakan nasional, seperti halnya program makan bergizi gratis. “Dengan langkah-langkah strategis ini, diversifikasi pangan lokal dapat menjadi solusi holistik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mendukung ketahanan pangan, dan melestarikan kekayaan pangan Indonesia,” tuturnya.