Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Peneliti BRIN Ungkap Potensi Lonjakan Curah Hujan di Pantura Jateng-Jatim pada 21-30 Maret

Prakiraan lonjakan curah hujan yang siginifikan itu dampak dari proses kemunculan bibit siklon tropis 92S di perairan selatan Jawa Timur.

23 Maret 2025 | 16.41 WIB

Ilustrasi hujan. Pexels/Bibhukalyan
Perbesar
Ilustrasi hujan. Pexels/Bibhukalyan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Erma Yulihastin, mengungkap potensi lonjakan curah hujan di wilayah pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur pada dasarian akhir 21-30 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prakiraan lonjakan curah hujan yang siginifikan itu, menurutnya, dampak dari proses kemunculan bibit siklon tropis 92S di perairan selatan Jawa Timur. “Hari ini sejak malam tadi ada bibit siklon tropis 92S dengan kecepatan angin 45 kilometer per jam terbentuk di selatan Jawa Timur,” ujar Erma di akun media sosialnya, Sabtu, 22 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kemunculan bibit siklon tersebut menyebabkan banyak awan yang terkonsentrasi di perairan selatan Jawa Timur dengan kluster awan sangat luas. Sebelumnya, menurut Erma, ada bibit siklon 26S di Chrismast Islands, Australia, yang telah bergeser ke arah barat, yaitu Cocos Islands. “Cuaca terakhir kering, panas, karena awan-awan banyak terkonsentrasi di Samudra Hindia sekitar Cocos Islands,” katanya.

Kini, karena ada bibit siklon baru, yaitu 92S, konstelasi dinamika cuaca menjadi berubah. Pada dasarian ketiga Maret ini akan ada kenaikan curah hujan. “Data dari radar untuk jam 12.40 WIB sudah mulai banyak hujan seperti di pantura (pantai utara) Jawa Tengah dan Jawa Timur dan sebagian besar di selatan Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah,” kata Erma.

Berdasarkan data intensitas hujan, menurut Erma, bakal terjadi kenaikan tajam curah hujan pada dasarian ketiga Maret ini. Wilayah dengan kenaikan tajam curah hujan itu tidak merata di semua tempat. “Paling parah mengalami pantura Jateng dan Jatim,” ujarnya.  

Di wilayah Semarang, menurutnya, akan mengalami kondisi curah hujan pada dasarian ini hingga 649 milimeter. “Di Kota Semarang itu (curah hujan) dari tadinya kecil, kurang dari 100 milimeter tiba-tiba akan ada lonjakan akumulasi sepuluh hari sampai 649 milimeter.” Kondisi ini, menurutnya, harus diantisipasi dan dimitigasi dampaknya.

Daerah lain, seperti Demak dan Grobogan, diprakirakan sedikit di bawah Semarang curah hujannya, yaitu 446 dan 498 milimeter per dasarian. Namun begitu, Erma mengingatkan bahwa curah hujan yang lebih dari 300 milimeter sudah tergolong ekstrem. “Antara Semarang, Demak, Grobogan, wilayah pantura akan mengalami lonjakan curah hujan atau kenaikan signifikan curah hujan sampai Lebaran,” ujarnya.

Kemudian ke timur, seperti daerah Tuban, menurut Erma, curah hujannya bakal tinggi sekitar 488 milimeter per dasarian. Dari data itu terlihat pola gangguan cuaca yang cukup merata dari Semarang sampai Tuban, juga Lamongan Utara, yang intensitas curah hujannya 538 milimeter per dasarian, sedangkan di Surabaya 362 milimeter. 

Sementara di wilayah selatan seperti Malang, kenaikan curah hujannya tidak terlalu tinggi, yaitu 140 milimeter per dasarian akhir Maret. Menurut Erma, dampak bibit siklon 92S cenderung lebih banyak berimbas ke wilayah pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Hari apa yang akan ekstrem banget, kita pantau terus,” ujarnya. Dia meminta warga dan pemudik jalur darat wilayah pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk selalu waspada. 

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus