Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan pilihan daerah yang menjadi relokasi korban erupsi Gunung Semeru akan mengacu pada peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Semeru. “Kami sudah diajak bicara,” kata dia, dalam konferensi pers daring, Selasa, 7 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andiani mengatakan pembahasan soal lokasi relokasi korban erupsi sudah dimulai sejak Senin. “Kami sudah berdiskusi, Kepala Badan, Ibu Kepala BMKG, Wakil Bupati, serta Kepala Bappeda Kabupaten Lumajang. Kami sudah mendiskusikan,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menambahkan bahwa peta KRB Gunung Semeru tersebut berisi informasi mengenai daerah yang rawan bencana akibat ancaman bahaya erupsi. “Penyusunan peta berdasarkan hasil pemetaan batuan produk hasil erupsi gunung api. Sebetulnya material-material yang kita petakan itu bisa menjadi dasar untuk menentukan ancaman sejauh mana atau wilayah mana saja yang terancam erupsi gunung api tersebut,” kata dia.
Peta tersebut, menurutnya, dalam waktu dekat akan diperbarui menyusul erupsi 4 Desember 2021. Timnya kini tengah meneliti daerah yang mengalami kerusakan akibat erupsi gunung tersebut untuk memperbarui peta itu. “Peta Rawan Bencana gunung api tidak statis, dinamis. Inilah yang kita perlukan pemetaan kembali,” ujarnya.
Salah satu lokasi yang diperiksa adalah sepanjang aliran Besuk Kobokan yang menjadi lokasi aliran awan panas guguran saat erupsi. Awan panas guguran yang terjadi saat itu menjangkau jarak 11 kilometer mengikuti aliran Besuk Kobokan.
“Kami tadi melakukan pengecekan, kunjungan ke lapangan terutama di daerah Besuk Kobokan yang merupakan daerah aliran awan panas. Tujuannya untuk paling tidak melakukan orientasi, intinya ada upaya kami untuk meng-update peta Kawasan Rawan Bencana gunung api yang sudah ada sehingga kita bisa mengantisipasi apakah terjadi perubahan,” ujarnya.
Peta KRB Gunung Semeru saat ini dalam skala 50 ribu. “Kami ingin membuat jadi skala 25 ribu agar lebih detail untuk acuan ke depan. Kami sudah di ajak bicara, kalau ada pemetaan baru pun kami akan sampaikan pada teman-teman pemerintah daerah,” kata dia.
Andiani mengatakan saat ini ancaman yang tengah diwaspadai adalah ancaman awan panas guguran serta banjir bandang. Warga diminta menghindari daerah yang terlanda awan panas guguran, serta sungai yang berhulu di lembah dan sungai yang memiliki hulu di puncak Gunung Semeru.
“Potensi awan panas guguran masih ada. Potensi banjir lahar masih ada. Potensi banjir lahar ini kami lihat adanya material-material di puncak gunung serta potensi curah hujan cukup lebat di daerah puncak Semeru,” ujarnya.
PVMBG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru di Level 2 atau Waspada dengan rekomendasi agar menghindari kawasan dalam radius 1 kilometer seputar kawah, serta radius 5 kilometer di arah bukaan kawah selatan-tenggara.
“Update terbaru hasil pantauan kami terhadap Gunung Semeru pada hari ini dari jam 00.00 WIB hingga sore ini, telah terjadi awan panas guguran sebanyak tiga kali dengan jarak luncur kurang lebih 3 kilometer dari puncak gunung. Dan ini juga disertai dengan gempa-gempa permukaan,” kata Andiani.
Baca:
ITB Kirim Tim ke Lokasi Gunung Semeru untuk Riset dan Pengabdian Masyarakat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.