Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kediri - Perjalanan jurnalis Titik Kartitiani dan seorang taksonom Yuda R. Yudistira ke Cagar Alam Pegunungan Arfak, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, mengungkap sejumlah spesies anggrek yang belum memiliki nama karena belum teridentifikasi dalam jurnal-jurnal ilmiah. Keduanya melakukan penelusuran 31 Mei-11 Juni 2022 didanai Pulitzer Center melalui Rainforest Journalism Fund South East Asia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain kekayaan biodiversitas, Titik juga memotret keragaman budaya dan kehidupan masyarakat Papua yang tergantung dari hutan hujan di sekitar kawasan cagar alam itu. Rangkuman dari rekaman perjalanannya itulah yang kini mengisi pameran foto bertajuk 'The Autopsi of Papua Orchids' di Coffee Station Kota Kediri, Jawa Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pameran yang berlangsung tiga hari sejak Senin lalu itu menampilkan seluruhnya 25 foto yang terbagi dalam tiga bagian. Pertama, tiga foto plate hasil dari pembedahan anggrek alam asal Papua. Kedua, bagian berisi delapan foto profil kecantikan anggrek Pegunungan Arfak. Bagian ke-3 berupa album di belakang layar kerja-kerja taksonom.
Hadir dalam pameran itu juga herbarium spirit (awetan anggrek di dalam alkohol), noken dari anggrek dan serat alam, serta kerajinan dari bahan alam hutan Papua. “Saya tertarik dengan tema pembedahan anggrek seperti autopsi jenazah. Saya rasa pameran dengan tema seperti ini jarang, atau malah belum pernah ada di Indonesia,” kata Adhi Kusumo, Kepala Sekolah Kelas Pagi Kediri (KPK) Kediri, kurator pameran, Rabu 13 Juli 2022.
Jurnalis Titik Kartitiani dan seorang taksonom Yuda R. Yudistira dalam pameran foto anggrek Papua di Coffee Station Kediri, Jawa Timur, Rabu 13 Juli 2022. Keduanya melakukan ekspedisi ke Pegunungan Arfak, Papua Barat, didanai Pulitzer Center melalui Rainforest Journalism Fund South East Asia. Foto: Tempo/Hari Tri Wasono
Surga anggrek juga tumbuhan raksasa
Titik dan Yuda menjelajahi Pegunungan Arfak di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Dalam peta habitat anggrek, Papua disebutnya menyimpan 3.000 jenis anggrek atau mencakup setengah dari jenis anggrek yang sudah dikenal di Tanah Air. Di dunia, anggrek Papua menyumbang 35 persen jenis-jenis yang ada.
“Setiap tahun selalu dilaporkan penemuan jenis baru, dan para taksonom mengidentifikasi serta menamai anggrek baru tersebut,” tuturnya saat dtemui di sela-sela pameran, Rabu.
Terbukti, Titik dibuat terkesima hampir di sepanjang 12 hari penjelajahannya itu. Dia mendapati banyak anggrek yang tumbuh liar, mulai dari menempel pada tegakan pohon (epifit), tumbuh langsung di atas tanah (terestris), sampai yang muncul dari bebatuan (litofit).
Bahkan Yuda mengaku banyak jenis anggrek yang baru ditemukan atau dilihatnya saat itu. Yuda juga membedah morfologi dan mengamati ekologinya dengan detil. "Saya yakin masih banyak jenis baru yang menunggu kita temukan di Papua,” kata taksonomi anggrek dari Yayasan Konservasi Biota Lahan Basah berbasis di Surabaya tersebut.
Penjelajahan jurnalis Titik Kartitiani dan seorang taksonom Yuda R. Yudistira ke Cagar Alam Pegunungan Arfak, Papua Barat, sebelum menggelar pameran foto 'The Autopsi of Papua Orchids' di Coffee Station Kota Kediri, Jawa Timur. Foto/Istimewa
Varian anggrek yang mereka temukan cukup beragam. Dari segi ukuran, mulai dari Anggrek Macan, Grammatophyllum speciosum, yang mempunyai tangkai bunga sepanjang dua meter (terbesar di dunia) hingga anggrek seukuran pecahan beras.
Anggrek-anggrek itu ditemukan di kawasan habitat yang sama dengan ditemukannya tumbuhan lumut yang tumbuh setebal satu meter. “Kami harus ekstra hati-hati saat melangkah. Jangan sampai merusak habitat di sana,” kata Yuda.
Bukan hanya anggrek, Titik dan Yuda juga berpapasan dengan pohon-pohon yang mampu tumbuh raksasa. Yang terkenal adalah pohon pisang raksasa. Titik dan Yuda mendapati yang setinggi sampai sekitar 25 meter dengan keliling batang sejauh tiga kali dekapan tangan orang dewasa.
Tantangan di balik keindahan anggrek Papua
Penjelajahan juga, tentu saja, diwarnai perjuangan. Titik dan Yuda bercerita harus berjibaku dengan dinginnya udara yang sampai ke titik lima derajat Celsius di Pegunungan Arfak. Tekanan dari cuaca diperburuk dengan keterbatasan bekal makanan yang bisa dibawa.
Penjelajahan jurnalis Titik Kartitiani dan seorang taksonom Yuda R. Yudistira ke Cagar Alam Pegunungan Arfak, Papua Barat, sebelum menggelar pameran foto 'The Autopsi of Papua Orchids' di Coffee Station Kota Kediri, Jawa Timur. Foto/Istimewa
Belum lagi potensi ancaman keselamatan. “Kami terpaksa menginap di kantor Koramil agar aman. Besoknya baru pindah ke salah satu rumah dinas milik pemerintah yang tidak pernah dihuni: kotor penuh debu,” kata Titik.
Itu belum terhitung kendala teknis yang tiba-tiba mengganggu peralatan kerja mereka. Ratusan hingga ribuan foto yang terekam dalam memori kamera berkapasitas 20 GB mendadak lenyap. Beruntung sebagian masih terekam dan Titik serta Yuda bisa membawa pulang dan membagikan bukti kekayaan alam berupa anggrek Papua yang sangat berharga tersebut.