Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Guru Besar bidang Perlindungan Hutan di IPB University, Bambang Hero Saharjo, mengungkap bahwa tak akan ada rencana perluasan kebun sawit dengan cara deforestasi oleh pemerintah. "Jadi tak ada rencana membuka, tapi memanfaatkan yang sudah ada dengan cara lestari," katanya lewat aplikasi perpesanan WhatsApp, Senin 6 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bambang Hero mengungkap itu saat diminta tanggapannya tentang pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan perluasan perkebunan kelapa sawit karena produknya yang sangat strategis di dunia. Prabowo meminta jangan takutkan tentang kecaman deforestasi karena kelapa sawit dianggapnya juga memiliki daun sehingga juga berperan menyerap karbondioksida di udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bambang Hero selama ini dikenal sebagai ahli lingkungan dan spesialis forensik kebakaran hutan. Dia telah berulang kali menyumbangkan keahliannya sebagai saksi ahli untuk pemerintah. Termasuk saat menaksir kerugian negara yang mencapai Rp 271 triliun dalam kasus korupsi tata niaga timah.
Atas pertanyaan mengenai pernyataan Prabowo soal sawit pada akhir tahun lalu yang memicu reaksi kecaman luas, Bambang Hero hanya meneruskan jawaban Menteri Kehutanan kepada dirinya. Menurutnya, Menteri Raja Juli Antoni menyadari hutan bukan hanya cadangan pangan, tapi juga energi dan air.
"Yang dimaksudkan adalah untuk memaksimalkan fungsi hutan mencapai swasembada pangan tanpa harus melakukan deforestasi," bunyi pesan yang diterima Bambang Hero dari Menhut.
Terpisah, Guru Besar Kehutanan lainnya dari IPB Sudarsono Soedomo menyorot 120 juta hektare kawasan hutan dengan beragam peruntukan di Indonesia. Menurut dia, seluas 30 juta hektare di dalamnya bukanlah kawasan berhutan yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Di area itu, Sudarsono mengatakan, "mengurangi kawasan hutan tidak otomatis berarti deforestasi."
Dalam pandangan dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Erekso Hadiwijoyo deforestasi adalah hilangnya hutan-hutan menjadi lahan lainnya. Termasuk contohnya menjadi perkebunan sawit.
Jika itu terjadi, dia mengingatkan, ada berbagai risiko yang mungkin dihadapi. Mulai dari terdegradasinya kualitas lingkungan sampai bencana banjir dan tanah longsor.
Risiko lainnya yang kemungkinan dihadapi adalah gagal panen dari kebun sawit itu sendiri. Menurut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa sawit akan bisa dipanen secara keseluruhan.
“Kalau gagal panen itu harganya cuma Rp 500 per kilogram. Ini kan sayang dibandingkan dampak lingkungan karena konversi lahannya,” kata Erekso.
Karenanya, Erekso menyarankan pemerintahan Prabowo untuk membuat kajian mendalam sebelum memutuskan memperluas kawasan perkebunan sawit. Dia juga lebih menyarankan pemerintah memaksimalkan potensi perkebunan sawit yang sudah ada.
CATATAN:
Artikel ini telah diubah pada Rabu, 8 Januari 2025, pukul 8.20 WIB, untuk menambahkan keterangan 'rencana oleh pemerintah' di alinea pertama. Terima kasih.
Pilihan Editor: BMKG Pastikan Gempa M7,2 di Cina Tak Berdampak ke Indonesia